Sepakbola, olahraga dengan daya tarik terbesar didunia. Olahraga yang telah menghidupi jutaan masyarakat diseluruh dunia ini memiliki daya tarik sendiri bagi para penikmatnya. Dari teknik permainan, intrik didalam dan diluar lapangan, hingga kehidupan para pemainnya kini sudah menjadi makanan pokok bagi para pencinta sepakbola. Sepakbola konon pada zaman dahulu kala dijadikan hiburan oleh para raja-raja di Britannia raya. Kini sepakbola seakan menjadi “obat penghilang rasa sakit” bagi masalah kehidupan seluruh masyarakat dunia. Dari orang tua hingga anak-anak pastimenyukai olahraga yang dimainkan 22 pemain ini. Disamping semua itu, tanpa disadari sepakbola merupakan sebuah industri yang tidak hanya menghadirkan hiburan bagi masyarakat, sepakbola juga mampu menjadi industri yang membangun perekonomian masyarakat.
Pada tahun 2010, Indonesia menjadi tuan rumah pesta sepakbola se-Asia tenggara yaitu AFF cup. Kemenangan di laga perdana ketika melibas habis Malaysia 5-1 menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Rakyat Indonesia yang kala itu sedang haus akan hiburan dan kebanggaan bangsa seketika mendapat setitik harapan akan kebangkitan tim sepakbola bangsanya. Bintang turnamen saat itu, Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales seketika menjadi idola masyarakat Indonesia. Ironis memang, Cristian Gonzales sebenarnya adalah warga negara Uruguay yang di naturalisasi menjadi WNI, sedangkan Irfan Bachdim adalah pemuda keturunan Indonesia-Belanda yang ketika berumur 18 tahun memilih Indonesia sebagai kewarganegaraannya. Disamping hal itu, kedua bintang ini menjadi idola yang ikut membangkitkan ekonomi masyarakat. Hampir semua orang, anak-anak maupun dewasa mengenakan jersey timnas Indonesia bertuliskan nama kedua orang ini. Penjual jersey dan atribut timnas seketika menjamur ditengah masyarakat membuktikan bahwa sepakbola juga merupakan industri ekonomi bagi penikmatnya.
Masyarakat di negara-negara amerika latin kurang lebih kondisi ekonominya mirip dengan Indonesia. Satu hal yang membedakan Indonesia dengan negara-negara Amerika latin adalah sepakbola. Bagi masyarakat amerika latin, sepakbola adalah “obat kemiskinan”. Dengan paradigma yang tertanam seperti itu, sepakbola seakan menjadi agama baru yang menyelamatkan masyarakatdari jurang kemiskinan. Pesepakbola dari amerika latin banyak yang memiliki latar belakang berasal dari keluarga miskin, namun ketika mereka menjadi pesepakbola mereka mampu keluar dari jurang kemiskinan dan mampu membantu kehidupan masyarakat yang masih terjerat kemiskinan. Paradigma ini terbuktidengan data bahwa Argentina adalah“Pengekspor” pesepakbola terbesar di dunia. Sungguh sangat disayangkan, Indonesia dengan bakat alami dan rakyat terbesar ke-4 di dunia seharusnya bisa lebih baik dibandingkan dengan Argentina. Kurangnya pembinaan dan perhatian dari pemerintah menjadi alasan buruknyaprestasi dan pemanfaatan dari industri paling menjanjikan di bumi ini.
Paradigma yang dianut masyarakat amerika latin tersebut meluas hingga ke seluruh belahan dunia. Negara-negara Afrika,Asia, dan Eropa turut meningkatkan perhatian pada industri sepakbola. Inggris kemudian mengklaim negaranya sebagai tempat lahir bagi olahraga terbesar di planetini tersebut. Sekarang, Inggris menjadi kiblat bagi persepakbolaan dunia karena dianggap memiliki kompetisi paling kompetitif yaitu Barclays Premier League. Semua pesepakbola diseluruh dunia bermimpi untuk bisa menjadi bagian atau ikut bertarung di kerasnya liga terkeras di muka bumi ini. Liga Inggris sekarang bukan hanya hiburan bagi rakyat Inggris dan sekitarnya, sekarang liga Inggris sudah menjadi santapan bagi seluruh masyarakat diberbagai penjuru dunia. Hak siar televisi yang sangat besar jumlahnya menjadi pendorong ekonomi yang luar biasa bagi perkembangan liga terketat di dunia tersebut. Kualitas kompetisi yang bersih, bersaing, dan “tidak bisa di tebak” merupakan daya tarik yang menarik para investor dan orang-orang kaya dari seluruh dunia untuk berlomba menanamkan modalnya di tim-tim liga inggris. Ironis memang, melihat tim-tim Indonesia kesulitan mencari dana maupun sponsor untuk mengarungi dan membangun persepakbolaan di negeri ini. Padahal dari industri ini jika dimaksimalkan bisa menghasilkandana yang bahkan lebih banyak daripada penghasilan dari pajak maupun devisa yang dihasilkan para TKI yang merantau keluar negeri.
Meningkatnya perekonomian akibat sepakbola menghasilkan reaksi berantai yang baik juga. Arda Turan misalnya, gelandang serang andalan timnas Turki dan Atletico Madrid ini merupakan pesepakbola yang berlatar belakang darikeluarga miskin di Turki. Belum lama ini dia menyumbangkan gajinya untuk membayar listrik dan kebutuhan pokok bagi desa miskin tempatnya berasal dan berbagai desa lain. Cristiano Ronaldo di kasus lain melelang “golden boot” yang diraihnya karena berhasil menjadi pencetak gol terbanyak diseluruh daratan eropa selama satu tahun. Hasil pelelangan sepatu yang akhirnya terjual dengan banderol hampir 2 juta dollar itu kemudian disumbangkan kepada pemerintah Palestina yang sedang dijajah dan berperang melawan Israel. Kedua sepakbola papan atas dunia ini telah memberikan contoh yang luar biasa kepada kita bahwa sepakbola juga berperan sebagai industri yang juga memperhatikan kehidupan social disekitarnya.
Indonesia sebagai rumah bagi jutaanpencinta sepakbola, belum memiliki perkembangan yang bagus pada industri sepakbola. Indonesian Super League sebenarnya sudah mengarah pada arah yang bagus. Persib Bandung yang keluar sebagai juara di musim 2014 merupakan contoh konkrit sepakbola sebagai industri yang sukses. Persib merupakan tim dengan ekonomi ter-sehat di Indonesia. Pembayaran gaji pemain yang teratur dan pembinaan muda yang baik membuat Persib menjadi juara ideal bagi Indonesia. Seragam tempur Persib Bandung pada musim 2014 di penuhi oleh sponsor menjadi bukti bagi sumber pembiayaan Persib Bandung yang baik. Dengan baiknya pemberian hak pemain, maka permainan pemain pun akan semakin baik, dan muaranya adalah tim solid yang mampu berprestasi. Ketika Persib ditasbihkan sebagai juara setelah menumbangkan Persipura, segenap masyarakat Jawa Barat hanyut dalam kegembiraan tiada tara. Gubernur Jawa Barat dan Walikota Bandung ikut larut dalam euphoria kemenangan Persib ini. Puncaknya adalah ketika segenap pendukung Persib mengumpulkan uangnya bersama untuk diberikan kepada pemain Persib sebagai hadiah dari supporter. Persib Bandung merupakan sebuah kisah sukses yang patut kita teladani dalam upaya membangun industri sepakbola yang kondusif, dan inspiratif bagi Indonesia.
Industri sepakbola tanpa disadari sudah berperan dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Sebuah negara bahkan bisa menjadi lebih kuat dan lebih erat persatuannya akibat sepakbola. Sepakbola menghilangkan segala perbedaan yang ada, karena ketika seorang pemain turun ke lapangan, tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi, semua sama ketika turun ke lapangan. Indonesia secara partikuler kurang memahami arti penting industri sepakbola yang membangun banyak aspek dalam kehidupan bangsa, terutama kepada pemerintah dan PSSI sebagai induk sepakbola untuk lebih fokus pada industri sepakbola. Indonesia masih menganggap sepakbola hanya sebagai hiburan, belum sebagai sumber pencarian. Akan tetapi, bukankah pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang mengenai hal yang kita senangi, dan kita cintai?. Alangkah bijaksananya jika orang yang diberi kewenangan untuk menangani sepakbola tanah air kita adalah orang yang benar-benar mencintai dan menggilai sepakbola. Faktanya sepakbola Indonesia diatur kebanyakan oleh orang yang tidak memiliki rasa cinta pada sepakbola. Alhasil sepakbola Indonesia banyak di politisasi dan selalu berorientasi jangka pendek. Berdasarkan pembahasan kita tadi, sebagai sesama pecinta sepakbola, marilah kita ikut mendukung dan membangun persepakbolaan tanah air kita, terlepas dari apapun yang terjadi pada petinggi-petinggi PSSI, baik buruknya hasil, kita sebagai pendukung hanya bisa terus mendukung, jangan hanya mendukung dikala menang. Karena kita adalah bagian dari pembangunan industri sepakbola tanah air kita, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H