Mohon tunggu...
Gadget

Fenomena Tik Tok, Buah Perkembangan TIK?

18 Juli 2018   12:40 Diperbarui: 18 Juli 2018   12:53 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman sekarang mungkin bisa dibilang era instan karena teknologi yang sudah serba maju bahkan digital. Semua bisa diakses melalui genggaman atau bahkan sekali sentuh. Menurut Williams dan Sawyer (2003) TIK adalah teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi yang berkecepatan tinggi yang dapat membawa data, suara dan video. Adanya kemajuan teknologi ini, baik teknologi informasi maupun teknologi komunikasi membawa dampak yang positif dan juga negative. Dampak positifnya antara lain

  • Memudahkan kita untuk berkomunikasi walaupun dengan jarak yang jauh sekalipun dengan handphone
  • Memudahkan pekerjaan atau tugas kita sebagai seorang murid atau mahasiswa, kita bisa mengakses informasi-informasi yang kita butuhkan dari Google
  • Waktu lebih efisien.
  • Zaman dahulu orang menyalin file dengan cara menulis atau mengetik ulang, namun sekarang kita dapat mengirimkannya melalui email
  • Hiburan
  • Sekarang kita bisa mengakses beberapa hiburan seperti games, video, music secara gratis
  • Sarana berbisnis
  • Semua bentuk barang maupun jasa dapat ditawarkan melalui Media Sosial seperti Instagram, Facebook. Dan itu sangat memudahkan para penjual untuk mencari uang.

 Selain itu, dalam perkembangan TIK sendiri ada juga dampak negative yang ditimbulkan seperti Cyber Crime, Cyber Bullying, cenderung lebih pasif dan pemalas, beredarnya konten-konten negative, dan terkadang kita menjadi pribadi yang membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Dampak tersebut sudah banyak terjadi di kehidupan kita. Baru-baru ini masyarakat dihebohkan oleh fenomena Tik Tok. 

Aplikasi tersebut merupakan platform social video pendek yang didukung dengan music. Baik itu music untuk tarian, gaya bebas, ataupun performa, dan para pencipta didorong untuk berimajinasi sebebas-bebasnya  dan menyatakan ekspresi mereka dengan bebas. Tik-tok sendiri dibuat oleh Byte Dance (didirikan oleh Zhang Yiming) yang dirilis perdana pada September 2016. 

Sedangkan, di Indonesia pada September 2017, kemudian aplikasi Tik-tok ini melesat dengan penggunanya yang mencapat 150 juta pada Bulan Juni 2018 dan menjadikan Tik-tok sebagai salah satu aplikasi yang paling digemari. Namun, dalam penggunaannya, banyak konten-konten negative yang bermunculan. Contohnya video dari beberapa remaja yang mempermainkan gerakan shalat. 

Tak hanya itu, kasus dari bidan yang membuat video tik-tok dengan cara mempermainkan wajah bayi tersebut, serta banyaknya goyangan yang sensual dari beberapa pengguna. Kasus lain yang mengundang banyak perhatian masyarakat adalah kasus dari pengguna tik-tok bernama Bowo yang masih berusia 13 tahun. Kasus ini berawal dari meet and greet yang kabarnya dibuat oleh fansnya sendiri. Dari MnG tersebut didapati bahwa wajah asli berbeda dengan wajah pada video-video tik-tok yang dibuatnya.

Sumber: Instagram @bowo_alpehnliebee
Sumber: Instagram @bowo_alpehnliebee
Kejadian itu pun menjadi perbincangan banyak orang dan mengundang cibiran dari para masyarakat. Beberapa kata-kata kasar dan kotor dilontarkan oleh masyarakat, namun tak sedikit dari fans Bowo yang membela. Tapi terkadang cara mereka membela diluar batas dan itu amat disayangkan yang rata-rata masih berusia belasan tahun dan duduk di bangku SD maupun SMP.

Sumber: Instagram @bowo_alphenliebee
Sumber: Instagram @bowo_alphenliebee
Sumber: Facebook
Sumber: Facebook
Dari fenomena diatas, setidaknya kita sebagai penikmat bisa memilah mana yang baik dan benar. Dan apabila terjadi penyalahgunaan, tidak seharusnya bullying kita lontarkan. Dari tindakan-tindakan diatas menjadi koreksi bagi para orang tua untuk selalu mengawasi anaknya di tengah arus perkembangan TIK. 

Serta akibat beberapa laporan dari masyarakat, Menkominfo memblokir aplikasi Tik-tok karena dianggap banyak melakukan pelanggaran. Namun, Tik-tok kembali dibuka dengan batas usia pengguna minimal 16 tahun.

Kesimpulan:

Teknologi berkembang karena manusia dan untuk manusia. Kita tidak bisa menyalahkan teknologi yang sudah ada saat ini. Yang perlu kita lakukan adalah menggunakannya dengan bijak, dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun