Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Milenial di Percaturan Dunia

27 September 2018   16:17 Diperbarui: 27 September 2018   21:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa depan sebuah bangsa terletak pada bagaimana regenerasi di bangsa itu! kita tentu masih mengingat bagaimana serunya berlangsungnya Piala Dunia 2018 di Rusia, dengan keluarnya  Prancis sebagai juara event 4 tahunan ini. 

namun banyak opini yang menyebut event ini kurang lengkap, hal itu kita wajari karena memang Piala Dunia 2018 ini berlangsung tanpa ikut sertanya Italia dan Belanda. dimana sebelum event ini berlangsung, kedua negara ini menjadi favorit untuk keluar sebagai juara, namun ikut serta saja mereka tak berhak.

Lalu apa yang salah dengan Belanda yang memiliki sejarah panjang dipercaturan sepak bola dunia tidak mampu untuk sekedar lolos ke putaran final? mungkin jawaban yang tepat adalah regenerasi yang terlambat, tidak ada pilar muda yang muncul dalam tubuh tim oranye beberapa tahun terakhir

Belanda seperti sulit menemukan pengganti sepadan nama nama seperti Arjen Robben dan Wesley Sneijder yang jadi pilar utama  tim saat menghantarkan Belanda berada di papan atas persepakbolaan dunia. 

mereka tetap saja diandalkan dalam menaungi pertandingan walau sudah memasuki usia uzur bagi seorang pesepakbola. perbedaan terlihat dimana Swedia berani meninggalkan penyerang legendarisnya, Zlatan Ibrahimovic. pada akhirnya mereka hanya dikalahkan oleh Inggris di fase 8 besar. Prancis juga mampu menjadi juara tidak lepas dari peran seorang Kylian Mbappe, andalan mereka yang masih berumur muda.

Dari hal itu kita bisa belajar bagaimana pentingnya regenerasi di sebuah tim, di sebuah negara.  bagaimana ketika kita hanya mengandalkan nama nama yang itu itu saja dalam sebuah organisasi, dalam sebuah komunitas, dalam sebuah partai politik. dengan harapan dengan menjual nama tersebut menjadi modal penting dalam menjaga ke stabilitasan sebuah komunitas, namun pada akhirnya hanya akan terjebak dalam zona nyaman. menjadikannya hanya akan kesulitan tersendiri.

Anak muda atau milenial saat ini di hadapkan dengan tantangan teknologi zaman yang berkembang pesat, bagi anak muda yang pasif hanya akan tetap berada pada zona nyamannya.  

padahal anak muda punya cara sendiri untuk menggerakkan dunia. bagaimana seorang pemuda 25 tahun asal Malaysia, Syed Saddiq, menteri pemuda dan olahraga mereka, menjadikannya sebagai menteri termuda sepanjang sejarah Malaysia. Macron, menjadi presiden Prancis di usianya yang masih berkepala 3. 

Harapan kita kedepannya bagaimana kita bisa menjadi anak muda yang mampu melanjutkan regenerasi dari bangsa ini, menanamkan nilai nilai leluhur kita dalam memajukan bangsa ini dengan cara milenial. bagaimana milenial bisa menggenggam dunia, milenial harus berani keluar dari zona nyamannya, menciptakan dan memaksimalkan peluang. 

anak muda bisa ber kontribusi mulai dari hal yang paling sederhana, melakukan interkasi  melalui gadget, dengan memaksimalkannya sebagai peluang besar, tidak terkekang oleh gadget melainkan mampu menguasainya. pada akhiurnya dengan usaha apapun milenial yang akan menguasai dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun