Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Waspada Inefisiensi Ketika Bergerak Lebih Cepat

4 Desember 2014   05:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu ketika kita harus bergerak lebih cepat. Kita perlu memahami definisi “bergerak lebih cepat”. Ketika kita lebih dahulu sampai dari orang lain di suatu tempat, itu bisa disebut kita bergerak lebih cepat. Ketika kita menyelesaikan tugas kita sebelum waktu yang ditargetkan atau sebelum waktu yang biasa kita tempuh, itu bisa dikatakan kita bergerak lebih cepat. Dari dua hal tersebut, kita bisa definisikan bahwa bergerak lebih cepat adalah bergerak untuk mencapai suatu tujuan dengan acuan tertentu sebagai bahan perbandingannya (lebih cepat atau lebih lembat), umumnya menggunakan acuan waktu, yang mana tujuan tersebut lebih dahulu dicapai sebelum waktu acuan. Sumber acuan bisa berasal dari diri sendiri maupun pihak lain.

Sumber gambar: http://www.stepupleader.com

Motivasi memegang peranan penting untuk memulai bergerak lebih cepat. Banyak sumber acuan agar seseorang termotivasi. Motivasi bisa muncul karena ingin mengalahkan rekor yang dibuat diri sendiri ataupun ingin mengalahkan rekor orang lain. Rekor berarti acuan. Rekor di sini bukan hanya dalam hal olahraga atau pertandingan, namun juga bisa dalam hal pekerjaan, dalam hal ekonomi, dalam hal kehidupan sosial, bahkan dalam hal hobi. Seorang anak rela bangun pagi lebih awal dengan kesadaran diri sendiri karena ingin menonton film kesukaannya di minggu pagi, padahal biasanya dia sulit untuk bangun pagi ketika harus ke sekolah pada hari senin hingga sabtu. Acuan si anak bangun lebih cepat adalah kebiasaannya yang sulit untuk bangun di hari lain. Si anak mungkin termotivasi karena hobi atau kesukaannya. Hal lain, seseorang rela bangun pagi lebih awal untuk memulai aktivitas olahraga jogging atau senam sebelum berangkat ke kantor. Orang dewasa tersebut temotivasi bangun lebih pagi karena motivasi kesehatan. Acuan dari orang dewasa tersebut dikatakan bergerak lebih cepat adalah waktu bangun tidur nya mendahului waktu bangun tidur orang lain.

Bergerak lebih cepat bukan berarti selalu baik untuk dilakukan. Yang sering disorot adalah dampak dari setelah pergerakan cepat itu dilakukan. Sebagai contoh dalam kasus pernikahan, saat usia menikah terlalu dini maka bisa saja akan menimbulkan dampak negative kepada pasangan tersebut seperti mungkin akan timbul masalah dalam ekonomi, kesehatan, serta sosial. Contoh lain, ketika seorang anak balita disekolahkan kemudian diajarkan baca tulis hitung lebih dini, bisa saja akan berdampak pada mental si anak dikemudian hari, seperti si anak akan mogok sekolah, cepat merasa bosan, kurang konsentrasi belajar (Biarkan Anak Tumbuh Sesuai Usianya) atau mungkin ketika dewasa si anak akan bersikap kekanak-kanakan. Sehingga bergerak lebih cepat pun harus melihat konteks nya. Saat kondisi apa pergerakan lebih cepat itu cocok dilakukan dengan memperhitungkan dampak yang akan mengiringinya.

Ketika tujuan yang diinginkan dari bergerak lebih cepat itu berhasil diperoleh walau dengan menanggung apapun dampak yang mengiringinya, ini berarti pergerakan itu efektif. Kita mengenal istilah efektif dan efisien sebagai bagian dalam suatu proses. Bergerak lebih cepat bisa dikatakan melakukan suatu proses. Efektif berarti tujuan dapat tercapai sesuatu target. Ketika targetnya adalah waktu maka akan dikatakan efektif jika target waktu itu tercapai. Efisien berarti bagaimana untuk mencapai tujuan itu supaya tidak mengeluarkan beban atau biaya besar. Semakin sedikit upaya yang dilakukan maka mengindikasikan kegiatan dilakukan secara efisien.

Bisakah gerakan lebih cepat itu dituntut untuk efektif dan juga efisien?

Selain mempertimbangkan konteks atau situasi pada saat apa bergerak lebih cepat itu dilakukan, pun harus dipertimbangkan juga proses dari bergerak lebih cepat tersebut. Seperti saat motor butut kita dipacu hingga 60 km/jam agar dapat mengejar motor ber CC besar (motor gede), motor butut kita mungkin tidak sanggup mendahului motor gede yang melaju lebih kencang tersebut, selain itu motor kita pun mungkin akan rusak karena dipaksa bekerja keras. Mungkin saja kapasitas laju motor butut tidak mampu mengimbangi kepasitas laju motor gede. Tapi bisa saja motor gede itu kita kejar atau kita dahului dengan memanfaatkan kapasitas kejelian pengendara motor butut dalam melihat kapasitas lingkungan dimana aksi kejar-kejaran tersebut dilakukan. Ketika pengendara motor butut mengetahui bahwa arah motor gede itu akan melalui kondisi macet lalu lintas dan ujung jalan yang akan dilalui motor gede itu akan sampai ke titik tertentu, melalui kejelian dan pemahaman dia tentang lingkungan sekitarnya, maka pengendara motor butut memilih melewati jalan “tikus” dengan tujuan agar sampai ke titik tertentu lebih cepat daripada motor gede. Di lain hal, kita mungkin pernah merasakan ketika kita diharuskan mencapai suatu tempat dalam waktu tertentu, dimana ketika melalui jalur normal tidak memungkinkan bagi kita untuk sampai ke tujuan tepat waktu, maka kita memilih untuk melewati jalur tidak normal agar dapat mencapai suatu tempat itu tepat waktu bahkan lebih cepat. Prilaku seperti itu mungkin efektif, dimana waktu yang dicapai mungkin lebih cepat, namun belum tentu efisien. Bisa saja terjadi keborosan bahan bakar saat mencapai tujuan serta banyak manuver-manuver yang harus dilakukan pengendara sehingga pengendara mengalami kelelahan, banyak upaya yang dilakukan sehingga energy terkuras. Bahkan mungkin saja ada kejadian bahwa bahan bakar habis sebelum target tercapai. Kejadian ini menggambarkan efektivitas tidak tercapai karena prilaku bergerak lebih cepatnya tidak dilakukan secara efisien.

Contoh lain yang mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita. Kita mungkin pernah mendengar atau membaca berita tahun lalu, saat seorang pekerja di industri periklanan meninggal dunia setelah bekerja berhari-hari tanpa istirahat. Prilaku yang sangat disesalkan oleh masyarakat. Tapi di sisi lain patut diapresiasi karena adanya semangat kerja keras beliau dalam menyelesaikan tugas. Kenapa beliau harus bekerja sebegitu kerasnya hingga berhari-hari tanpa istirahat? Belum diketahui apa penyebab pastinya. Namun jika dibawakan pada definisi “bergerak lebih cepat”, kemungkinan beliau memiliki acuan tertentu, bisa dikatakan sebagai target. Beliau termotivasi untuk mencapai target itu. Tidak diketahui pula apa motivasi beliau secara pasti. Namun jika diandai-andaikan, kemungkinan motivasinya adalah motivasi terkait prestasi kerja atau prestasi perusahaan dimana beliau bekerja. Kemungkinan atas dasar tersebut beliau berusaha bergerak lebih cepat dari biasanya. Sepertinya beliau hanya mempertimbangkan konteks dalam dunia pekerjaan untuk mengimplemantasikan motivasinya. Sebagaimana konteks dalam dunia pekerjaan dimana dituntut untuk bekerja keras dan menyelesaikan tugas tepat waktu, bahkan kalau bisa tugas dapat diselesaikan lebih cepat karena di dunia bisnis ada istilah waktu adalah uang. Namun beliau mungkin tidak mempertimbangkan proses “bergerak lebih cepat” yang didalamnya ada faktor kapasitas beliau sebagai pelaku yang melakukan pergerakan lebih cepat tersebut ataupun tidak mempertimbangkan kapasitas lingkungan tempat beliau melakukan proses aktifitas tersebut. Sehingga timbul beban dalam diri beliau untuk mencapai target acuan. Belum diketahui apakah tugas beliau itu terselesaikan atau tidak. Berkaca dari cerita motor butut dan motor gede, kapasitas tidak selalu harus berasal dari diri sendiri namun juga dapat memanfaatkan kapasitas di lingkungan sekitar walaupun mungkin terjadi keborosan sumber daya. Berkaca pada kejadian yang menimpa salah seorang pekerja wanita tersebut, memperlihatkan ketika berproses melakukan kegiatan, beliau menguras energy, namun tidak diketahui apakah target beliau tercapai atau tidak.

Bergerak lebih cepat dalam prosesnya bisa saja mengorbankan efisiensi karena butuh energi lebih besar dan mungkin saja biaya lebih besar.

Semoga kita lebih peduli.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun