Saya melihat beberapa orang sudah mulai membajak sawahnya dan ada yang sudah mulai menganyam. Di tengah jalan saya dengan teman saya berhenti sejenak karena melihat orang yang sedang mentenun kain. Saya melihat sorang mbah menenunn kain menggunakan sebuah alat yang sangat sederhana. Alat yang di gunakan terbuat dari kayu yang di rancang seperti mesin jahit.Â
Setelah berbincang dengan mbah, mbah tersebut berkata bahwa alat sedernaha tersebut bukan miliknya. Mbah hanya sebagai orang yang menenun kain yang di beri upah oleh orang lain. Mbah tersebu di upahi Rp.15.000 untuk 30 meter.Â
Mbah berkata bahwa dia hanyalah orang panggilan untuk menenun sehingga ia di beri upah oleh sang pemilik. Menurutnya hanya pekerjaann inilah yang dapat ia kerjakan dikarenakan usia yang cukup senja dan terbatasnya pendidikan membuat ia hanya dapat mensyukuri yang ia peroleh.Â
Sungguh sangat sedih melihat seorang nenek-nenek yang masih mau bekerja untuk mendapatkan uang. Sepenglihatan saya mbah menenun dengan lihainya tetapi menurutnya kegiatan menenun harus konsentrasi karena jika salah sedikit maka hasil kainnya tidak memuaskan.
Senin, 22 oktober 2018 adalah hari terakhir saya berada di desa sendang mulyo. semua cerita selama di desa sendang mulyo tak akan saya lupakan. Pada siang hari kami di angkut dari dusun sembuhan lor oleh mobil pick up menuju balai desa untuk berkumpul dengan mahasiswa-mahasiswa universitas atmajaya yang berada di dusun lain. Dan kami pulang pada pukul 16.00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H