Mohon tunggu...
Brian A Hananto
Brian A Hananto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Desainer, Manusia

Seorang pengajar pada program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Pelita Harapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bermain dengan Huruf, Kuliah Umum Yasser Rizky

29 Juni 2019   23:36 Diperbarui: 29 Juni 2019   23:39 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Program Studi DKV, Alfiansyah Zulkarnain, Memberikan Sambutan dan Membuka Acara

Desainer grafis ternama Yasser Rizky berkunjung ke Universitas Pelita Harapan (UPH) dan membagikan pengalamannya dalam kuliah tamu Design Roundtable yang kedelapan. 

Acara yang dihadiri oleh anak-anak tahun pertama program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) itu berlangsung pada hari Rabu, 26 Juni 2019 di Pelita Hall, UPH.

Acara Design Roundtable kali ini juga merupakan bagian dari perkuliahan pada mata kuliah Tipografi Dasar yang sedang berlangsung. Para mahasiswa yang tengah mengambil mata kuliah tersebut diarahkan untuk datang dalam kuliah umum tersebut. Kuliah umum itu lalu dibuka oleh ketua program studi DKV UPH, Alfiansyah Zulkarnain. 

Beliau menekankan bagaimana materi dari kuliah ini akan bermanfaat tidak hanya untuk anak-anak yang ingin mengambil peminatan Desain Grafis saja, tapi juga untuk dua peminatan lainnya yang ada di DKV UPH, yaitu Desain Animasi dan Sinematografi. Ia menambahkan bahwa kegunaan elemen huruf dan juga tipografi tidak terbatas hanya pada media-media tertulis seperti cetak ataupun digital, namun juga pada film dan juga animasi.

Kepala Program Studi DKV, Alfiansyah Zulkarnain, Memberikan Sambutan dan Membuka Acara
Kepala Program Studi DKV, Alfiansyah Zulkarnain, Memberikan Sambutan dan Membuka Acara

Materi yang dibawakan Yasser kemudian dibagi kedalam tiga sesi yang berbeda. Pada sesi pertama Yasser menjelaskan mengenai apa itu tipografi, mulai dari sejarahnya dan juga pemahaman-pemahaman yang ada mengenai tipografi. Yasser mencoba menjelaskan bagaimana tipografi yang merupakan sebuah keahlian praktis dapat berkembang hingga akhirnya menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri dan terus menerus berkembang hingga saat ini. 

Pada sesi kedua yang diberi judul "Typography as Instrument" ini, Yasser menunjukkan contoh karya-karya desain yang ia kerjakan. Karya-karya yang ditunjukkan pada sesi kedua ini adalah karya-karya dimana tipografi berfungsi sebagai elemen yang mendukung desain. Yasser memaparkan alasan-alasan dibalik eksekusi tipografi yang ia lakukan dalam karya-karya yang ia kerjakan. 

Pada sesi terakhir yang berjudul "Typography as Language", Yasser menampilkan karya-karya dimana huruf atau tipografi adalah elemen utama atau dominan dalam karyanya. Ia menunjukkan bagaimana ia menggunakan potensi huruf sebagai sebuah tanda visual dan menggunakannya secara efektif dalam karya-karya desainnya.

Pada sesi tanya dan jawab, terdapat pertanyaan seputar mengapa perlu mempelajari 'aturan-aturan' desain dan tipografi untuk mendesain, mengingat desain yang ditunjukkan oleh Yasser seolah 'tidak mengikuti aturan'. Yasser menjelaskan bahwa dalam desain sendiri tidak ada 'aturan baku' seperti aturan-aturan atau hukum-hukum pasti, yang ada adalah prinsip-prinsip desain yang tujuannya membantu desainer ketika mendesain. 

Ketika kita paham dan mengerti mengenai prinsip tersebut, barulah kita dapat memutuskan prinsip apa yang coba dilanggar. "Seperti aturan menggunakan maksimal hanya boleh tiga huruf, itu kan aturan yang dibuat dengan tujuan desain dapat lebih ada kesatuan." Ade Maradona, seorang dosen mata kuliah tipografi dasar dan juga moderator dalam kuliah tamu ini, menambahkan bahwa aturan ataupun prinsip yang diajarkan adalah basic. "Ketika kita sudah paham mengenai basic atau rule, barulah kita bisa break the rule. Kalau tidak tahu apa rulenya, mana bisa kita break the rule?"

Ade Maradona dalam acara Design Roundtable 8
Ade Maradona dalam acara Design Roundtable 8

Pertanyaan lain yang diberikan kepada Yasser terhadap karyanya adalah mengenai mengapa Yasser dapat nyaman dengan desain yang terlihat 'eksperimental dan tidak beraturan'; lalu apa pendapatnya terkait desain-desain yang ketat dalam menggunakan grid ataupun kalkulasi. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Yasser dengan menunjukkan beberapa karyanya lagi. 

Ia menjelaskan bahwa ia menggunakan grid dalam desain-desainnya dengan cukup teratur. "Kalau memang butuhnya miring ya gridnya dimiringin. Ingat, kita yang mengatur grid kita, bukan kita 'ngikutin' gridnya."

Foto Bersama Usai Acara
Foto Bersama Usai Acara

-

Design Roundtable adalah Sesi Kuliah Terbuka yang diselenggarakan oleh Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan. Untuk informasi lebih banyak mengenai Design Roundtable, kunjungi instagram.com/designroundtable.

Foto Dokumentasi oleh Michelle Gondomuljo dan Abraham Brian Wijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun