Maafkan kalau saya ada salah, Mas. Saya pamit dulu, Bang. Sampai ketemu lagi, Kaka…
Sungguh kalimat-kalimat sederhana ini menjadi sesuatu yang tidak nyaman bagi saya dan banyak orang di hari-hari belakangan ini. Satu per satu karyawan kontraktor meninggalkan tempat kerja kami di Tembagapura dan Kuala Kencana di Timika, Papua. Barisan pulang kampung ini mencapai lebih dari 1.000 orang menurut data Dinas Tenaga Kerja Kab. Mimika, Papua.
PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah melakukan serangkaian efisiensi biaya terkait ketidakmampuan perusahaan melakukan ekspor dan penjualan konsentrat tembaga. Operasi tambang terhenti dan pemangkasan biaya tak dapat dihindarkan. Penghentian sekian banyak kontrak dengan perusahaan kontraktor termasuk di dalamnya. Akibatnya tidak dapat dihindari, perusahaan kontraktor terpaksa memulangkan sekian banyak karyawan mereka karena proyek terhenti. Seperti lazimnya operasional perusahan tambang, jumlah tenaga kerja kontraktor memang lebih besar dari karyawan tetap perusahaan. Lebih dari 20.000 orang bekerja di berbagai perusahaan kontraktor penunjang operasional PTFI. Lebih dari 12.000 orang bekerja langsung untuk PTFI. Tentu saja cerita ini masih jauh dari berakhir.
Hiruk pikuk pemberitaan media terus berlanjut; menyampaikan sejumlah argumen pro dan kontra mengenai kebuntuan solusi antara Freeport dan Pemerintah. Sekian banyak data dan fakta berusaha diungkapkan. Ada yang makin bingung dan ada juga yang semakin paham dibuatnya.
Sementara di sini, di tanah ini, bola salju dari Carstenz seakan tak dapat dibendung, Semakin hari semakin besar, membawa sekian banyak nasib orang, seolah menyapu semua yang dilewatinya.
Kabar baik juga masih kita dengar; soal kesediaan Freeport untuk tetap berupaya mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bersama Pemerintah. Pak Presiden Jokowi juga menyatakan akan segera mengambil sikap. Demikian juga dengan Pak Wapres Jusuf Kalla yang menyatakan bahwa Pemerintah masih terus berunding dengan Freeport. Saya di sini hanya bisa berharap; ”Ayo Pak Jonan lanjutkan pembicaraan soal Freeport.” Semoga kesepakatan semakin dekat dapat dicapai.
Ketika bola salju semakin besar dan mendekat; sungguh saya merasa semakin tidak tertarik lagi memperdebatkan soal Gajah atau Sapi; bahkan Tikus Tanah.
”Sampai ketemu lagi, Kaka,” sapa seorang teman yang hari ini harus berpisah karena kehilangan pekerjaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H