Mohon tunggu...
Bram Martian
Bram Martian Mohon Tunggu... -

iWeekender • iTraveller • iLaughter • iCulinaryAdventurer • iDesigner partime and fulltime • Everyday is Superhore

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Shortcut Will Never Work

21 Oktober 2011   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses dan hasil. Itu adalah hukum alam yang harus diterima oleh setiap kita. Cepat atau lambat sebuah proses, tergantung dari effort yang kita berikan di dalam usaha kita tadi. Tapi apakah mengambil jalan pintas juga bagian sebuah proses?

Seperti malam-malam sebelumya, roti bakar menjadi pilihan saya untuk mengganjal lapar di tengah malam. Biasanya roti bakar pesanan saya akan ditemani sahabat baiknya si teh manis hangat di kedai kopi favorit saya.

Malam itu, suasana kedai kopi tidak seperti biasanya yang ramai oleh penghuni tengah malam. Saya tidak menemukan mereka yang bercerita tentang si pelanggan yang rewel, atau mereka yang bergossip hangat tentang teman sekantor atau bahkan mereka yang bergerombol namun terlihat sibuk masing-masing dengan perangkat blackberry-nya. Malam ini, saya merasa mungkin saya yang tidur terlarut malam atau mereka yang sudah tertidur pulas mengakhiri hari ini.

Tidak lama kemudian, masuk dua perempuan dan mengambil tempat di meja seberang saya. Sebut saja, perempuan pertama bernama Mala sebagai si pencerita dan perempuan kedua bernama Shinta, sebagai pendengar yang baik.

“Shin, jadi gue harus gimana?” Ujar Mala dengan nada bingung.

“Sekarang pilihannya ada di elo. Sebelumnya ‘kan elo tau kalau dia udah punya pacar dan elo sendiri yang bilang kalau nggak akan bermasalah ngejalanin hubungan yang kayak begini” jawab Shinta sambil menghembuskan Dunhill menthol-nya.

“Iya iya, gue tau. Awalnya gue emang gak pernah mau ambil pusing buat ini, tapi lama-lama kok hati gw ikut campur ya? Gue pengennya dia buat gw aja, bukan dibagi dua sama pacarnya itu!” Mala dengan nada yang sedikit emosi.

“Darling, kenapa elo jadi egois? Mal, lo sempet mikiran nggak, gimana dulunya si pacarnya ini berusaha buat ngedapetin dia? Atau usahanya dia buat ngedapetin pacarnya ini? Siapa yang tau kalau prosesnya panjang dan gak gampang? Iya gak?”

“Shin, gue gak peduli! Gue cuma mau dia buat gue! Apa to the point aja, gue rebut dia langsung dari pacarnya??” Ujar Mala dengan nada yang semakin tinggi.

“Honey, shortcut will never work! Hari gini semua pake proses. Termasuk cinta. Kalo elo mau yang karbitan mah banyak. Mangga aja sekarang bisa di karbit. Tapi masalahnya, yang mateng dari pohon, rasa manisnya lebih alami” Jawab Shinta dengan santai.

“Kok jadi mangga sih? Emang ada cinta simanalagi atau cinta harum manis? Kalo orangnya kayak dia, gue yakin, pake cara apapun, manisnya tetap akan sama.” Tegas Mala meyakinkan Shinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun