Hadirnya multimedia storytelling dan wartawan multimedia adalah bentuk nyata dari kombinasi perkembangan teknologi dan jurnalisme. Dari masa ke masa terus mengalami perubahan dan pergeseran dalam dunia jurnalisme.
Hal ini telah dibahas sebelumnya dalam Pahami Multimedia, Arus Baru dalam Jurnalisme. Bagaimana wajah jurnalisme saat ini ? Berikut ulasannya!
Jurnalisme Lama
Sebelum mengulas jurnalisme saat ini, perlu diketahui terkait progres dari jurnalisme yang lama. Praktik jurnalisme dulu berhubungan erat dengan The Hypodermic Needle Theory (Teori Jarum Suntik) yang menganggap bahwa audiens atau khalayak bersifat sangat pasif yang tidak berdaya unuk menolak pesan-pesan yang diberikan oleh media massa seperti radio, televisi, surat kabar dan majalah.
Pesan-pesan media kemudian diasumsikan dapat secara langsung menyuntik atau menembak ke dalam kepala setiap anggota populasi.
Kumpulkan Berita
Pengumpulan berita pada jurnalisme lama umumnya berlangsung dalam ruang berita yang di dalamnya melibatkan reporters, district correspondents, sub-editors & story writers, cameramen, assignment editors, desk editors, dan engineers.
Produksi Berita
Kegiatan produksi berita pada jurnalisme lama diawali oleh assignment editors (AE) yang bertanggung jawab dalam merencanakan, memilih, dan memproduksi materi berita. AE kemudian akan mengutus reporters, cameramen, dan district correspondents untuk mendapatkan berita dari network terpercaya yang dimiliki. Setelah itu, mereka akan menulis dan mempublikasikan tulisan atau artikel yang dibuat. Audiens atau khalayak tidak terlibat apapun dalam praktik produksi berita pada jurnalisme lama.
Gaya Penulisan Berita
Terdapat beberapa gaya dalam penulisan berita pada jurnalisme lama, antara lain:
- Investigative Journalism, bersifat kritis dan teliti. Jurnalisme investigasi umumnya sebagai 'watchdogs' yang mana berusaha untuk menguak kebenaran dengan melakukan reportase mendalam tanpa rasa takut
- Yellow Journalism, merupakan opini bias yang menyamar sebagai fakta objektif
Jurnalisme Kini
Jurnalisme era ini dimulai ketika maraknya internet yang bermula pada tahun 1990-an. Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI), internet semakin mewabah saat media pertama yaitu Republika Online (www.republika.co.id) Â tayang perdana. Lalu, diikuti oleh Detik.com yang dikenal sebagai sang pelopor dalam membuka khasanah baru media online. Sejak saat itu, Dotcom semakin marak di tahun 2002-2003.
Hingga kini, perkembangan teknologi semakin membawa dunia jurnalisme ke tangga multimedia. Dalam jurnalisme ini, audiens bukanlah populasi yang pasif. Hal ini dikaitkan dengan Uses and Gratification Theory yang beranggapan bahwa audiens lebih aktif dalam memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya. Audiens kini lebih bersifat selektif dalam menerima pesan-pesan dari media.