Mohon tunggu...
Brayden Kang
Brayden Kang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FK UNAIR

Seorang laki laki yang suka akan banyak hal, mulai dari musik hingga politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menguak Identitas Asli Calon Pemimpin Bangsa Melalui Jejak Digital

4 Oktober 2024   20:30 Diperbarui: 4 Oktober 2024   23:34 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Akhir-akhir ini, jejak digital menjadi suatu isu yang sangat diperhatikan oleh masyarakat umum. Hal ini disebabkan salah satu figur politik memiliki jejak digital yang sangat buruk. Opini-opininya yang kontroversial dan merendahkan tentu membuat masyarakat merasa khawatir akan keberadaan figur tersebut di masa yang mendatang. Kasus ini menimbulkan banyak sekali keresahan masyarakat mengenai kasus tersebut. Ditambah lagi, figur tersebut akan menjadi sosok yang bermain peran yang cukup penting dalam memimpin bangsa dan negara Indonesia ini. Bagaimana tidak? Apakah ada masyarakat yang ingin dipimpin oleh pemimpin yang memiliki opini-opini yang kontroversial, mengandung unsur degradasi, bahkan melecehkan orang lain? Saya tentu tidak. Apa arah bangsa Indonesia ini kedepannya apabila berada di bawah kendali orang seperti itu? 

Sangat miris sekali, seorang pemimpin negara ini melakukan hal seperti itu. Ditambah dengan kondisi negara Indonesia saat ini yang sedang berjuang untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dan memenuhi target-target SDGs 2030. Hal ini menyebabkan hilangnya rasa percaya masyarakat akan pemerintah yang akan datang. Hanya karena penggunaan media sosial yang kurang baik, masyarakat menjadi skeptis akan kemampuan orang tersebut terutama dalam menjadi seorang pemimpin negara. Seorang pemimpin perlu untuk menjadi sebuah panutan atau contoh bagi pengikutnya. Apa yang bisa kita contohkan dari pemimpin seperti itu? Apakah kita perlu untuk menormalisasi hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin seperti itu? Nasib Indonesia akan terombang ambing dengan keberadaan pemimpin seperti itu.

Media sosial tentu dapat menjadi suatu tempat bagi penggunanya untuk berekspresi. Namun, perlu diingat bahwa setiap perilaku baik di dunia nyata maupun dunia maya memiliki batasan tertentu. Apakah memberi komentar yang menghina, melecehkan orang lain dan bahkan misoginis masih masuk dalam batasan dalam berekspresi di dunia maya? Saya rasa itu sudah melewati batasan yang dapat kita pikirkan. Suatu tempat untuk berkespresi bukan berarti bisa menyuarakan semuanya menggunakan kata kata yang merendahkan ataupun kata kata yang tidak mengenakkan orang lain. Kita boleh beropini, memuji, bahkan mengkritik. Tetapi, yang membedakan antara orang cerdas dengan orang yang tidak cerdas adalah cara mereka dalam menyampaikan opini mereka. Orang cerdas tentu akan menyampaikan opini mereka dengan kata-kata yang baik dan enak didengar. Apakah opini figur politik tersebut sudah dengan kata-kata yang baik dan enak didengar?

Etika dalam berpendapat dan juga etika dalam berpolitik tentu perlu untuk ditelaah secara bersama-sama. Sebagai seorang figur politik yang segala gerak geriknya berada di bawah pantauan kamera, apakah etis untuk menyampaikan hal-hal seperti itu dengan kata-kata yang tidak mencerminkan seorang calon pemimpin? Apakah etis bagi seorang figur politik untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang mendegradasi bahkan terkesan misoginis? Menurut saya, itu merupakan hal yang tidak etis dilakukan oleh seorang figur politik atau bahkan dilakukan oleh seorang manusia. Padahal, etika merupakan suatu pelajaran yang diajarkan kepada kita dengan serius dan penuh penekanan. Apakah penerus bangsa ini akan memiliki etika yang baik apabila sering dipaparkan sifat pemimpin negara yang seperti itu? Apakah bangsa ini akan benar-benar mencapai target yang telah ditentukan dengan memiliki seorang pemimpin seperti dia? 

Negara Indonesia sudah sangat jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga lainnya. Bahkan, beberapa waktu lalu, Malaysia sudah mengumumkan dirinya sebagai negara maju. Indonesia yang sudah merdeka lebih lama dibanding Malaysia masih membawa nama "Negara berkembang". Yang kita perlukan adalah seorang pemimpin yang cerdas, berakal sehat, kritis dan memiliki integritas. Apakah kriteria-kriteria tersebut terdapat pada figur politik tersebut? Aksi immoral yang telah dilakukan oleh figur publik tersebut langsung menghancurkan harapan adanya secuil kemungkinan bahwa dia memiliki kriteria yang telah disebutkan.  

Indonesia membutuhkan orang-orang yang berkualitas untuk mengarahkannya menuju tujuan nasionalnya. Kasus ini selain mencoreng nama baik figur politik tersebut, juga membuktikan betapa tidak siapnya dia untuk memimpin negara ini yang masif. Indonesia butuh orang berkualitas, bukan orang yang immoral dan tidak mengerti etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun