"Aku belum bisa memberikan jawaban padamu nanti, karena harus ku pikirkan dulu. Karena pertimbangan-pertimbangan dari budaya yang kita miliki". Ujar Nurul lagi kepadaku.
"Apa Kamu Suka padaku?", ujarku meyakinkan apakah benar Nurul menyukaiku.
"Bukannya aku tidak suka padamu Antoni, tapi yang sudah ku katakan padamu tadi, kita sudah dewasa. Tidak saatnya lagi berpacaran untuk yang tidak jelas, tapi aku benar-benar pingin pacaran yang nanti bisa ke jenjang pernikahan". Ujar Nurul.
"Aku harus pikirkan dulu, sebelum menerima kamu sebagai pacarku. Beri aku waktu Antoni, untuk memberi jawaban padamu. Maaf Aku belum bisa memberi jawaban padamu saat ini". Ujar Nurul Kembali padaku.
"Baiklah Nurul, aku akan menunggu jawaban darimu. Kira-kira berapa waktu yang ku perlukan menanti jawaban dari mu Nurul". Ujarku lagi padanya agar dapat menanti jawaban dari Nurul.
"Baiklah Antoni, beri aku waktu satu minggu untuk memberi jawaban padamu. Agar aku bisa menentukan yang terbaik bagi hidupku". Ujar Nurul Kepadaku.
"Aku, selalu sabar menunggu jawaban darimu Nurul". Ujarku lagi pada Nurul.
Akhirnya, setelah pertemuan di hari tersebut, ku antarkan Nurul pulang hingga ke depan rumahnya. Sambil berpamitan kepada orang tuanya. Karena orang tuanya hanya tau bahwa aku hanya teman kerja Nurul.
Setelah waktu satu minggu berlalu, walaupun kami teman satu kerja dan selalu bertemu saya tidak terlalu mendesak dia untuk memberi jawaban di setiap pertemuan di tempat kerja. Saya memberikan kesempatan pada Nurul untuk benar-benar dapat menerima saya sebagai pacarnya.
Pada hari Sabtunya, saya ajak Nurul ke sebuah caf kembali setelah waktu yang di tentukan. Dengan perasaan yang campur aduk, sambil menikmati hidangan dan lantunan lagu-lagu yang kami di dengar di caf tersebut. Ku coba kembali membuka cerita yang pernah ku sampaikan pada Nurul.
"Nurul, sudah satu minggu waktu sejak pertemuan kita terakhir di caf. Bisakah saya bertanya kembali padamu?", ujarku pada Nurul.