Budaya dan masyarakat yang menempati suatu wilayah hidup bersamaan. Hal tersebut disebabkan masyarakat dan kebiasaannya itulah yang menjadi awal dari terciptanya kebudayaan. Melestarikan sebuah budaya yang telah diturunkan generasi ke generasi adalah hal penting bagi masyarakat desa. Selama ini, masyarakat desa terbiasa untuk mengajarkan tradisi-tradisi yang ada dengan berbicara atau menggunakan lisan. Dengan berbincang dan mengisi informasi mengenai budaya di sebuah percakapan terdengar sangat mudah, bukan?
Sayangnya metode lisan dinilai tidak lagi efektif dalam melestarikan sebuah kebudayaan. Hal ini disebabkan banyaknya remaja bahkan anak-anak yang menyukai hal-hal berkaitan dengan digital. Mereka akan lebih senang ketika mereka diminta untuk menggunakan smartphone-nya. Berubahnya sikap dan penerimaan masyarakat kepada sebuah kebudayaan yang dijaga juga berkaitan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat dan masyarakat pedesaan harus beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi.
Mengapa Kita Perlu Bersahabat dengan Teknologi?Â
Melihat contoh dari cara masyarakat berdagang, banyaknya pedagang yang menggunakan pembayaran secara digital lebih dicari daripada yang hanya membayar menggunakan uang tunai. Hal tersebut disebabkan teknologi dalam cara pembayaran sudah berkembang dari menggunakan uang tunai menjadi e-wallet. Kasus tersebut membuktikan bahwa mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkan hal tersebut memiliki dampak positif pada prosesnya, begitu juga dengan budaya yang hampir hilang. Kebudayaan yang ada di antara masyarakat Desa Wonoagung ini sangatlah banyak dan beragam. Sampai saat ini masih banyak diikuti oleh masyarakat desa itu sendiri karena dianggap sakral. Masyarakat Desa Wonoagung menganggap bahwa semua kebiasaan yang dilakukan oleh warga bertujuan untuk selalu menjaga kerukunan di desa tersebut, tetapi remaja yang mengikuti kegiatan, festival, dan acara desa lainnya sangat sedikit.
Banyak dari masyarakat desa yang tergolong tua mengatakan bahwa, "Kalau di sini yang aktif memang yang tua-tua saja. Anak mudanya malas semua." Ini menjelaskan bahwa memang tidak adanya upaya menyebarkan informasi secara digital oleh perangkat desa. Oleh karena itu, Kelompok 80 FBD JANTRA berasal dari Universitas Brawijaya yang melaksanakan aktivasi website dan media sosial Desa Wonoagung yang sudah jarang terpegang sebagai salah satu program kerja KKN. Program kerja tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat desa ke depannya.
Menjaga Budaya dengan TeknologiÂ
Dengan mengaktifkan kembali media sosial dan website, anggota kelompok berharap dapat membantu sebaik mungkin agar kebudayaan Desa Wonoagung dapat dikenal masyarakat luas. Upaya yang dilakukan pertama kali adalah mengaktifkan website dan mengisi data-data yang memuat profil Desa Wonoagung. Tujuan dari hal tersebut adalah dikenalnya budaya dan tradisi yang ada oleh masyarakat luar ketika mencari informasi di internet mengenai Desa Wonoagung. Upaya kedua yang dilakukan anggota kelompok adalah mengaktifkan kembali media sosial instagram dan memberikan contoh konten-konten yang dapat diikuti, sehingga video yang diunggah di Instagram desa tidak hanya berupa rekaman dari warga desa saja, tetapi berisi konten yang menarik, sehingga ada potensi akan muncul di beranda masyarakat yang lebih luas. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan harapan masyarakat Desa Wonoagung memiliki keinginan untuk mempelajari teknologi secara mendalam, sehingga teknologi memiliki manfaat dan nilai guna lebih di kehidupan masyarakat desa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H