Mohon tunggu...
Alexander Bria
Alexander Bria Mohon Tunggu... Administrasi - Saya seorang petani

Petani

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanamkan Nilai Budaya untuk Generasi Penerus Bangsa

3 April 2019   21:50 Diperbarui: 3 April 2019   22:19 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tas Sederhana dari Daun Lontar (dok pribadi)

Kemajuan teknologi yang begitu cepat akan turut mempengaruhi peradaban manusia, terutama dalam konteks kebudayaan. Bahwa genereasi sekarang sudah lebih banyak mengikuti, alur kemajuan teknologi yang pada akhirnya membuat mereka untuk lupa akan kebudaayaannya sendiri.

Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena memang kehidupan manusia akan terus berubah seiring dengan perkembangan jaman. Namun yang menjadi catatan bagi kita semua adalah jangan melupakan kebudayaan yang kita miliki.

Karena manusia yang hidup berbudaya berarti ia tidak akan melupakan segala peninggalan para pendahulu (nenek-moyang). Dan kalau tidak berbudaya maka harkat dan martabat kita sebagai manusia akan dianggap rendah oleh orang lain.  

Dengan adanya kemajuan teknologi maka generasi muda harus terus ditanamkan nilai-nilai kebudayan melalui pendidikan. Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan lupa dengan kebudayaan yang dianut dan akan tertanam  terus dalam sanubari generasi penerus.

Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Malaka, melalui Dinas Pendidikan adalah mewajibkan siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar untuk menggunakan tas yang terbuat dari anyaman daun lontar.

Selain itu juga, masih banyak kegiatan pembinaan lain yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menumbuh dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan dalam diri siswa sejak dini.

Tiga orang siswa yang ditemui, ketika dalam perjalanan pulang dari sekolah sambil membawa tas buku dari hasil anyaman daun lontar. Mereka bertiga sekolah di SDI Bene-Bene, Desa Babotin Maemina, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka.

Namanya Aldi, Risky, dan Agus. Mereka tiga sementara berada di tingkat Sekolah Dasar (SD) kelas satu dan dua. Tas buku yang sederhana ini merupakan hasil karya dari orang tua mereka, sehingga orang tua tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli tas.

Segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan di sekitar lingkungan kita tanpa mengeluarkan uang maka itu bagian dari kearifan lokal yang harus dijaga dan dikembangkan. Tas sederhana ini merupakan hasil karya dari peninggalan nenek-moyang sejak dahulu kala. Karena itu, perlu dilestarikan sehingga tidak punah sampai kapan pun juga.

Aldi, Ryski dan Agus, mengatakan bahwa " kami sangat senang menggunakan tas seperti ini, karena melalui tas sederhana ini mengajarkan kami tentang bagaimana setipa orang wajib memelihara budaya masing-masing"

"Meskipun banyak tas- tas gaul yang dijual, namun kami tidak akan beli karena kami masih bisa mengasilkan sendiri. Walaupun dari dilihat dari nilai seni, tas sederhana ini masih di bawah tas gaul yang ada di pasar. Tetapi kami akan belajar untuk membuat tas ini menjadi indah sehingga bisa masuk dalam dunia pasar" ujar Aldi,

Sekian......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun