Mohon tunggu...
agung bramantya
agung bramantya Mohon Tunggu... -

bukan siapa-siapa. disini hanyalah sekedar "mampir"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Masih Gedhe, Udah Kecil" dan Golden-age

13 Desember 2009   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_37231" align="alignleft" width="300" caption="mainan, hasil jepretan kakak @ 5 th"][/caption] Sambil membuka mata pertama di pagi hari sehabis bobok semalaman, Salman, tiba-tiba “gemremeng” (bicara lirih secara terus menerus) “masih gedhe…udah kecil…masih gedhe…udah kecil…”. Lha kami – orang tua – yang mendengarnya sedikit mengernyitkan dahi tanda belum paham. Ini anak bukannya berdoa sehabis tidur, malah gemremeng lucu. Hari itu genap 3 tahun usia Salman. Pikiran dan perasaan saya menerawang flash-back ke suasana tiga tahun yang lalu. Sungguh mengharu biru kisah kelahiran Salman, menyisakan pelajaran luar biasa bagi kami, orang tuanya. Nostalgia yang sarat akan makna. Tapi itu adalah masa lalu, lembaran yang telah tertutup dan menjadi sejarah, tapi bisa juga dijadikan bahan renungan bagi yang menghendakinya. Dia yang tak akan kembali. Kini, Salman tumbuh menjadi balita sebagaimana pada umumnya. Hanyasaja, ketika kami membuat perbandingan, sungguh menakjubkan perbedaannya dengan Salwa, kakak perempuannya (5 th). Secara kami sudah mengalami suka-duka hidup terlebih dahulu bersama Salwa, kehadiran Salman yang merupakan anak kedua dan beda jenis kelamin dengan kakaknya, cukup membuat perubahan suasana yang drastik di keluarga kami. Dahulu, rumah tangga kami riuh rendah dengan kelakuan dan kenakalan anak perempuan, kini semakin heboh dengan style anak laki-laki.

Terbolak baliknya susunan kalimat

Kemampuan verbal alias ngomongnya Salman terbilang lebih cepat daripada Salwa. Namun kemampuan motorik Salwa boleh dikatakan lebih cepat berkembang daripada Salman. Apakah ini terkait dengan jenis kelamin? Wallahu a’lam, kata sebagian orang memanglah demikian. Inilah keseimbangan yang kerap terjadi pada anak-anak, bukti ke-maha-sempurna-an Sang Pencipta. Lha kalo anak anda selalu “cepat” apa-apa-nya, bersyukurlah !, mungkin anda sedang diuji dengan anak jenius. Namun jika anak itu selalu “lambat” apa-apa-nya, lebih bersyukurlah ! sekali lagi lebih bersyukurlah !, sebab mungkin anda sedang diberi karunia lebih luas untuk menghantarkan (mendidik) anak tersebut mengarungi bahtera kehidupan ini. Di usianya yang tiga tahun, Salman masih sering terbolak-balik susunan kalimatnya, kacau tapi lucu. Seperti yang terjadi pagi itu, dengan mimik, raut muka, bocah bangun tidur yang polos, mulut mungilnya keluar ucapan “masih gedhe, udah kecil”. Maksudnya adalah “sudah besar dan masih kecil”. Lebih detail lagi adalah ketika Salman kami larang untuk berbuat sesuatu atau disuruh sesuatu, kami memberi pengertian bahwa Salman masih kecil (masih anak-anak) sedang yang sebaliknya karena dia sudah besar (dewasa). Misal tidur awal, tidak bermain/keluar rumah dimalam hari, minum atau makan sesuatu (pedas, asam dan citarasa aneh lainnya), dan lain sebagaimana. Rupanya larangan atau suruhan kami dengan berdalih masih kecil atau sudah besar itu terbawa ke alam tidur Salman, dan secara dia masih terbatas kemampuan merangkai kalimatnya (terbolak balik) terucaplah apa terucap “masih gedhe, udah kecil”.

