Mohon tunggu...
Brian Antonius
Brian Antonius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Masih SMA

Batminton

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Pengemis di Sekitar Kita

4 Maret 2024   21:33 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keberadaan pengemis yang kian menjamur di beberapa daerah bukan sekedar sebuah pemandangan kota yang kita lihat setiap hari, melainkan sebuah masalah sosial yang perlu kita waspadai. Fenomena ini muncul dari berbagai faktor yang saling berkaitan seperti ekonomi, sosial dan bahkan psikologis. 

Menyikapi hal tersebut, dinas-dinas terkait telah memberi larangan bagi masyarakat untuk memberi uang pada pengemis. Sayangnya penyuluhan tentang hal tersebut belum maksimal, sehingga tidak sedikit dari masyarakat yang karena belas kasihan memberikan sejumlah uang kepada para pengemis. Namun, pemberian uang tersebut dapat membuat pengemis menjadi ketergantungan. Hal ini berpotensi menjadi pekerjaan bagi mereka. Apalagi, jika melihat hasil dari mengemis jumlah yang didapat cukup banyak dan dapat melebihi UMR. 

Tidak jarang kehadiran pengemis yang kita jumpai di tempat-tempat umum mengganggu aktifitas dan kenyamanan kita. Lampu merah, rumah ibadah dan tempat makan merupakan lahan bagi para pengemis melakukan aksinya. Beberapa pengemis bahkan nekat melakukan aksi radikalisme seperti mengancam atau memaksa targetnya untuk memberikan sejumlah uang kepada mereka. Jika tidak terpenuhi, mereka akan marah dan mengumpat targetnya. 

Hadirnya pengemis merupakan dampak dari faktor kemiskinan dan kemalasan. Kemiskinan sendiri disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya pendidikan. Maka dari itu pendidikan menjadi dasar utama untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan ini. Tidak mudah untuk mengurangi populasi pengemis di sekitar kita. 

Walaupun dinas sosial telah melakukan rehabilitasi kepada para pengemis dan mencoba untuk mengurangi populasinya,  mereka akan tetap muncul orang-orang baru yang menggantikan. Salah satu hal yang dapat memutus rantai itu adalah hadirnya lapangan pekerjaan untuk menggantikan aktivitas mengemis tersebut. Jika memungkinkan, para pengemis ini diberikan lapangan pekerjaan oleh pemerintah yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Fenomena pengemis menjadi permasalahan sosial yang tidak mudah diselesaikan. Semua pihak memiliki tanggung jawab untuk hal tersebut. Pemerintah yang kurang tegas melakukan penindakan hukum pada pengemis dan pemberi, memberi peluang berkembangnya jumlah pengemis. 

Agar populasi pengemis dapat berkurang atau hilang, aturan yang dibuat seharusnya dijalankan dengan baik dan benar. Orang yang memberi uang kepada pengemis harus diberikan sanksi tegas sesuai dengan aturan agar merasakan efek jera. Jika pemberi jera terhadap kelakuannya, maka hal ini akan mengurangi populasi dari pengemis yang ada. 

Penyaluran jiwa kedermawanan, tidak harus memberikan uang kepada pengemis. Memberikan sumbangan atau bantuan melalui lembaga atau yayasan resmi yang telah diakui pemerintah membuat penyaluran jiwa kedermermawanan lebih tepat sasaran.Kerjasama antara masyarakat, dinas sosial dan aparat menjadi kunci utama mengatasi fenomena pengemis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun