Mohon tunggu...
Bramantio HASA
Bramantio HASA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktikum Pengembangan Masyarakat di Kopti Kalideres

5 Juli 2023   16:24 Diperbarui: 5 Juli 2023   16:30 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktikum mata kuliah pengantar pengembangan masyarakat ini dilaksanakan pada 27 Juni 2023 yang bertempat di Kopti Semanan Kalideres Jakarta Barat. Kopti sendiri merupakan singkatan dari Koperasi Tahu Tempe Indonesia. Komplek Kopti Kalideres ini dikenal sebagai wilayah tempat berkumpulnya pengrajin dan juga tempat berpusatnya produksi tahu dan tempe di wilayah Jakarta Barat.

Pelaksanaan studi lapangan di kompleks Kopti Kalideres diikuti oleh seluruh mahasiswa prodi BPI kelas 2A yang berasal dari Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Pelaksanaan studi lapangan ini dilaksanakan dengan cara para mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian masing-masing kelompok berpencar ke rumah-rumah atau toko-toko pengrajin tempe tahu yang ada di sekitar untuk melakukan wawancara dan menyaksikan langsung proses pengolahan kacang kedelai yang ada di wilayah kompleks Kopti.

Label yang dimiliki oleh kompleks Kopti ini sebagai pusat pengolahan tahu tempe di Jakarta Barat memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat sekitar. Karena selain menjadikan masyarakat sekitar menjadi pengrajin tempe dan tahu, masyarakat juga banyak yang menjadi distributor atau penjual tempe dan tahu yang memiliki omset cukup besar. Walaupun pendapatan masyarakat cenderung tidak stabil dan relatif naik turun, tetapi ada beberapa pengrajin yang memiliki omset sampai ratusan ribu per hari. Pemesanan tempe dan tahu tidak hanya berputar di dalam kampung, tetapi wilayah penjualannya mencakup wilayah DKI Jakarta.

Jika dilihat dari tempat saya melakukan studi lapangan, yaitu di Paguyuban Kacang Kedelai Sedulur Rukun. Konsep kemandirian sangat kental, karena pada paguyuban ini, tidak mengandalkan campur tangan orang luar. Dalam cakupan kompleks Kopti ini pun, para pengrajin cukup mandiri karena tidak terikat dengan bantuan orang luar dalam proses produksi dan penjualan tempe dan tahu.

Kopti yang ada pada saat ini tidak memiliki partisipasi terhadap pemroduksian kacang kedelai di kompleks Kopti. Pada awalnya, para pengrajin tidaklah berkumpul di kompleks Kopti sejak awal, tetapi berkumpulnya mereka ada campur tangan dari pemerintah. Sekitar tahun 1992, pemerintah mewacanakan untuk mengumpulkan para pengrajin kacang kedelai dalam satu tempat. Maka pemerintah membuat satu kompleks untuk kemudian mengundang para pengrajin untuk menempati kompleks tersebut. Para pengrajin yang memiliki minat untuk bergabung ke dalam kompleks tersebut diberikan bantuan berupa pemberian tanah untuk ditempati.

Kemudian pemerintah membentuk sebuah koperasi yang saat ini dikenal sebagai Kopti. Kopti awalnya merupakan koperasi yang berada di bawah BUMN dan membawahi para pengrajin yang ada di kompleks Kopti, tetapi semenjak BUMN sudah tidak lagi membawahi masalah kacang kedelai, maka Kopti menjadi “mati suri”. Eksistensi Kopti sampai saat ini masih tetap ada, bangunannya pun ada, badan hukumnya pun ada. Tetapi Kopti yang saat ini, tidak memiliki kegiatan sama sekali. Karena Kopti sudah tidak memiliki kegiatan sama sekali, maka pengrajin yang ada di wilayah kompleks Kopti tetap menjalankan kegiatan produksi mereka, tanpa mengandalkan bantuan dari pihak Kopti sama sekali.

Konsep keberlanjutan yang ada di Sedulur Rukun dan di kompleks Kopti masih tetap terasa sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan “mati suri”-nya Kopti. Walaupun Kopti sudah tidak memiliki kegiatan, tetapi para pengrajin tetap melanjutkan kegiatan produksi mereka. Meskipun, jika awalnya harga bahan dasar kacang kedelai diatur oleh pemerintah melalui BUMN, sekarang harga kacang kedelai sepenuhnya berada di tangan eksportir.

sumber pribadi
sumber pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun