Mohon tunggu...
Brian Rivan Assa
Brian Rivan Assa Mohon Tunggu... Guru - Elementary School Teacher | Job 42:2

Menulis sebagai Katarsis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harapan dalam Lubang Runtuhan

6 Desember 2020   17:15 Diperbarui: 6 Desember 2020   17:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sebuah kekuatan bernama harapan / sumber: septorang.wordpress.com

Lubang runtuhan adalah sebuah metafora untuk menjelaskan mengenai rongga yang terbuka di tanah sebagai akibat erosi dan pengikisan air. Lubang itu bisa disebabkan oleh proses alamiah atau dipicu oleh aktivitas manusia, tetapi apa pun itu, lubang tersebut sungguh menakutkan.

Bayangkan berjalan-jalan di jalanan kota dan tiba-tiba tanah di bawah kaki Anda amblas! Itu sungguh mengagetkan sekaligus menakutkan.

Meskipun kebanyakan kita tidak pernah mengalami lubang runtuhan secara kasat mata atau nyata, metafora tentang "lubang runtuhan" dari kehidupan justru tidak mudah dihindari. Daud menggambarkan pengalaman itu sebagai terjebak dalam "lobang kebinasaan" dari "lumpur rawa" (Mazmur 40:3).

Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku. Mazmur 40:3

Seorang teman mungkin mengkhianati Anda, diri Anda sendiri mungkin mengecewakan Anda, dan orang-orang mungkin membenci Anda. Namun, betapa indahnya, meskipun dengan serangkaian pencobaan yang menimpa Anda, ada satu pribadi yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Dialah Kristus!

Kasih karunia-Mu tetap, meskipun jalanku gelap

Kendati taufan menderu, tak akan karam jiwaku

                     Kristuslah batu karangku

                          Di atas Dia ku teguh

                   Landasan lain hancur luluh

Tidak peduli segoyah apapun tanah di bawah itu. Anda akan aman jika Anda meletakan hidup di atas pengharapan seteguh batu karang.

Jangan lupa bersyukur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun