Mohon tunggu...
Brian Mohamad
Brian Mohamad Mohon Tunggu... -

mahasiswa akademi teknologi komunikasi informasi 2014, siap mengabdi untuk bangsa, negara, keluarga,dan agama.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menuntut Prestasi Timnas Indonesia

11 September 2014   14:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yah, Kalah lagi..” mungkin itu adalah kata yang sering anda ucapkan dalam hatiatau ketika anda melihat tim yang mewakili semangat seluruh rakyat indonesiabertanding di kancah internasional. Siapa yang salah? Tidak perlu saling menyalahkan, bukan itu tujuan saya menulis artikel ini. Secerca harapan sempat hadir ketika tim nasional U-19 dibawah asuhan pelatih Indra Sjafrie menjuarai piala AFF U-19 di Solo tahun lalu. Seketika tim ini menjadi sorotan media, bagaimana tidak? Terakhir kali Indonesia menjuaraisebuah turnamen sepakbola internasional adalah ketika meraih medali emas Sea games1991. Lampu sorot semakin banyak menyoroti tim ini ketika tim asuhan Indra Sjafrie ini lolos ke Piala Asia U-20 2014 di Myanmar, luar biasanya lagi mereka berhasil“menumpas”juara bertahan turnamen tersebut, Korea Selatan dengan skor3-2. Seketika, seluruh mata tertuju pada tim ini. Seakan mendapatkan harapan baru, seluruh rakyat Indonesia mulai mengidolakan tim ini. Berbagai pihak tanpa dikomando turut mendukungtim nasional U-19. Tim inimemang berbeda dari tim nasional Indonesia di jenjang umur yang lain. Mengapa? Karena tim ini memainkan sepakbola indah dari kaki ke kaki yang dipopulerkan oleh tim Barcelona dari Spanyol. Harapan pun melambung jauh, tim ini diharapkan bisa lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 yang digelar di Australia pada 2015 mendatang. Untuk mencapai target itu, tim ini di karantina untuk mematangkan permainan dan kekompakan. Namun, entah lawan sudah membaca gaya bermain tim ini, atau ada faktor lain yang membuat kekalahan kembali menerpa tim ini. Ya, tim harapan seluruh bangsa ini gagal total di Turnamen Hassanal Bolkiah yang digelar di BruneiDarussalam. Tidak tanggung-tanggung, tumbang di tangan tuan rumah dengan skor 3-1, tumbang di tangan Vietnam 1-3, lalu tumbang di tangan kamboja dengan skor 1-2. Kemenangan 6-0 atas singapura hanya menjadi penghibur, karena tim ini tetap harus pulang kampung lebih awal. Ironis memang, tim yang ditunggu setiap pertandingannya oleh seluruh rakyat Indonesia, tumbang di tangan tim yang biasanya dipermak habis oleh Negara ASEAN lainnya, seperti Brunei dan Kamboja. Belum selesai kita membicarakan hal ini, tim U-19 B yang mengikuti turnamen AFF U-19 di Vietnam, harus pulang lebih awal daripada kontestan yang lainnya. Membawa status juara bertahan, tim asuhan Rully Nere ini harus rela dicukur habis oleh tim yang tahun lalu kita kalahkan. Dicukur Thailand 6-2, lalu dicukur Myanmar 3-0 bukan lah sebuah hasil yang membanggakan bagi sebuah tim yang menyandang predikat “Juara Bertahan”. Ya, memang tim ini hanya dipersiapkan selama 2 minggu oleh BTN, namun apakah hal itu bisa dijadikan alasan?. Ketika saya menonton pertandingan tim ini melawan Thailand, saya melihat potensi skill individu yang baik dimiliki oleh para pemain timnas U-19 ini. Namun mereka seakan tidak mendapat arahan harus bermain seperti apa, mengoper kemana, dan berlari kemana. Alhasil seperti kita ketahui bagaimana hasilnya sekarang. Permasalahan yang sama juga menimpa timnas senior kita dibawah arahan pelatih Alfred Riedl. Menjamu Yaman di stadion Maguwoharjo Kabupaten Sleman, tim ini bermain imbang 0-0. Saya yakin kita sudah tidak meragukan lagi kualitas Irfan Bachdim, Cristian Gonzales dkk. Namun kembali, permainan tanpa visi dan kreativitas yang diperlihatkan tim ini. Bisa dibilang, 90 menit tanpa ada peluang berarti dari timnas Indonesia. Saya mungkin belum tentu bisa membawa tim ini dengan persiapan secepat ini untuk langsung berprestasi, tapi setidaknya kita seharusnya boleh mengharapkan sebuah permainan yang membanggakan dari timnas Indonesia di semua jenjang umur ini bukan?. Tetapi menarik untuk kita cermati bahwa tidak mungkin kita terus mencari kambing hitam atas semua masalah ini. Mungkin metode latihan dan strategi dari pelatih yang di terapkandi setiap timnas ini yang menurut saya harus dirubah. Namun tentu saja, pembinaan usia muda, dan juga kualitas liga yang tentusaja harus ditingkatkan. Tentunya kita sebagai saudara sebangsa setanah air harus tetap mendukung PSSI dan segala kebijakannya, bukannya menjadi pendukung karbitan yang hanya mendukung disaat menang.Jika semua aspek tersebut sudah tercapai, bukan tidak mungkin kita melihat Garuda Jaya kembali menancapkan cakarnya di kancah sepakbola internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun