Oscar Pistorius – sebuah inspirasi baru bagi dunia
Sebuah InspiraMotiva oleh : @LintongQuotes
Sejak beberapa hari lalu, hingga detik saya menulis artikel ini, saya takjub dengan seorang anak manusia yang diciptakan Tuhan di abad ini, yang telah menginspirasi jutaan mata dan hati orang-orang yang menyaksikan perlombaan atletik dalam Olimpiade 2012. Saya takjub bukan karena dia sebagai pelari yang mengalahkan orang lain, namun karena dia seorang atlit yang telah membuktikan berhasil mengalahkan dirinya sendiri.
Oscar Leonard Carl Pistorius, pemuda yang lahir pada tanggal 22 November 1986, seorang pelari berlari Afrika Selatan adalah pelariberkaki palsu yang bertanding melawan pelari-pelari normal kelas dunia. Oscaryang mengalami amputasi ganda di bawah lutut, adalah pemegang rekor dunia untuk kelas T44 dalam lari100, 200 dan 400 meter dan berlari dengan bantuan Cheetah FlexFoot sebagai kaki buatan.
Oscar Pistorius ikut ambil bagian dalam kompetisi pertama internasional tahun 2007 sebagai pertandingan standarisasi atlet sehat. Setelah memantau percobaan, para ilmuwan beranggapan bahwa Oscar menikmati keuntungan besar sebagai atlit yang menggunakan kaki palsu. Daritemuan itu, pada 14 Januari 2008 IAAF memutuskan bahwa Oscar tidak memenuhi syarat untuk kompetisi dilakukan di bawah aturan, termasuk Olimpiade 2008.
Keputusan ini dibalikkan oleh Pengadilan Arbitrasi Olahraga pada 16 Mei 2008, karena secara keseluruhan tidak ada bukti bahwa Oscarlebih diuntungankandari atlit sehat. Hal ini menarik sekali dicermati dimana Oscar tidak berlindung dalam belas kasihan namun dengan penilaian yang lebih valid dan objektif terhadap keberadaan dan persyaratan sebagai atlit.
Meskipun memenuhi syarat untuk bersaing dalam 2008 Olimpiade musim panas di Beijing, Oscar tidak memenuhi syarat untuk bergabung dalam tim Afrika Selatan. Meskipun mencapai tempat ketiga dan waktu terbaik pribadi 46,25 detik di 400 meter di Lucerne, Swiss, pada 16 Juli 2008, dia juga tidak dipilih oleh Komite Olimpiade Afrika Selatan untuk tim estafet 4 × 400 meter untuk masuk menjadi salah satu dari empat pelari lain yang dianggap lebih layak. Hal ini adalah pelajaran penting bagi Oscar bahwa dia masih harus berjuang dan lebih sabar dalam proses pencapaian tujuannya.
Lalu pada tahun 2008 paralimpiade musim panas, dia meraih medali emas pada perlombaan 100, 200 dan 400 (T44) meter sprint.
Dalam mencapai jarak 400 meter, Pistorius mencetak waktu 45,07 detik pada tanggal 19 Juli 2011, ia mencapai "A" standar kualifikasi untuk Kejuaraan Dunia 2011 dan 2012 Olimpiade Musim Panas.
Titik terang semakin terbuka bagi Oscar, dan dia masuk berpartisipasi dalam lari 400 meter dan 4 x 400 meter estafet, meskipun harus tersingkir di semifinal nomor 400 meter lari (finishing terakhir dengan waktu 46,19 detik), tetapi apapun ceritanya, ia menjadi ‘orang cacat’ pertama yang memperdengarkan sebuah lagu kemenangan dalam pertandingan standar badan sehat menghasilkan medali.
Cerita ini berlanjut, sehingga pada tanggal 4 Agustus 2012, Oscar Pistorius menjadi ‘orang cacat’ diamputasi ganda pertama yang masuk dalam Olimpiade.
Kita lupakan sejenak apakah Oscar meraih medali emas atau tidak. Satu pelajaran sangat penting bagi kita bahwa Oscar telah menginspirasi jutaan orang, termasuk para atlet yang bersaing melawannya sehingga sang juarapun berupaya mendekatinya untuk bertukaran nomor punggung.
Lalu apakah Oscar adalah atlit yang tiba-tiba ingin diakui dunia Internasional? Oh tentunya tidak. Perjalanan Oscar masuk dalam Olimpiade tidak serta merta muncul kemarin sore, namun dimulai 25 tahun lalu, setelah ia lahir tanpa fibulas, dan harus memiliki kedua kaki diamputasi di bawah lutut. Sejak dia mendapat pengajaran dari orang tuanya bahwa seorang Oscar tidak perlu merasa cacat, ia telah memerangi persepsi bahwa orang cacat tidak mampu melakukan hal-hal yang dilakukan orang bertubuh normal. Oscar ingin membuka makna baru ‘cacat fisik’ bagi mata dunia.
Baru saja kita saksikan beberapa hari lalu, setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Oscar Pistorius akhirnya mencapai tujuannya masuk dan bersaing dalam Olimpiade, lari estafet 400m dan 4x400m di Olimpiade London. Dia tidak hanya bersaing, tapi mengejutkan banyak orang, ia berhasil lolos ke semi-final 400m (4 × 400 relay).
Sebuah penghormatan, kita sebut datang dari Kirani James, pesaingnya yang memenangkan semifinal mengatakan setelah perlombaan, "...saya mengangkat topi (hormat) ke dia,... Saya melihat dia sebagai atlet dan pesaing lain, namun yang lebih penting adalah dia seseorang yang saya kagumi dan hormati."
Keberhasilan Oscar Pistorius sebagai atlit diamputasi ganda yang mampu bersaing melawan atlit normal telah menyebabkan orang cacat lain untuk mengikuti mantra, "Jika Oscar bisa melakukannya, saya bisa melakukannya." Ini memberi inspirasi kepada banyak orang untuk berjuang melewati batas pikiran dan mematahkan asumsi umum tentang keterbatasan cacat tubuh.
Oscar telah berjibaku, mengambil risiko, berjuang membuktikan sebuah prestasi yang telah membuka mata setiap orang agar berpikir kembali tentang sesuatu yang mereka pikir tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka melakukannya. Sejak kecil Oscar menerima sebuah pendapat hebat dari orang tuanya bahwa, “Oscar tidak perlu menganggap diri sebagai orang cacat.”
Hormat dan salut saya bagi Anda @OscarPistorius !
Video wawancara
InspiraMotivasi ini dipersembahkan oleh Lintong Simaremare untuk Indonesia yang lebih semangat.
Web: www.lintongQuotes.com | Twitter: @LintongQuotes
Sumber foto: Twitter @OscarPistorius
Bahan Artikel: Chicago Sun Times & ABC News
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H