Mohon tunggu...
Didik Indra Pratama
Didik Indra Pratama Mohon Tunggu... -

Hanya menulis soal Ekonomi dan Bisnis di Kompasiana, berharap mendapat banyak kritik dan masukan dari Kompasioner yang lain terkait ulasan yang dibahas agar bisa terus belajar. Juga menulis mengenai topik yang lebih luas di blog pribadi brightdidi.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Banyuwangi 2016 Ini

31 Januari 2016   20:32 Diperbarui: 31 Januari 2016   20:53 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada Pemerintah kabupaten Banyuwangi, jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, para stakeholder di bidang Pariwisata, dan segenap masyarakat Banyuwangi, yang berarti saya juga ada di dalamnya, atas penghargaan yang diberikan oleh UNWTO untuk kategori “Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola”. Congratulation!

Kemenangan ini datang di saat yang tepat, setelah semua rangkaian Banyuwangi Festival 2015 berakhir dan konsep Banyuwangi Festival 2016 akan dirancang, info dari teman - teman di internal tahun ini setidaknya akan diisi dengan 40 acara. Acara - acara yang tahun lalu berjalan sukses, seperti Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, dan Festival Kuwung tampaknya akan tetap menjadi ujung tombak, tinggal menunggu ada kejutan apa tahun ini.

Jika dilihat sejak 2012 grafik perkembangan Pariwisata di Banyuwangi meningkat secara signifikan, baik jika diukur dari jumlah kunjungan tamu, skala pemberitaan, maupun ukuran lain seperti perkembangan bisnis yang terkait di dalamnya. Yang jelas ini by design, bukan secara kebetulan, dan didukung beberapa leverage yang menurut saya adalah faktor luck yang perlu disyukuri. Salah satunya adalah terpilihnya Arief Yahya sebagai Menteri Pariwisata, mantan Dirut PT. TELKOM itu adalah putra asli Banyuwangi (beliau alumni SMAN 1 Glagah, berarti satu almamater dengan saya, cuma ngasih tau aja)

Kembali ke kesuksesan yang by design tadi. Hari ini, setiap orang yang lahir di Banyuwangi akan senang dan dengan bangga menceritakan daerah kelahirannya kepada siapapun, lewat media apapun, utamanya media sosial. Jika Anda adalah pengguna Instagram, Anda bisa menggunakan hastag #banyuwangi untuk melihatnya. Mulai dari foto di lokasi wisata, acara festival, upacara daerah sampai foto mas - mas dengan baju pink dan duduk di tepi sawah bersama mas - mas dengan baju tanpa lengan bergambar Teletubies dibagikan dengan hastag #banyuwangi, semua merasa bangga.

Hal ini kontras dengan kondisi sekitar 10 tahun yang lalu, saya ingin mengajak Anda para pembaca yang terhormat dan manis ke zaman dimana sosial media belum booming dan kalaupun sudah booming, yang akan men-share tentang Banyuwangi hanya beberapa saja. Kenapa?

Saya ingat persis sebuah cerita ketika saya pertama datang ke Malang sesuai lulus dari sekolah menengah (SMAN 1 Glagah, dulu sekolahnya Pak Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI). Kalau sekarang setiap orang merasa bangga jadi orang Banyuwangi, dulu beberapa orang sampai tidak mengaku, dan jika ditanya "Kamu orang mana?" lebih suka menjawab "Jember". Masih kuatnya stigma kabupaten Banyuwangi sebagai "sarangnya tukang santet dan sihir" sampai - sampai mahasiswa daerah lain akan berpikir dua kali untuk mendekati mahasiswi dari Banyuwangi walau si mbaknya secantik Pevita Pearce.

Dan mahasiswi daerah lain juga akan mikir - mikir untuk didekati oleh mahasiswa asal Banyuwangi walaupun si mas nya seganteng Keenan Pearce (walau kenyataannya memang gak ada cowok Banyuwangi yang seganteng beliaunya). Dan saat penolakan kebanyakan dengan alasan "kamu terlalu baik buat aku". Baik dari Hongkong?

Ketika buka puasa bersama Ramadhan 2014 lalu Bupati Anas bercerita tentang kisah suksesnya "Sulit kalau pemerintah harus mempromosikan pariwisata tanpa dukungan masyarakat, dan bagaimana masyarakat bisa mempromosikan daerahnya jika tidak ada rasa bangga, yang ada malah rasa malu, jadi saya putuskan untuk menciptakan gerakan I LOVE BANYUWANGI" sehingga sejak awal 2013 slogan "I LOVE BANYUWANGI" tertulis dimana - mana, mulai dari papan nama sekolah, baliho, banner, kaos. Bahkan diciptakan sebuah lagu berjudul I Love Banyuwangi yang dinyanyikan oleh salah satu musisi muda di Banyuwangi (tetapi bukan alumni SMAN 1 Glagah seperti saya dan Pak Arief Yahya).

And the rest is history...

Penghargaan UNWTO, Faktor Arief Yahya, dan masuknya Banyuwangi di dalam master plan pengembangan pariwisata nasional jelas kabar baik, yang saya percaya akan menjadi trigger bagi kabar baik - kabar baik yang lain, baik untuk masyarakat Banyuwangi maupun Anda yang ingin berkunjung kesini, siapa tahu pertengahan tahun ini ada realisasi perpanjangan runway bandara Blimbingsari sehingga pesawat sekelas Airbus bisa mendarat sehingga banyak maskapai lain masuk ke Banyuwangi, kita tunggu saja :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun