Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sambut Hari Besar, TV Mulai Bernyanyi

18 Agustus 2012   04:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, AnggaBratadharma - Hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus menjadi hari bersejarah bagi Indonesia. Pasalnya, tanggal itu diproklamasikan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.

Hari paling bersejarah bagi Indonesia itu bukanlah diraih dengan mudah. Perjuangan kemerdekaan benar-benar digapai oleh para pahlawan kemerdekaan dengan jiwa dan raga. Bahkan, tidak sedikit kala itu anak-anak menjadi yatim, atau banyak para istri menjadi janda, karena kehilangan ayah atau suami di medan perang.

Kini 67 tahun Indonesia merdeka dari tangan penjajah. Sekarang ini kita bisa merasakan hidup dengan bebas tanpa ada penjajah yang menjajah Indonesia. Namun, kemerdekaan yang kita rasakan ini sudahkah dirasakan juga oleh para veteran pejuang yang membela mati-matian Indonesia?

Mungkin ini pertanyaan yang cukup menggelitik, terutama ketika pertanyaan ini disodorkan kepada pemerintah. Kendati demikian, tidak adil rasanya bila kita melihat sisi pemerintah saja. Mari kita bergeser kepada penghargaan masyarakat kepada para pahlawan ini. Sudahkah kita menghargai jasa-jasa para pahlawan!

Bahkan, sekarang ini telah terjadi trend perubahan penghargaan kepada para pejuang. Industri media massa juga menyoroti secara bisnis terkait hari besar di Indonesia, termasuk hari kemerdekaan.

Sebut saja acara yang diadakan adalah konser musik. Konser tersebut biasanya dikaitkan dengan hari besar, baik hari bersejarah maupun hari besar keagaman. Para penyanyi papan atas hingga pedangdut disiapkan menghibur masyarakat pada hari besar di Indonesia.

Tentu ini perlu disadari bahwa pergeseran nilai telah ada dalam memaknai hari besar. Alasanya, masyarakat disuguhkan kepada hiburan semata, dan tidak kepada makna pembelajaran atas hari besar yang ada.

Dalam konser menyambut hari besar, biasanya lantunan lagu dan goyangan pinggul menghiasi konser tersebut. Lagu-lagu bertemakan hari besar pun di senadakan. Tentu masyarakat terenyak disuguhi konser yang diadakan oleh perusahaan media massa.

Namun, suguhan yang diberi oleh media massa ini seakan hanya melihat dari sisi bisnis semata, dan tidak berimbang dengan pendidikan dan pengetahuan akan hari besar. Pada akhirnya konser yang diadakan media massa didatangi oleh para iklan.

Para pemusik pun menghiasi kostum-kostum yang dikenakan dengan dikaitkan hari besar itu. Tidak luput trend sekarang pula berubah, dengan peralihan profesi para penceramah agama yang menjadi "artis" di TV-TV nasional.

Kini, para penceramah telah berubah profesi, dari semula seorang pembawa nasihat, dan guru dari pengetahuan akan agama, berubah menjadi seorang aktor yang membawa-bawa nasihat agama kepada masyarakat. Belum lagi penceramah yang mengenakan pakaian yang dialim-alimkan, namun kosa kata, dan prilaku serasa kebalikan dari apa yang dikatakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun