Mohon tunggu...
Alexander Bria
Alexander Bria Mohon Tunggu... Administrasi - Saya seorang petani

Petani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Hidup Seorang Nenek

2 April 2019   20:44 Diperbarui: 3 April 2019   17:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Inilah kisa seorang Nenek yang masih Prlduktif di usia yang Ke-110 Tahun"

Usia produktif untuk seorang manusia berkisar antara 15-64 Tahun. Pada usia yang demikian, seseorang dapat memaanfaatkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk bekerja sehingga bisa mengasilkan sesuatu barang maupun jasa.

Biasanya seseorang yang sudah mencapai usia di atas 64 tahun tidak lagi produktif. Dan mereka dikelompokam sebagai lanjut usia (Lansia). Karena tenaga yang ada pada diri mereka sudah mulai berkurang sehingga mereka hanya menikmati hidup dengan bantuan keluarga.

Namun ternyata tidak semua orang yang sudah lanjut usia tergolong sebagai kelompok non produktif. Hal ini terlihat melalui seorang nenek yang sudah berusia satu abad lebih (110 tahun), tetapi masih produktif. Dikatakan produktif karena masih bisa menghasilkan suatu produk tertentu yang sangat bermanfaat untuk orang lain. Produk yang dihasilkan berupa hasil kerajinan tangan yakni mengayam sehingga mengasilkan nyiru, tikar, bakul, tempat sirih, dan tanasak (istilah bahasa daerah). Produk tersebut terbuat dari bahan dasar daun lontar dan gewang.

Nenek yang masih produktif itu bernama Monika Abuk. Ia sudah ditinggalkan oleh suaminya pada beberepa tahun silam. Saat ini ia tinggal bersama dengan salah satu puterinya yang sudah berkeluarga, tepatnya di Bene-Bene, Desa Baotin Maemina, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bersama suaminya, almahrun Bartolomeus Neno Rae, sejak pernikahan mereka dikaruniai 13 orang anak. Namun 7 orang sudah meninggal dunia dan kini tinggal 6 orang yang masih hidup. Terkadang nenek ini tinggal tidak menetap. Berpindah rumah ke anak-anaknya yang tinggal dalam satu kampung.

dokpri
dokpri
Nenek Monika, kelahiran tahun 1909, aktifitas hariannya adalah mengayam. Produk yang ia hasilkan dijual untuk untuk orang yang sudah pesan. Hasil jualan ia gunakan untuk membeli sirih, pinang dan kebutuhan lain seperti minuman untuk sarapan pagi. Ia tidak pernah meminta uang pada anak-anaknya. Karena baginya ia berprinsip bahwa hidup itu jangan jadi tukang minta-minta.

Terkadang ia juga ditinggalkan oleh puterinya. Tetapi ia masih bisa mengurus diri seperti memasak, cuci piring mandi dan lain-lain. Baginya, selagi ia masih mampu untuk bekerja maka tidak perlu mengeluh kepada orang lain. Selagi masih diberikan umur yang panjang oleh Sang Pencipta, maka harus bisa bekerja sehingga tidak memberikan beban untuk orang lain, Ujar Nenek Monika.

Nenek Monika, yang sering disapa oleh anak-anak dan cucunya dengan sebutan Be'i Bian, hingga saat ini sudah memiliki 31 Orang cucu dan 21 orang cece. Ia juga selalu shering bersama dengan cucu-cucunya tentang pentingnya seseorang untuk bekerja. Katanya, hidup itu harus bekerja, tidak boleh malas-malasan. 

Karena kalau tidak bekerja maka kita akan bergantung pada orang lain. Saya juga sering marah kalau melihat cucu-cucu ku hanya pegang Handphone sepanjang hari, ujar Nenek Monik. Selain itu, ia juga sering menceritakan kepada cucu dan cecenya tentang kehidupannya pada masa lampau, terutama pada masa penjajahan Belanda dan jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun