Kalau kita mendengar nama Tasmania, mungkin kebanyakan dari kita akan ingat dengan karakter kartun Tasmanian Devil, tokoh kartun yang berisik, bodoh, dan jahat. Tapi memang tokoh kartun tersebut terinspirasi dari binatang Tasmania, binatang endemik dari pulau Tasmania di selatan Australia, yang memang berisik kalau bersuara. Kebetulan beberapa bulan yang lalu saya dan keluarga sempat jalan-jalan ke sana. Perjalanan kami mulai dari Melbourne, karena saya sedang menempuh pendidikan di situ. Kami terbang selama 2 jam menuju Launceston, kota terbesar kedua setelah Hobarts yang terletak di utara. Bandaranya kecil, bahkan pesawat Boeing 737 kami tidak sempat mematikan mesinnya. Kami lalu menyewa mobil sedan kecil yang cukup untuk kami berempat duduk dan menyetir dengan nyaman, karena saya dan bapak saya memang senang sekali menyetir. Launceston adalah kota terbesar kedua, tapi tetap terhitung kecil, mungkin hanya sebesar Bogor. Kami tidak berlama-lama di sana, karena kami berniat untuk langsung menuju Cradle Mountain National Park. Perjalanan ditempuh sekitar 5 jam. Tapi saya betul-betul tidak merasa bosan. Mazda 3 yang kami sewa sangat asik untuk melahap jalanan yang mulus dan berliku. Kami sering sekali berpapasan dengan grup pengendara motor yang juga touring di Tasmania. Selidik punya selidik, setelah pulang, saya baru tahu ternyata majalah Top Gear merekomendasi jalanan di Tasmania adalah salah satu jalanan terbaik di dunia. [caption id="attachment_129332" align="aligncenter" width="640" caption="Istirahat sejenak"][/caption]
[caption id="attachment_129333" align="aligncenter" width="640" caption="Hijaauuuu"][/caption]
Setibanya di Cradle Mountain, kami lgsg menuju lodge yg kami sewa. Modelnya lucu, rumah kayu seprti di film-film koboi jaman dulu. Ternyata kami malah disambut dengan Wombat, salah satu binatang endemik Australia. Bentuknya bulat, agak besar, dan lucu. Bulunya halus. Dia juga mua dipegang orang. Kami sampai di sana sekitar pukul 4. Kami berencana untuk melihat dananu yang ada di Cradle Mountain, tapi biayanya cukup mahal, $16 per orang, belum termasuk tiket masuk mobil. Bapak saya langsung nyeletuk, "Wah kemahalan, kita lihat danau Toba yang jauh lebih besar dan bagus saja gratis." Saya pikir ada benarnya juga. Kebetulan ada joy flight menggunakan helicopter, akhirnya saya dan bapak saya ikut itu. Melihat Cradle Mountain dari atas cukup mengejutkan. Ternyata sejauh mata memandang, banyak sekali danau kecil dikelilingin rerumputan hijau dan hutan yang masih asri. Cradle Mountain terbentuk karena glazier yang mencari beribu tahun lalu, makanya banyak sekali danau kecil. [caption id="attachment_129345" align="aligncenter" width="640" caption="Si wombat yang lucu"][/caption]
[caption id="attachment_129334" align="aligncenter" width="640" caption="lodge yang unik"][/caption]
[caption id="attachment_129335" align="aligncenter" width="640" caption="R44"][/caption]
[caption id="attachment_129348" align="aligncenter" width="426" caption="Hutan yang asri"][/caption]
[caption id="attachment_129337" align="aligncenter" width="640" caption="Cradle Mountain"][/caption]
Malam pun tiba. Karena saya sedang berada di pegungungan, udaranya bersih, jauh dari pemukiman, langitnya sangat sangat sangat sangat bersih. Jujur, ini pertama kali saya melihat langit malam sebersih itu. Bahkan sabuk galaxi pun dapat terlihat jelas dengan mata telanjang. Tanpa pikir panjang, saya lgsg menyiapkan kamera untuk memotret star trail. Exposure 50 menit dan kamera saya arahkan ke bintang selatan untuk mendapatkan pattern yang circular. [caption id="attachment_129338" align="aligncenter" width="485" caption="Bintang bertaburan (ini yang bisa dilihat mata telanjang)"][/caption]
[caption id="attachment_129346" align="aligncenter" width="495" caption="Star Trail (50 menit exposure)"][/caption]
Esok harinya saya dan keluarga lgsg menuju Saint Helens, kota pesisir yang terletak di timur. Butuh waktu 8 jam untuk menuju ke sana. Di tengah jalan, kami mampir di Queenstown, kota ttambang yang dulu ramai. Sekarang hanya menjadi kota tua yang kecil dan sepi, seperti kota hantu. Kami pun tiba malam hari di Saint Helens. Niat ingin cari makan, tapi semua toko sudah tutup. Kalau di Indonesia setidaknya masih ada warung makan yang buka. [caption id="attachment_129340" align="aligncenter" width="640" caption="Queesntown"][/caption]
[caption id="attachment_129341" align="aligncenter" width="640" caption="Sunset di tengah perjalanan"][/caption]