Kuatnya imajinasi

Dalam fragmen yang lain, “ngeengg ngeeengg…..tiinnn tiinnnn…ngeengg” dengan riangnya Salman memegang tutup bekas es krim berbentuk elips sambil diputar putar dengan tangannya sembari ngesot (tahu kan istilah ngesot? Hehehe…ada yg bisa membantu) bergerak maju atau mundur. Apa yang ada di benak Salman? “sedang naik mobil nie…ini klaksonnya” demikianlah Salman memberikan konfirmasi Atau ketika makan biskuit (cracker), setelah beberapa gigitan Salman teriak-teriak “Ayah ini mobil Jeep…” sambil menunjukkan hasil gigitan biskuitnya yang berbentuk mirip mobil (iya deh mirip… setelah kami berpikir cukup lama, saking abstraknya padanan bentuk mobil dan gigitan biskuit di tangan Salman). Lain cerita dengan mainan kertasnya, tatkala bermain mewarnai bersama sang kakak, seperti biasa Salman cepat bete (bosan tinggi?), (mungkin) karena hasil mewarnainya masih belepotan tak berbentuk (paling dijawab “bolah bundhet” benang kusut). Kemudian tangannya yang mungil menggulung kertas itu sebisanya, tiba-tiba “ciaat….ibu tak perang…jus..jusss” sambil mengacungkan kertas hasil gulungannya. Halah, dasar anak lelaki, sukanya main perang-perangan, kertas digulung berbentuk gak jelas pun dijadikan pedang. Cukup banyak deretan imajinasi Salman yang kerap membuat kami tercengang. Bisa-bisanya….! Fenomena ini cukup menarik perhatian sang kakek, kata beliau anak yang mempunyai imajinatif tinggi merupakan simbol kreativitas, punya bakat cerdas. Halah…dikomentari seperti itu orang tuanya yang besar kepala (si anak mene gue tehek, emang gue pikirin), hidung kami serasa tambah panjang beberapa mili, hehehehe. Amin, semoga demikian.

Kreativitasnya kerap menjadi Trade-mark

Dan karena sering dan banyaknya (perbandingan ini kami buat diantara kedua anak kami lho, kalo dengan anak anda, ya embuh entahlah, besar kemungkinan anak andalah yang terbaik, hehehe…) kreativitas yang mencuat dari Salman, secara tidak sadar pikiran kami para orang tuanya turut mengalir seiring dengan jalan pikiran Salman. Sering kami menirukan logat dan gaya bicara Salman, sering kami mengkopi gerak dan gerik khas Salman, sering kami terbawa oleh Trade-mark yang diciptakan Salman. Bahkan ketika Salman tidak ada diantara kami, kami pun senyum-senyum sendiri selang waktu kemudian. Lucu, asyik dan sangat cair mengikuti Trade-mark Salman. Hiburan tersendiri bagi para orang tua yang terbawa kebiasan-kebiasaan anak. Anda setuju? Cobalah sekali-kali mempraktekkan gaya khas anak anda, serasa gimana gitu. Asal tahu diri, situasi dan kondisi, hehehe. Sebab pendidikan yang benar adalah mengajarkan yang seharusnya, misal anak salah kata atau kalimat ya…harus dibenarkan (biarpun cadel-cadel khas anak-anak, tetap harus diajarkan penuturan yang benar), bukannya latah mengikut kesalahan anak itu. Dalam hal ini, Salman akan marah dan tidak suka jikalau kebiasaan dia yang nota bene salah itu ditiru-tiru dan diulang-ulang oleh kami. You got my point? - – - Anak seusia Salman memang lagi fantastis-fantastis-nya perkembangan otaknya (juga komponen lainnya). Kata pakar, itulah periode golden-age, masa-masa sel-sel komponen otak berkembang teramat sangat menakjubkan setelah periode di dalam rahim dahulu. Dan terkadang rangkaian koneksi neuron-neuron itu masih belum kokoh benar. Hasilnya adalah kelucuan dan kekonyolan ciri khas anak-anak. Ada yang bilang periode emas itu antara 0 – 6 tahun, wallahu a’lam. Yang jelas ada perbedaan signifikan antara anak-anak yang melampaui periode itu “baik-baik saja” dengan yang “banyak masalah”. Hal ini terlihat di usia remaja atau dewasa mereka. Ngeri jikalau batok kepala mungil yang sedang berkembang itu dijadikan "sansak hidup" luapan emosi para ortu, jangan heran jika nanti "kopyor isinya". Meski tidak saklek (pasti) seperti itu, tapi kenyataan riil telah banyak membuktikannya. Coba anda searching di internet artikel terkait hal ini, atau bacalah buku-buku parenting yang cukup berbobot yang banyak beredar di pasaran. Intinya, marilah lebih perhatian dengan anak-anak seusia 0 – 6 tahun. Jadikanlah “celupan” anda ke dalam kehidupan anak itu selalu berkesan baik dan penuh pendidikan. Sebab merekalah taruhan masa depan kita. Mari bersama mengusahakan yang terbaik. Semoga Allah yang Maha Mentarbiyah membimbing setiap langkah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun