Mohon tunggu...
Ferdi Oye
Ferdi Oye Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hmmm...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikah, pakai adat mana?

14 Juli 2011   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:41 1789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan Adat Batak. Sumber: Pencarian Google

[caption id="" align="alignleft" width="259" caption="Pernikahan berbagai adat di Pulau Jawa. Sumber: Pencarian Google"][/caption] Indonesia dikaruniai keragaman budaya yang luar biasa, dari Sabang sampai Merauke memiliki adat-istiadat dan budaya yang berbeda-beda. Bahkan, misalnya sama-sama suku Sunda sekalipun, setiap daerah biasanya memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dari daerah lainnya. Khazanah yang patut disyukuri. Menikah adalah hal yang diimpikan dan fase hidup yang harus dijalani bagi sebagian besar orang. Di Indonesia, dan negara lain yang masih memegang 'adat ketimuran', menikah bukanlah antara 2 individu, tetapi antara 2 keluarga besar. Menikahi seseorang berarti juga menikahi keluarganya. Sudah tentu adat istiadat daerah akan dibawa serta dalam pernikahan. Meskipun adat istiadat ini dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang luntur bagi kebanyakan keluarga -- terutama mereka yang telah merantau ke kota-kota besar, namun dalam upacara pernikahan adat istiadat masih sangat dipertahankan. Setiap tahapan prosesi yang harus dilalui kedua mempelai mengandung filosofi dan sarat makna. Tidak ada masalah jika yang menikah adalah individu yang sesuku, tapi bagaimana jika yang menikah adalah individu dari suku berbeda? Akan menggunakan adat mana?? Di Pulau Jawa (saya hanya menyebut P. Jawa karena saya tidak tahu kebiasaan di tempat lain), biasanya pesta/resepsi pernikahan dilaksanakan oleh keluarga mempelai wanita. Dengan demikian menentukan adat yang akan digunakan dalam resepsi tersebut pun menjadi hak keluarga mempelai wanita. Bila pihak keluarga mempelai pria ingin adatnya digunakan, mereka bisa mengadakan resepsi tambahan tersendiri yang biasa disebut 'ngunduh mantu'. [caption id="" align="alignright" width="215" caption="Pernikahan Adat Batak. Sumber: Pencarian Google"][/caption] Simpel, tapi bisa juga tidak. Pada praktiknya selalu ada pertimbangan-pertimbangan tertentu memutuskan adat mana yang dipakai. Untuk keluarga yang 'Indonesia Raya' (istilah saya bagi mereka yang merupakan campuran banyak suku) memiliki pilihan yang lebih banyak sekaligus akan lebih banyak pertimbangan. Saya pernah bertanya (lebih tepatnya mencari referensi, hehe) pada seorang sahabat, boru Hutapea dengan ibu Sunda-Jawa, adat mana yang dipakai kakak-kakak perempuannya ketika mereka menikah dulu. Menurut sahabat saya, ternyata ayahnya tidak mau memakai adat Batak dengan alasan ribet. Kakak-kakak perempuan sahabat saya menikah dengan adat Jawa, karena kebetulan suami mereka juga punya kesamaan darah Jawa. Adat Batak tetap dilaksanakan, meski secara minimal, dengan acara 'Mangulosi', yakni pemberian kain ulos kepada kedua mempelai dari para tetua. Pada kasus saya sendiri, pihak orang tua menyerahkan pilihan pada kami calon mempelai. Kebetulan kami berdua adalah 'Indonesia Raya', tapi berbeda dengan para kakak sahabat saya, kami tidak memiliki kesamaan suku. Setelah melalui berbagai pertimbangan, termasuk keinginan menyenangkan hati ortu, kami memutuskan mencoba hal baru, dimana akad nikah dan resepsi menggunakan adat yang berbeda. Jika tidak ada perubahan, akad akan memakai adat Madura (hanya riasan wajah dan aksesoris), sementara resepsi memakai adat Cirebonan. Sayangnya karena ke-'Indonesia Raya'-an kami, tidak semua adat daerah leluhur kami bisa dipakai, tetap harus memilih. Saya jadi berfikir, jika kelak kami memiliki anak (terutama jika anak perempuan yang pernikahannya menjadi tanggungan kami), dia akan lebih 'Indonesia Raya' dari kami orang tuanya. Anak kami akan mewarisi darah Cirebon-Subang (Sunda)-Madura-Batak-Blitar (Jawa Timur)-Betawi. Wah, pakai adat apa nanti ketika dia menikah ya...? Hehehe.

[caption id="" align="aligncenter" width="657" caption="Pengantin Wanita Madura. Sumber: Pencarian Google"]

Pengantin Wanita Madura
Pengantin Wanita Madura
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun