Mohon tunggu...
Brian JordanC
Brian JordanC Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

[Kreatif-Inovatif] "Close Loop System" Bisa Meningkatkan Produktivitas Jagung?

2 Desember 2019   23:44 Diperbarui: 2 Desember 2019   23:43 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Close Loop System? Apakah bisa meningkatkan produktivitas jagung di Indonesia?

Ketahanan pangan masih menjadi agenda penting untuk dibahas oleh pemerintah Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk secara terus-menerus. Tahun 2024, jumlah penduduk di Indonesia diprediksi dapat mencapai hingga 350 juta jiwa. Sehingga ini menjadi PR besar pemerintah untuk selalu memperhatikan dalam peningkatan produksi pangan secara signifikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu komoditas pangan yang perlu untuk dilakukan inovasi dalam meningkatkan produktivitasnya adalah komoditas jagung.

Bagaimana kondisi produksi jagung di Indonesia?

Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang menyebutkan estimasi produksi jagung di Indonesia masih mengalami defisit. FAO mengestimasikan produksi jagung nasional tahun ini dan tahun depan sekitar 11,95 juta ton. Sementara konsumsinya sebesar 12,4 juta ton, untuk pakan ternak 8,5 juta ton serta untuk pangan, industri dan bibit sebanyak 3,9 juta ton. Artinya, masih ada kekurangan pasokan sebesar 450 ribu ton.

Bagaimana cara meningkatkan produktivitas jagung?

Penyediaan bibit tanaman yang unggul dan berproduksi tinggi menjadi faktor utama dan penting dalam peningkatan produktivitas. Kedua, tersedianya lahan tambahan, akan tetapi intensifikasi sangat penting untuk tingkatkan produktivitas. Ketiga, praktik agrikultur yang baik, maksudnya adalah SDM yang dilatih melalui program penyuluhan dan pelatihan petani. Keempat, tersedianya offtaker. Terakhir, financing.

Apakah ada ide khusus dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Salah satu sistem pertanian yang terbukti penerapannya sudah bagus adalah Close Loop System, yang diterapkan pada komoditas sawit. Close Loop System atau keseluruhan hal tersebut harus menjadi satu-kesatuan merupakan suatu sistem dimana petani kecil dan petani besar dapat bersatu (bergotang-royong) untuk menghasilkan keberhasilan, juga meerupakan sistem kontrol berumpan balik. Dengan demikian produktivitas dapat jauh berkembang, berkelanjutan serta mampu meningkat dengan cepat. Hal tersebut sangat penting, karena petani dalam skala kecil saja tidak akan bisa efisien dalam menghadapi situasi seperti ini. Selain itu, keikut sertaan pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan petani juga berperan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia.

Pertanyaan lainnya adalah "Apakah Close Loop System bisa diterapkan pada komoditas jagung?" Jawabanya "Bisa diterapkan, akan tetapi tidak harus sama melainkan menyesuaikan sesuai komoditasnya." Close Loop System dapat menjadi wadah, karena petani jagung skala kecil tidak mampu bersaing bila tidak bersama dengan perusahaan besar (industri jagung). Dari sistem kerjasama seperti ini ,mampu untuk mencapai produktivitas komoditas jagung yang tinggi. Sehingga kedua petani tersebut saling memberikan umpan balik (feed back). Selain itu, produksi jagung di Indonesia tidak akan lagi mengalami yang namanya defisit melainkan akan terus mengalami surplus.

Peningkatan nilai produktivitas komoditas jagung dengan menerapkan Close Loop System diharapkan mampu membantu ketahanan pangan nasional dapat mencapai target. Sehingga peningkatan kebutuhan pangan dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia. Selain untuk kebutuhan peningkatan produktivitas pertanian, Close Loop System juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kemitraan antara petani dan juga dapat menjamin produktivitas kehidupan petani di Indonesia, terutama petani skala kecil.

Penerapan Close Loop System selalu terkendala anggapan yang kurang baik. Hal ini disebabkan asumsi-asumsi bahwa petani kecil hanya mendapat keuntungan kecil karena keuntungannya akan diambil oleh petani besar. Padahal anggapan seperti itu dapat dipatahkan dengan formula tertentu dari dinas terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun