Sejak pertama kali melihat trailernya, saya sudah penasaran dengan cerita yang diusung oleh series ini. Apalagi ketika melihat deretan nama aktor dan aktris yang terlibat, ditambah lagi dengan prestasinya yang berhasil meraih peringkat pertama di Top 10 TV Shows di Indonesia dan masuk dalam Top 10 Netflix Series di enam negara.
Cerita ini merupakan adaptasi dari novel fiksi sejarah karya Ratih Kumala yang diberi judul sama, yang disutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.
Film ini membagi ceritanya menjadi dua latar waktu, yakni tahun 1960-an dan masa sekarang (meski di serial ini terlihat seperti awal 2000-an), dengan alur maju mundur yang disajikan dengan begitu apik.
Pembukaan series ini menampilkan seorang pria tua yang sakit-sakitan, memanggil nama Jeng Yah (Dasiyah) yang diperankan oleh Dian Sastro. Kisah berlanjut ketika anaknya, Lebas (Arya Saloka) diminta mencari Jeng Yah. Alur cerita mulai bergerak mundur ketika Lebas menemukan surat yang ditulis oleh Dasiyah.
Melalui adegan flashback, kita dibawa ke tahun 1960-an di kota M, di mana Dasiyah, anak sulung dari Idroes Moeria (Rukman Rosadi), pemilik Kretek Merdeka, memiliki impian uniknya sendiri: meracik saus kretek! Selain paham bahwa racikan saus adalah kunci dari cita rasa kretek, ia tahu, itu adalah cara mempertahankan keunggulan Kretek Merdeka dari pesaingnya, Kretek Proklamasi milik Soedjagad (Verdi Solaiman). Namun, keinginannya terhalang oleh norma-norma sosial di masyarakat saat itu.
Pekerja di pabrik Kretek Merdeka percaya, keterlibatan perempuan dalam pembuatan saus akan mengubah rasa kretek jadi asam. Perempuan hanya boleh menjadi pelinting saja.
Belum lagi sistem Patriarkal yang dianut pada masa itu mengatur perempuan hanya untuk peran-peran tradisional: masak, dandan, dan menjahit.
Baca juga: Review Film "The Flash" (2023): Menerobos Batas Waktu Dalam Sebuah Film Aksi yang Spektakuler“Mimpi saya adalah menciptakan kretek terbaik. Tapi di dunia kretek, perempuan hanya boleh menjadi pelinting saja,” – Dasiyah (Gadis Kretek, 2023)
Namum, keinginannya untuk masuk ke ruangan dengan pintu biru, yang merupakan ruangan khusus yang hanya boleh dimasuki oleh Pak Dibjo, peracik kretek Merdeka tidak bisa diganggu gugat lagi.