Tadi malam sekitar jam satuan di kotaku ada rasia PSK. Kebetulan aku melihatnya. Ada banyak Satpol PP yang diangkut pake truck. Dikawal juga oleh beberapa pak polisi yang mengiringi mereka dengan mobil patwalnya. Terus ada beberapa orang yang mengenakan berbagai warna jaket menutupi badan dan menyelimuti dari dinginnya angin malam. Aku gak tahu siapa mereka.
Di sebuah hotel kelas pondokan (aku ga tahu apa kelasnya, soalnya hotel itu kecil, kalo disebut melati kayaknya ga dech..) mereka berhenti. Seperti pasukan densus 88 mereka berlompatan keluar, bergegas sigap bak tentara mau menyerbu markas teroris.
Beringas mereka menuju ruang resepsionis yang sekaligus jadi ruang lobby hotel itu, membuat terkaget - kaget seoarng penjaga hotel sekaligus resepsionis itu. Kayaknya gelagapan melayani mereka. Aku tidak tahu apa pembicaraannya. Soalnya aku hanya melihat dari kejauhan di seberang jalan hotel itu. Seperti dicokok hidungnya, sang penjaga itu mangantarkan para petugas tersebut mendatangi satu persatu kamar hotel kecil itu.
Aku tertarik melihatnya untuk lebih dekat. Bahkan kalau boleh aku mengikuti mereka. Mencari tahu bagaimana cara menanya, memeriksa, atau menginterogasinya. Sebab, ini hal baru bagi diriku, sekaligus pengalaman pertamaku ikut "merazia" apa yang disebut penyakit sosial oleh mereka dan khalayak masyarakat.
Terdengar bentakan dan kalimat keras lainnya, bila tak mau disebut makian meluncur dari mulut - mulut para petugas tersebut, membangunkan satu persatu penghuni kamar yang lagi menginap di hotel tersebut. Aku berpikir, ini kayak jaman penjajahan aja. Sopan dikit kenapa? Toh, belum tentu yang ada di dalam kamar hotel itu adalah orang - orang yang berbuat maksiat.
Aku hanya terpana. Begitukah cara mereka melakukan tindakan yang menurut mereka sudah dibenarkan. Memang, ada Perda yang melindungi dan memayungi langkah mereka, namun sayangnya tata krama dan etika cara melakukan razia jauh dari rasa "keberadaban" yang ada. Kalau tidakan semena - mena itu terus diberlakukan tidak mustahil akan muncul perlawanan - perlawanan di kemudian hari oleh orang - orang yang tidak suka dengan cara mereka. Lagaknya "LEBIH POLISI" dari sosok POLISI beneran. Padahal mereka hanya SATPOL PP. Satuan Polisi Pamong Praja. Herannya lagi, kenapa mereka beraninya hanya di hotel - hotel kecil. Coba di hotel - hotel berbintang, bernaikah mereka berbuat seperti itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H