Mohon tunggu...
Brian Marpay
Brian Marpay Mohon Tunggu... Dosen - STT Jaffray

》Katib 📚✒

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merdeka atau Terjajah (Roma 6:15-23)

17 Agustus 2019   10:43 Diperbarui: 17 Agustus 2019   14:13 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Sejarah mencatat bahwa Belanda pernah menjajah Nusantara (Indonesia) selama 350 tahun, dengan sistem kerja paksa yang diwajibkan bagi setiap orang pribumi kala itu, yang dikenal dengan Rodi. Yakni sebuah bentuk kerja paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. 

Rodi berupa pengerahan tenaga rakyat dengan tujuan untuk membangun infrastruktur sipil dan militer demi kepentingan pangkalan pemerintahan kolonial Belanda. 

Disisi lain, ada negara Jepang, sebagai salah satu negara Asia yg sempat menjajah Indonesia selama kurun waktu 3,5 tahun. Realitanya Jepang menjajah Indonesia tidaklah lama, tetapi menurut informasi yg kita pelajari sejak dari bangku sekolah, bahwa Jepang menindas Indonesia dengan sangat kejam serta sadis. 

Romusha sebagai sistem kerja paksa yg mereka terapkan di Indonesia. Akhirnya Indonesia boleh melewati masa-masa sulit dan kelam, yang tercatat dalam sejarah bangsa ini. Pada tangga 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, dengan berani memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sekalipun mereka sebenarnya ada dalam bayang-bayang dan intimidasi bangsa Jepang kala itu.

Jika kita berkaca pada pengalaman bangsa ini, dimana kita memiliki pengalaman kelam pada masa lalu, yang kemudian kita tarik ke dalam hidup kita saat ini. 

Pertanyaannya datang kepada kita, bagaimana seandainya jika dosa yg menjajah hidup kita? Bagaimana seandainya dosa yg memperbudak hidup kita? Apa yg harus Anda dan saya buat, apa yang harus anda dan saya lakukan?

Roma 6:15-23

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Dari nats ini, penulis membawa pembaca melihat langkah-langkah untuk menjadikan kita seorang hamba kebenaran yg telah dimerdekakan, yang kemudian tidak hidup dalam perbudakan dosa.

1). Hamba Dosa (ayat 17)

 δοῦλοι τῆς ἁμαρτίας (BYZ) - Douloi tes Hamartias - Slave the Sin (hamba/budak Dosa). Kata  - Hamartias (hamartia -ἁμαρτίας- 290 X dalam PB) bermakna tidak kena sasaran atau meleset. Kata ini sendiri secara etimologi, sebenarnya tidak mengandung unsur atau makna "kejahatan". 

Ibarat suatu target memanah atau menembak, bila tembakan tidak tepat mengenai pusat pusaran target, berarti meleset. Inilah hamartia tersebut. Demikian juga dengan setiap orang Kristen. Saya dan anda, kita dituntut untuk memiliki standar kesucian seperti Bapa yang adalah sempurna. 

Jadi bila kehidupan kita belum seperti Yesus atau belum seperti yang Bapa kehendaki dalam hidup kita, itu berarti belum sesuai dengan kehendak-Nya. Dan selama masih belum seperti Bapa, maka hal tersebut sudah menjelaskan "hamartia".

Selanjutnya kata benda ini sendiri, memiliki gender feminine (penulis hanya menyoroti dari aspek gender). Jadi Dosa itu memiliki sisi feminine. Mari kita identifikasikan sisi feminine dari dosa ini. 

Dosa memiliki sisi kenikmatan, kelembutan, manis, indah untuk dipandang, menggiurkan, memesona, dan masih banyak lagi yang lain. Itu sebabnya banyak orang kristen yang terjebak dalam dosa, mengapa? 

Sebab sisi inilah yang menjebak manusia untuk berbuat dosa. Jika dosa memiliki sisi maskulin tentunya ketertarikan terhadap dosa, dan tindakan untuk berbuat dosa tidak ada. (bad. dengan kejatuhan manusia di taman Eden -- Kej 3)

Orang yg menghamba pada dosa, adalah orang-orang yang takluk pada dosa, tidak berdaya terhadap dosa, dan tunduk pada otoritas dosa (ayat 19 a). Mengapa? Saat anda dan saya hidup dalam perbudakan, kita tidak berdaya, kita ada di bawah kuasa Tuan kita, kuasa Majikan kita (lihat dan banding dengan budak/pembantu yang dipekerjakan di rumah anda -- jika ada). Demikian juga dengan hamba dosa. 

Saat kita diperbudak oleh dosa, maka kita menyerahkan segala sesuatu yg kita miliki. Termasuk di dalamnya kita menyerahkan anggota-anggota tubuh kita untuk menjadi hamba Kecemaran (ketidakmurnian), menjadi hamba kedurhakaan (pelanggaran hukum) ayat 19. 

Jadi jangan serahkan hidupmu untuk dikuasai oleh dosa. Sebab saat kita menyerahkan hidup kita pada dosa, maka secara tidak langsung anda telah memberi dirimu untuk dikuasai, diikat, diintimidasi, diperbudak, anda takluk, anda tidak berdaya, bahkan anda tunduk pada otoritas dosa (Setan sebagai majikanmu).

Dalam Yohanes 8:34, Yesus berkata: "Aku berkata kepada mu, sesungguhnya setiap orang yg berbuat dosa, adalah hamba dosa". Dan ending dari dosa dalam nats ini ialah, Paulus menggunakan kalimat, buah apa yang dapat dipetik dari menghambakan diri pada dosa? (ayat 21). 

Paulus melanjutkan lagi  bahwa buah yang dapat dipetik dari perhambahan akan dosa ialah kematian kekal (ayat 21). Bahkan Paulus menggunakan kalimat upah dosa ialah maut (ayat 23 a).

Sebagai contoh, Pornografi. Saat anda menyerahkan mata anda, pikiran anda untuk memvisualisasikan kenajisan dan percabulan lewat pornografi, maka anda telah berada di bawah otoritas Setan untuk diperbudak melalui Pornografi.

2). Hamba Kebenaran (ayat 18)

edoulothete te dikaiosune - ἐδουλώθητε τῇ δικαιοσύνῃ  (BYZ) - to enslave righteousness - Budak Kebenaran. Dikaiosune - δικαιοσύνῃ bermakna kebenaran, keadilan, kebajikan. Tuhan Allah adalah representasi dari kebenaran, keadilan dan kebajikan itu sendiri. Itu artinya kita perlu menghambakan diri pada Tuhan Allah yang adalah representasi dari Kebenaran itu sendiri.

Faktanya anda dan saya, kita adalah orang berdosa (karena semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah - Roma 3:23). Benar bahwa kita adalah hamba dosa, - dahulu kita adalah hamba dosa (ayat 17) tetapi pada ayat 18, Paulus mengatakan bahwa kita telah menjadi hamba kebenaran, dengan jalan dimerdekakan dari dosa, dimerdekakan dari perhambaan akan kuasa dosa. Dan kita telah menjadi orang merdeka, kita menjadi hamba/budak Kebenaran. 

Dalam Yohanes 8:31-32, Yesus berkata seperti ini, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku. Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu".

Selanjutnya untuk kata benda dikaiosune - δικαιοσύνῃ ini, seperti pada penjelasan sebelumnya, penulis pun hanya akan menyoroti kata ini dari aspek gendernya (feminine). Jika, dosa memiliki gender feminine, demikian juga untuk kata "kebenaran". Kebenaran memiliki gender feminine. Mari kita identifikasi sisi feminine dari kata kebenaran ini. 

Kebenaran juga menawarkan sisi ketulusan, kebenaran menawarkan sisi keindahan, sesuatu yg menyenangkan. Pada akhirnya untuk menjadi orang merdeka, anda dan saya harus menjadi hamba kebenaran seperti yang Paulus jelaskan pada ayat 18. Dengan demikian ending dari kebenaran ialah hidup dalam kekekalan bersama Bapa di Surga.

Benar bahwa dalam Roma 6 ada pilihan (kebebasan) untuk hidup dalam perhambaan akan dosa maupun hidup dalam perhambaan terhadap kebenaran, dan ini menyangkut pilihan anda dan saya. Namun pada sisi lain, Paulus juga berbicara tentang ketidak berdayaan manusia dalam Roma 7:18-23 selaku yang terjajah, dan ini fakta yang sering terjadi dalam kehidapan kekristenan. Paulus pun melanjutkan kondisi ini dengan berkata: "aku, manusia celaka!" (Roma 7:24). Paulus sedang mengirim signal kepada kita selaku pembaca bahwa selaku orang yang terjajah terhadap dosa kita lemah dan tak berdaya, "siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?".  

Pada pasal 8, Paulus mengemukakan argumennya dengan mengangkat topik Hidup oleh Roh. Benar saja bahwa ayat 1-17 memberikan pemahaman baru kepada kita selaku pembaca bahwa kemerdekaan yang dialami bukanlah komuditi yang harus dikejar. Kemerdekaan hadir tatkala kita mempersilahkan Ia tinggal dan menetap dalam hati kita (ayat 10-11).  Jadi kemerdekaan adalah by product dari kehadiran Allah dalam hidup kita, itu sebabnya kita diminta untuk hidup dipimpin oleh Roh (ayat 9). Hal ini sejalan dengan 2 Kor 3:17 "sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan".    

Implikasi dan Kesimpulan 

  1. Apakah anda mau diperhamba oleh Dosa? Apakah Anda sedang diperhamba oleh Dosa, yang begitu mengikatmu? Sama seperti ilustrasi dari pornografi, dan mungkin dosa lain yang sedang mengikat anda hari ini. Ingat dosa tersebut akan terus menjajah hidupmu! Dosa tersebut akan menjadi majikanmu, juraganmu atau tuanmu selama anda belum dimerdekakan! Dan perlu diketahui bahwa ending dari hidup di bawah perhambaan dan perbudakan akan dosa ialah kematian kekal. Dan inilah fakta dari status orang yang terjajah.
  2. Ataukah anda ingin hidup dalam perhambaan akan Kebenaran, yakni dimerdekakan? Jika ya, maka yang menjadi majikan, juragan, atau tuanmu ialah Tuhan Yesus? Dengan ending kehidupan kekal?

Dua pilihan ini ada di tangan anda dan saya. Mau hidup dalam PERTOBATAN, yg membawa Anda dan saya pada KEKEKALAN, sebagai bagian dari orang yang telah DIMERDEKAKAN. Ataukah anda dan saya ingin hidup dalam PERHAMBAAN akan DOSA, sebagai bagian dari orang TERJAJAH yang membawa kita pada kematiaan KEKAL

Pada akhirnya, selamat berkontemplasi! Solus Christus! Merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun