Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Traffic Jalur Penerbangan: Antara Bisnis Dan Keselamatan

30 Desember 2014   18:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:10 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419912909573175539

Hilangnya pesawat Airasia QZ8501 masih menjadi tanda tanya. Pertanyaan yang masih dicari jawabannya hingga saat ini adalah dimanakah keberadaan pesawat itu? Pertanyaan ini tentu akan dijawab secara pasti ketika pesawat itu telah ditemukan. Kita semua tentu berharap agar pesawat itu segera ditemukan, dan tentu saja ketika ditemukan seluruh penumpang beserta awaknya dalam keadaan selamat. Dukungan dan doa kita berikan pada tim yang saat ini sedang bertugas mencari pesawat itu maupun pada para penumpang dan pawa awak pesawat. Tetap semangat.

Selain pertanyaan tersebut, timbul pertanyaan lain ketika kita membaca fakta yang dinyatakan oleh otoritas terkait. Pernyataan yang menggambarkan pada kejadian-kejadian selama perjalanan pesawat sebelum hilang:

1. 1. "Pada jam 06.15, posisi pesawat melapor ke ATC dan teridentifkasi, minta menyimpang dari rute penerbangan dan minta naik ke ketinggian 38 ribu feet. Permintaan menyimpang itu disetujui, namun permintaan naik belum disetujui," kata Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo dalam konferensi pers di Kantor Otoritas Bandara, Minggu (28/12/2014).



2.2. "Permintaan untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki belum dapat disetujui. Dikarenakan kondisi traffic dan koordinasi dengan adjacent ATS unit, di mana di atas AirAsia masih ada pesawat," ujar Plt Dirjen Pehubungan Udara Djoko Murjatmodjo di Kantor Otoritas Bandara Internasional Soekarno Hatta, Minggu (28/12/2014) petang.

3. Wisnu menjelaskan (Direktur Keselamatan dan Standar AirNav Indonesia), pilot Air Asia tak menjelaskan alasan berpindah ketinggian. Padahal, kata dia, pesawat yang meminta izin untuk menaikkan ketinggian karena faktor cuaca akan diberikan prioritas.

4. 4. Menurut Wisnu, ATC tak langsung menyetujui permintaan pilot Air Asia untuk menanjak ke ketinggian 38 ribu kaki. Sebab, ada enam pesawat lain yang berada di sekitarnya. ATC, kata Wisnu, baru memberikan persetujuan setelah dua menit setelah pesawat terdekat selesai melintas. "Pada waktu dua menit akan disetujui, QZ 8501 dipanggil sudah tidak ada," ujarnya.

Dari kutipan pernyataan-pernyataan tersebut ada satu hal yang menurut saya penting untukditanyakan dan dijawab lebih lanjut yaitu mengenai permasalahan trafik lalu lintas penerbangan.

sumber gambar: http://craignester.com

Dari kutipan pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa pilot harus menunggu untuk diberi izin mengalihkan jalur penerbangannya oleh ATC karena adanya 6 pesawat (atau 7 pesawat) disekitar jalur pesawat Airasia QZ 8501 terutama jalur yang hendak dituju pesawatnya.

Kenapa prosedur ini dilakukan? Berdasarkan pemikiran saya (perlu konfirmasi dari otoritas terkait), karena area jalur yang dilalui itu banyak dilewati pesawat, maka mungkin hal itu yang menjadi alasan bagi otoritas penerbangan untuk menerapkan prosedur melapor dahulu sebelum mengambil jalur lain dalam area jalur yang sama. Tujuannya untuk menghindari tabrakan antara pesawat di udara. Kalau hal itu yang menjadi alasannya maka dapat dimaklumi karena pesawat terbang bukanlah kendaraan bermotor di jalanan yang bisa bermanuver dengan cepat. Di jalanan pun ketika kondisi jalan dalam keadaan trafik padat apalagi macet maka kendaraan bermotor sulit juga bermanuver berpindah ke jalur lainnya.

Saya melihat permasalahan selama proses seorang pilot memutuskan untuk berpindah jalur hingga menggerakkan pesawatnya berpindah jalur.

Saya membayangkan ketika pilot melihat sesuatu yang harus dihindarinya dimana dibutuhkan waktu tertentu untuk sampai pada objek yang hendak dihindari itu, anggap saja objek itu awan kolonimbus yang kabarnya sangat dihindari oleh para pilot. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada objek tersebut saya beri symbol t0. Berdasarkan prosedur maka pilot melapor terlebih dahulu kepada ATC untuk meminta izin menggunakan jalur lain sebagai langkah awal untuk menghindari sesuatu, dimana selama proses percakapan antara pilot dan ATC itu maka selama itupula lah waktu yang dibutuhkan bagi pesawat untuk sampai ke titik tertentu di depannya dengan kecepatan pesawat tertentu. Waktu yang dibutuhkan itu saya beri symbol t1. Kemudian setelah komunikasi permintaan dilakukan maka perlu waktu lagi untuk menunggu balasan atau konfirmasi dari ATC. Selama waktu menunggu itu, maka selama itupula pesawat berjalan terus ke depan dengan kecepatan tertentu hingga sampai ke titik tertentu pula. Waktu yang dibutuhkan sang pilot untuk menunggu konfirmasi dari ATC saya beri symbol t2. Kemudian, ketika ATC sudah mengkonfimasi dimana pesawat diberikan izin untuk mengambil jalur lain dan mulai bergerak menuju jalur tersebut, maka selama itupula waktu yang dibutuhkan untuk sampai titik tertentu di jalur tujuan dengan kecepatan tertentu. Waktu yang digunakan untuk men setting pesawat, memindahkan haluan, hingga perjalanan menuju jalur tujuan, saya beri symbol t3. Sehingga memerlukan waktu t1+t2+t3 untuk sampai pada jalur tujuan. Bagaimana ketika waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada objek yang hendak dihindari itu lebih kecil daripada waktu yang dibutuhkan pilot untuk memutuskan berpindah jalur, berkomunikasi, menunggu, dan menggerakkan pesawat (t0 < t1+t2+t3), tentu pesawat akan menabrak objek itu bukan?

Mungkin dalam prosedurnya pesawat yang bermanuver dengan alasan cuaca diberikan prioritas, namun apakah pesawat itu diberi izin begitu saja untuk berpindah jalur dimana traffic di area jalur pesawat tersebut sedang padat-padatnya? misalkan mungkin saja ada waktu tertentu yang dibutuhkan untuk berkoordinasi dulu dengan peswat lainnya agar peswat yang sedang “terdesak” itu didahulukan. Namun hal ini tetap saja adalah waktu menunggu bagi pilot untuk kemudian baru bisa menggerakkan pesawatnya.

Saya bertanya, apakah trafik penerbangan tersebut tidak bisa diatur sedemikian rupa sehingga ketika pesawat hendak bergerak ke jalur lain bisa dilakukan secara bebas tanpa perlu lagi meminta izin pada ATC?

Misalkan ada batasan jumlah pesawat yang diperbolehkan untuk melawati area jalur penerbangan yang sama. Tujuan pembatasan ini adalah untuk menjamin sebuah pesawat bisa bermanuver secara bebas di area jalurnya.

Bagaimana dampaknya jika pembatasan traffic itu dilakukan?

Dilihat dari sisi bisnis. Saya mencoba berpikir sebagai orang awam karena saya memang orang awam di industri penerbangan. Ketika pesawat dibatasi jumlah peredarannya di udara terutama di area jalur tertentu supaya sebuah pesawat dapat dengan bebas bermanuver, tentu saja akan berdampak kepada jumlah penumpang yang bisa diangkut per harinya, apalagi jika pembatasan itu diakukan pada jalur gemuk.  Hal ini tentu akan berdampak pada pendapatan perusahaan penerbangan yang semakin berkurang dikala cost yang harus mereka tanggung semakin besar terutama cost parkir di bandara. Daripada pesawat parkir lebih lama di bandara, lebih baik diterbangkan supaya uang yang keluar berkurang sedangkan uang yang masuk bertambah. Di lain hal, ketika pembatasan dilakukan maka kemungkinan sebuah pesawat diharuskan memilih jalur lain dimana trafik pada jalur tersebut masih bisa dilewati namun bisa saja jalur itu memutar dan hal ini tentu akan berdampak pada pemakaian bahan bakar pesawat. Pengeluaran bahan bakar pun merupakan cost bagi perusahaan penerbangan. Cost merupakan sesuatu yang harus semakin dikurangi sebisa mungkin oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar

Dari sisi keselamatan penerbangan, saya rasa dengan adanya pembatasan traffic dalam jalur penerbangan maka faktor keselamatan dapat dijaga. Namun dari sisi bisnis industri penerbangan? Bisa berdampak kerugian bagi perusahaan. Untuk menjaga agar tidak rugi maka bisa saja maskapai menaikkan harga tiket pesawat secara signifikan karena model bisnis yangmana pendapatannya berasal dari jumlah penumpang yang bisa dibawa perhari dibatasi. Ketika harga tiket naik, maka dampak berikutnya adalah jumlah penumpang akan turun. Penumpang turun maka level pendapatan perusahaan penerbangan pun akan turun.

Memilih antara keselamatan penerbangan atau keuntungan bisnis?



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun