Anak adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan untuk setiap orang tua. Bagi anak, orang tua adalah tempat untuk berlindung dan mempercayakan hidupnya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mengupayakan pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan anak akan lebih maksimal apabila proses perkembangannya sesuai dengan fase yang seharusnya dialami. Pada usia sekolah dasar, anak akan mengalami perkembangan yang sangat pesat pada beberapa faktor, salah satunya adalah faktor bahasa.
Bagi anak, bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena menjadi media untuk berkomunikasi (Silawati, 2016). Melalui bahasa, anak dapat mengungkapkan apa yang mereka alami dan rasakan. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2011). Menurt Latifa (2017) bahasa adalah sarana komunikasi yang berguna untuk menyampaikan pesan melalui simbol tertentu yang telah disepakati, hingga membentuk kalimat yang mengandung suatu arti.
Kemampuan berbahasa anak hendaknya dikembangkan sedini mungkin. Pemerolehan bahasa dimulai sejak anak masih berada di dalam kandungan, ketika ia mulai mendengar suara ibunya (Silberg 2004). Pemikiran terebut sejalan dengan pendapat Altman (dalam Dardjowidjojo, 2000) yang menyatakan bahwa sistem pendengaran bayi telah berfungsi sejak berusia 7 bulan dalam kandungan. Perkembangan bahasa yang paling berpengaruh terjadi ketika anak berada pada usia sekolah dasar. Pada usia sekolah dasar anak mampu menguasai 50.000 kata sampai 80.000 kata (Ormrod, dalam Surna, Nyoman & Pandeirot, D, 2014).
 Usia sekolah dasar memberikan pengaruh besar bagi perkembangan bahasa anak, karena pada usia ini anak mendapatkan kosa kata dari lingkungan sekitarnya, seperti keluarga, teman sebaya, dan masyarakat disekelilingnya. Sri Hastuti (1996) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor orang tua, lingkungan, teman sebaya, dan kegiatan komunikasi. Keluarga menjadi pendidikan bahasa pertama yang diperoleh anak. Keterampilan berbahasa harus dapat dikembangkan oleh orang tua, karena keterampilan bahasa dapat menjadi batu lompatan untuk anak bersosialisasi bagi anak. Pola asuh yang diterapkan orang tua juga berdampak pada kemampuan berbahasa anak.
Anggraini (2015) mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua memberikan dampak positif bagi perkembangan bahasa anak. Membiasakan anak untuk berani mengungkapkan perasaan dan pikirannya dapat membantu meningkatkan kosa kata anak, sedangkan tanggapan dan respon yang diberikan orang tua dapat melatih keterampilan menyimak pada anak. Pemberian rangsangan dari orang tua kepada anak dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya. Pemberian rangsangan tersebut dapat dilakukan dengan membacakan dongeng sebelum tidur, bernyanyi, dan mengajak anak untuk menceritakan kesehariannya.
Perkembangan kemampuan dan kapasitas berbahasa berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ragam bahasa percakapan (Silberg, 2004). Orang tua perlu menyadari bahwa anak adalah pribadi yang suka meniru, oleh karena itu hendaknya orang tua lebih bijak dalam memilih kosa kata yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan anak. Orang tua juga perlu memperhatikan penggunaan kosa kata pada anak dengan memberikan koreksi apabila anak melakukan kesalahan pada penggunaan kosa kata, baik dari segi makna atau dari segi bunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H