Mohon tunggu...
Bramantio Vedasiwi
Bramantio Vedasiwi Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masihkah Indonesia Menjadi Ruang Politik Bagi Rakyatnya?

15 Juli 2014   02:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin tulisan in abstrak.

Mungkin tulisan ini berantakan.

Gue hanya mencoba menulis kegelisahan gue akan pergeseran akan pemahaman terhadap negara yang juga merupakan ruang politik bagi rakyat Indonesia.

Gue Cuma ingin mencapai apa yang dicita-citakan oleh para leluhur kita, yang merepresentasikan cita-cita seluruh rakyat Indonesia, yaitu kebebasan, kedamaian, keadilan, ketentraman, dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

PEMERINTAHAN YANG BERASAL DARI RAKYAT, OLEH RAKYAT, DAN UNTUK RAKYAT..

Slogan itu tak akan pernah gue lupa. Ya, slogan yang akhirnya menjadi konsep dasar sistem kehidupan bernegara di Indonesia. Dari slogan tersebut, dapat dijelaskan bahwa semua tata tertib, kebijakan, dan hukum yang diberlakukan di Indonesia berasal dari (mengacu pada) rakyat, dan demi tujuan bersama yang disepakati dan diinginkan rakyat. Ya, sebagaimana bentuk negara yang dibentuk sebagai negara Republik, mengisyaratkan bahwa negara merupakan ruang politik di mana di dalamnya mengandung beberapa hal fundamental, di mana diperbincangkan dan disepakati mana yang baik untuk rakyat, khususnya untuk mencapai tujuan bersama. Dan semua berasal dari apa yang diinginkan rakyat. Di Indonesia, negara sebagai ruang politik menjadi tempat penyaluran kepentingan rakyat dengan sebuah ‘sistem perwakilan’. ‘Sistem perwakilan’ ini menunjuk satu wakil dari kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang maju untuk mewakili kelompoknya dan menyuarakan aspirasi dan kepentingan mereka untuk kemudian disepakati bersama.

Seiring perkembangan, ‘sistem perwakilan’ ini nampak dinodai. Entah sejak kapan, para wakil rakyat ini menjelma menjadi ‘elit’elit’ yang justru tidak mewakili rakyat. Pihak-pihak yang entah ‘ditunjuk’ atau ‘menunjuk dirinya sendiri’ kini mulai nampak tidak bisa mewakili dan merepresentasikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh rakyat yang diwakilinya. Dan semakin lama, entah kenapa wakil-wakil tersebut malah terkesan ‘tutup mata dan telinga’, dan semakin menunjukan kalau mereka bukan memperjuangkan kepentingan rakyat yang diwakilinya, tetapi memperjuangkan kepentingannya dan ‘kelompok elit’nya saja.

Negara sebagai ruang politik, yang mana sebagai ruang memperbincangkan dan mencapaian kesepakatan mengenai apa dan bagaimana yang baik untuk rakyat demi mencapai tujuan bersama, telah dinodai oleh pihak elit yang tidak bisa ‘mewakili’ dan menjadi perpanjangan tangan rakyat. Sebagaimana yang gue amati setiap harinya, semakin hari ruang politik di Indonesia nampak seperti arena ‘kontestasi’ kelompok-kelompok elit demi memperjuangkan kepentingan mereka, BUKAN KEPENTINGAN RAKYAT!

Kenapa gue sebut mereka sebagai ‘elit’?

Karena mereka yang sudah berada di posisi yang seharusnya merupakan perwakilan untuk memenuhi kepentingan rakyat justru semakin terlihat acuh terhadap rakyat. Mereka malahan rela mengorbankan hak-hak rakyat dalam ruang politik hanya untuk memenuhi ambisi ‘kepentingan’nya saja. Dan menurut gue, itu adalah ambisi terhadap KEKUASAAN dan MONOPOLI! Dan mereka bangga berada di sana. Malahan, semakin terlihat bahwa banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi ‘elit’ karena posisi ini sangat menggiurkan, khususnya dalam kehidupan pribadi mereka. Hanya segelintir dari mereka yang benar-benar memikirkan rakyat yang diwakilinya. Atau mungkin tak ada?

Entahlah..

Parahnya lagi, para elit ini justru terkesan tidak hanya bukan melayani kepentingan rakyat. Mereka justru ingin DILAYANI RAKYAT. Dengan kekuasaannya sebagai elit, sebagian besar dari mereka justru kebal hukum, terlihat berbeda secara sosial ekonomi, dan tidak merepresentasikan rakyat! Dan dengan adanya kekuasaan dan monopoli, semakin terlihat bahwa mereka justru bisa memutuskan untuk ‘membentengi’ diri dari tuntutan-tuntutan akan pemenuhan kepentingan rakayatnya.

Para elit kecilpun akhirnya tumbuh besar. Penguasa kecil berkembang menjadi penguasa besar. Negara yang merupakan ruang politik dimonopoli oleh para penguasa ini, yang tanpa disadari rakyat mereka tidak lagi memperjuangkan kepentingan rakyat. Akses rakyat ke negara (ruang politik) ditutup, walaupun secara kasat mata tidak seperti itu adanya.

AKANKAH KITA BISA MEMPERCAYAI KEPENTINGAN KITA SEBAGAI RAKYAT PADA WAKIL-WAKIL ‘ELIT’ KITA ITU LAGI SETELAH APA YANG KITA ALAMI?

Negara sebagai ruang politik menjadi arena kontestasi para penguasa semata saja!

Negara sebagai ruang politik menjadi begitu tegang..

Negara sebagai ruang politik menjadi ‘dingin’, sekaligus juga begitu ‘panas’!

Negara sebagai ruang politik semakin menebarkan aroma ‘kompetisi’ yang begitu tajam!

Bagai di arena kompetisi sekelas ‘ring tinju’, semua saling serang dan melindungi diri (kelompoknya) sindiri!

Dalam kontestasinya itu, mereka menyuarakan UNTUK RAKYAT, tetapi selalu ada UDANG DI BALIK BATU..

Di sisi lain, para elit ini secara tak langsung dipublikasikan ke rakyat, di mana rakyat yang tidak paham justru membela ‘pihak’ yang dirasanya ‘paling benar’. Alhasil rakyat terpecah-belah dalam kubu-kubu penguasa yang semakin hari semakin ganas dan galak menyatakan dirinyalah YANG PALING BENAR. Konflik semakin tek terhindarkan. Benturan tak terelakkan.

Hukum yang semakin berpihak juga akhirnya tak bisa menciptakan keadilan. BAHKAN DALAM MENGADILI MEREKA YANG TERBUKTI BERSALAH KARENA MENGORBANKAN RAKYAT DENGAN MERAMPAS HAKNYA!

Di mana PERSATUAN dan KESATUAN yang dulu pernah ada?

Di mana kebebasan, kesejahteraan, kedamaian, dan ketrentaman yang selalu ingin dicapai oleh rakyat disembunyikan?

TAK BISAKAH KALIAN BERSATU DEMI RAKYAT?

LUPAKAH KALIAN AKAN SEMOBOYAN “DARI RAKYAT, OLEH RAKYAT, DAN UNTUK RAKYAT” YANG JELAS MENYATAKAN BAHWA KEPUTUSAN DAN KEKUASAAN TERTINGGI BERADA DI TANGAN RAKYAT?

Mari kembali dalam PERSATUAN dan KESATUAN sebagai RAKYAT INDONESIA demi mencapai cita-cita kita bersama.

Salam perdamaian.

Jah blesses us.

: )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun