Mohon tunggu...
Brian Prasetyawan
Brian Prasetyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Blogger

Generasi '90an, Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI, Ketua Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional, Menulis 3 buku solo & 14 buku antologi, Pernah menulis puluhan artikel di Media Cetak Ngeblog juga di www.praszetyawan.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendekatkan Anak Pada Bahan Bacaan yang Menarik

26 Juni 2017   12:23 Diperbarui: 26 Juni 2017   12:38 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang minat baca, tentu kita sudah tahu bagaimana kondisi minat baca masyarakat Indonesia menurut berbagai Survey. Tidak perlu disebutkan disini, kita juga sudah hafal berapa indeks tingkat membaca orang Indonesia menurut UNESCO. Jadi tidak perlu panjang lebar membahas hasil survey dan mencari dimana letak kesalahannya. Mari membahas solusi yang efektif untuk menumbuhkan minat baca. 

Menumbuhkan minat baca pada seseorang tidak bisa melalui proses yang instan. Minat baca akan tumbuh jika seseorang menganggapnya sebagai salah satu hobinya. Sama seperti orang yang hobi melukis, menyanyi, memasak, olahraga, atau hal lainnya. Saat menjalani hobi, seseorang akan dengan senang hati melakukannya bahkan tanpa keberatan jika harus mengeluarkan biaya. Lalu bagaimana membuat agar seseorang nantinya akan memilih baca buku sebagai salah satu hobinya ? 

Hal tersebut bisa diawali ketika seseorang masih berusia dini. Ya...perkenalkanlah dan dekatkan buku ketika masih kanak-kanak. Usia balita hingga SD adalah masa yang tepat untuk menumbuhkan minat baca. Untuk itu, maka pihak yang berperan adalah orang tua dan guru. Pada tulisan ini akan lebih spesifik pada peran orang tua.

Orangtua sudah bisa mulai berperan sejak anak berusia balita. Banyak situs parenting yang menyarankan bahwa balita usia 1-2 tahun sudah bisa dikenalkan dengan buku. Bahkan usia dibawah satu tahun pun juga sudah bisa dikenalkan. Ingat... konteksnya adalah dikenalkan, bukan meminta anak langsung bisa membacanya. Isi buku juga bukan cerita dengan kalimat panjang. Namun hal yang lebih sederhana seperti hanya sekadar mengenal kata-kata kerja atau benda dikehidupan sehari-hari. Mengenalkannya juga bisa dengan cara membacakan isi buku kepada anak dan memperagakannya. Jadi setidaknya bisa membuat anak tertarik pada buku.

Memang butuh usaha ekstra dan mungkin kenyataannya membuat anak tertarik pada buku tidak semudah seperti anak tertarik pada gadget. Mungkin saja anak hanya akan melempar-lempar atau ingin merobek buku itu. Maka memilih buku yang tepat juga harus dipertimbangkan. Untuk usia balita, buku yang tepat adalah yang berjenis board book. Bahannya terbuat dari karton tebal sehingga tidak mudah rusak.

Memilih buku yang tepat dan menarik juga berlanjut ketika anak berusia SD. Walaupun buku banyak tersedia, mungkin saja belum tentu membuat anak tertarik pada buku. Mungkin jenis buku itu kurang menarik bagi anak. Sebagai contoh, tentu anak kelas 1 SD akan kurang tertarik pada buku yang tebal dan hanya berisi tulisan saja. 

Di sekolah dasar tempat saya mengajar, saya melihat para siswa cukup antusias membaca buku. di perpustakan. Apalagi setelah mulai adanya pojok baca di beberapa kelas. Jadi permasalahan sebenarnya bukan terletak pada minat baca anak yang rendah, tapi kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang sesuai dan menarik. Itu yang membuat anak Indonesia terkesan jarang membaca. Maka hal itulah yang juga perlu dilakukan orang tua, yaitu menyediakan bahan bacaan di rumah secara berkelanjutan agar anak tidak jauh terhadap akses bacaan. 

Saya juga memperhatikan buku seperti apa yang senang dibaca siswa. Perspektif buku menarik tidak sama antara anak kelas 1 sampai kelas 6. Setidaknya dari pengamatan saya, dapat disimpulkan ada dua kelompok. Pertama, buku menarik untuk anak kelas kecil (1-3 SD) tentu yang tidak tebal. Bisa berupa dongeng, cerita legenda, atau fabel. Namun dengan konten yang full colour dan banyak gambar.

Lalu yang kedua, kelompok anak kelas besar (4-6) sudah bisa tertarik pada buku yang agak tebal, dan banyak berisi tulisan dan sedikit gambar namun dengan genre novel atau kumpulan cerpen anak. Sebagai contoh adalah buku seri KKPK atau Fantasteen.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, orang tua silakan menyesuaikan jenis buku yang menarik tersebut ketika akan menyediakan bahan bacaan di rumah untuk anak

Dengan membiasakan anak membaca buku sejak dini, maka harapannya ketika beranjak dewasa dia dengan kesadaran sendiri akan memilih baca buku sebagai hobinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun