Mohon tunggu...
Briantama Afiq Ashari
Briantama Afiq Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Kennis n Daad

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Ziarah ke Makam Tan Malaka, Sang Bapak Republik yang Terpinggirkan

23 November 2021   01:20 Diperbarui: 23 November 2021   01:22 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya harus menuruni anak tangga dari pinggir jalan, inilah foto yang saya ambil dari atas:

Dokumentasi Pribadi: Terlihat hanya ada satu warga yang sedang bertani di sekitar makam Tan Malaka
Dokumentasi Pribadi: Terlihat hanya ada satu warga yang sedang bertani di sekitar makam Tan Malaka

Setelah menuruni anak tangga, sampailah saya di makam Tan Malaka. Disitu saya memanjatkan doa bagi beliau, tak lupa juga menaburkan bunga untuk beliau. Di makam ini saya hanya sendirian, karena sekilas saya melihat seseorang warga tadi ternyata sudah kembali naik ke atas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Sungguh bapak republik yang terpinggirkan dan terasingkan. Makam Tan Malaka berada di kompleks pemakaman umum warga sekitar. Di kompleks pemakaman terdapat kotak amal yang digunakan sebagai tempat untuk menampung dana sukarela dari para peziarah.

Saya agak lama di makam karena sedang seolah-olah berbincang bersama bung Tan Malaka. Terakhir, saya ucapkan doa dan salam perpisahan sekaligus ucapan terima kasih serta minta maaf untuk beliau atas segala dedikasi dan akhir hidup beliau yang justru harus "mati" oleh bangsa sendiri. 

Suasana sepi, hening, dan hanya ditemani suara angin membuat saya semakin merinding. Bukan merinding ketakutan, tetapi merinding karena mengingat segala perjuangan beliau yang berakhir dengan kesepian, asing, bahkan terpinggirkan seperti sekarang ini. 

Bagi kamu yang memang tertarik atau suka dengan sejarah, makam Tan Malaka harus wajib kamu kunjungi. Akhir kata, mengutip kata Tan Malaka di tulisannya, yaitu Naar de 'Republiek Indonesia', Menuju Republik Indonesia (1925)

"Keadaan revolusioner harus dilengkapi dengan hasrat revolusioner. Kesadaran saja tidak cukup sudah sewajarnya bahwa rakyat Indonesia telah diperbudak selama 300 tahun dan harus berjuang melawan imperialisme yang mungkin dibantu oleh imperialisme-imperialisme lainnya tak akan dapat menang dalam satu hari" 

MERDEKA 100%!!! Sekali lagi, sebagai generasi muda harus TJAMKAN JAS MERAH!!!

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun