Mohon tunggu...
Bram Martian
Bram Martian Mohon Tunggu... -

iWeekender • iTraveller • iLaughter • iCulinaryAdventurer • iDesigner partime and fulltime • Everyday is Superhore

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Legs are Good but Four Legs are Better

20 Oktober 2011   15:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu Jakarta sangat panas, saya yang sedari pagi sudah menjadi pria kurir bukan pria karir yang duduk sambil menikmati sejuknya AC. Satu persatu undangan untuk media saya antarkan, tidak ada pilihan karena acaranya tinggal H-2 lagi, kalau menggunakan jasa pos pasti baru akan diterima besok dan kebetulan beberapa media yang saya datangi memang dekat dari tempat tinggal saya..

Beberapa undangan telah sampai di meja recepsionis. Maaf, bukannya saya mau menjudge jelek profesi yang satu ini, tapi “hey I’m not kurir” recepsionis yang saya sambangi banyak yang membuat saya kesal. Mereka tidak bisa menghargai pekerjaan yang saya bilang ini tidak segampang yang saya kira awalnya. Apakah karena pagi-pagi saya sudah membawa kerjaan untuk mereka, sehingga mereka sedikit terganggu karena tidak bisa bergosip.

“Mba kita tuh sama-sama kerja, jadi jgn ketus kalau saya tanya” gumam saya dalam hati, lagipula bukannya salah satu pekerjaan mereka itu harus melayani tamu kantor yang datang?saya akan menambahkan melayani tamu kantor dengan ramah dan tidak judes.

Saya tidak mau merusak rabu pagi saya, semakin si recepsionisnya membuat jengkel semakin senang saya timpali dengan ulah saya yang menyebalkan. Lumayan bisa menghibur diri sendiri.

Sekitar 20 undangan telah sampai sesuai dengan alamat yg dituju. Saya langsung mengambil undangan selanjutnya yang sudah saya atur berdasarkan rute.
“PRIME - jalan mulaboh no.50”. Saya ingat salah satu teman baik saya kerja di majalah tersebut.

“@prasetyo cuy lo di kantor ga?makan siang bareng dong. Kebetulan ad undangan nih dr kantor gue buat majalah lo..”

“@bram boleh-boleh, gue d kantor kok?y ud yuk kita makan bareng sambil ada yang mau gue ceritain”

“@prasetyo y udah gue berangkat kesana y..”

Tepat jam 12 kurang saya sampai di majalah PRIME, yang letaknya cukup jauh kalau saya harus jalan di bawah terik matahari siang itu,
Undangan Prime langsung saya berikan untuk si beauty editor.

“Tyo, makan dimana kita??”
“Udah lo ikut aja..ini kan daerah gue!” Tegas teman saya.

Sop Iga menjadi pilihan menu makan siang kami berdua. “Sop iga dua, sama es jeruk satu es teh manis satu” ujar Tyo tidak mau mengulur-ulur jam makan siang yang cuma sejam.
“Eh, gw udah putus!” Pancingan tyo memulai perbincangan
“Hah?kok bisa?” Tanya saya heran. Karena menurut saya mereka pasangan yang lucu.
“Yah gitulah..selain keyakinan yang beda, kayaknya kita emang udah nggak bisa bareng. Beda pandangan kali ya.” Jawab tyo sambil menyuap menu siangnya.
“Tapi kalian berdua masih berhubungan baik kan?maksud gue lo putus baik-baik kan?” Tanya saya, kebetulan keduanya teman baik saya dari kuliah.
“Gue juga maunya gitu. Tapi dia’nya nggak mau. Dia udah g mau ketemu gue katanya.” Jawab tyo.
“Kok gitu yah?” Tanya saya heran dan menyayangkan kejadian itu.
“Iya, emang nggak adil, gw yang harus mutusin dan gw juga yang harus menanggung resikonya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun