Tim SAR (Search and Rescue) Indonesia apakah itu dari anggota Basarnas maupun pasukan TNI, patut diapresiasi tinggi. Dengan keterbatasan yang ada baik itu teknologi yang dimiliki maupun kendala cuaca yang dihadapi di lapangan, mereka tetap mampu melakukan tugas dengan baik. Penilaian baik atau tidak bersifat relative. Namun sampai saat ini saya melihat tidak ada berita-berita negative tentang mereka, yang ada malah berita-berita positif dan apresiasi tinggi bahkan apresiasi dari dunia Internasional terutama ketika mereka melakukan operasi SAR terhadap pesawat Airasia QZ8501.
Membaca artikel dari kompasianer Putri Biru yang menyinggung mengenai “Basarnas mengabdi setulus hati tanpa mengharap gaji tinggi”. Saya merasa miris ketika melihat anggota SAR Indonesia dengan pekerjaan mereka berisiko tinggi namun masih menerima gaji dan tunjangan yang terbilang tidak sesuai dengan risiko yang dihadapi. Untuk lebih pastinya, mungkin diantara kompasianer ada yang bisa menjabarkan detail pendapatan pegawai Basarnas per bulannya secara detail?
Saya ingin menambahkan bahwa kebahagiaan tidak selalu dinilai dengan uang, namun uang adalah hal yang mesti ada untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Tidak mungkin rasanya ketika ada orang yang menyatakan tidak memerlukan uang. Orang itu pasti butuh uang apalagi ketika orang itu harus menanggung kebutuhan hidup dia dan keluarganya. Saya yakin dan percaya bahwa tim SAR Indonesia terutama Basarnas dan TNI melakukan tugas-tugas yang berisiko tinggi itu bukan demi uang, mereka lakukan itu untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup mereka dengan cara menolong orang.
Dalam tugas yang mereka jalankan, saya yakin ada dilema dalam diri mereka, di satu sisi mereka bahagia dan bangga melakukan tugas mulia itu, namun di sisi lain ketika tugas itu berisiko tinggi maka saya yakin mereka memikirkan nasib keluarga kalau-kalau nanti ada kejadian yang tidak diharapkan pada diri mereka. Mereka menjadi anggota Basarnas atau anggota TNI adalah untuk bekerja karena status mereka sebagai pegawai negeri sipil maupun pegawai militer yang digaji per bulannya. Mereka bukan sukarelawan yangmana bekerja tanpa di bayar dan bergerak secara sukarela tanpa diperintah. Yang namanya bekerja pasti mencari nafkah, dimana mencari nafkah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya sehari-hari baik kebutuhan masa kini maupun masa datang.
Mereka mungkin tidak mengharapkan pendapatan tinggi per bulannya karena mereka merasa senang melakukan pekerjaan itu. Namun sebagai pekerja apalagi sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk keluarga untuk masa kini dan masa datang, dimana pekerja itu dituntut berada dalam risiko tinggi, alangkah baiknya otoritas terkait tidak membiarkan saja harapan tidak neko-neko itu begitu saja, dimana otoritas terkait sebaiknya meningkatkan kesejahteraan, terutama jaminan hidup untuk keluarganya untuk jaga-jaga ketika risiko yang tidak diharapkan itu terjadi pada dirinya.
Tidak hanya meningkatkan kapasitas dalam hal kebutuhan hidup mereka namun perbaikan dan peningkatan juga dilakukan pada kapasitas secara organisasi seperti kapasitas keahlian personel, teknologi, maupun standar operation procedur dalam hal keselamatan.
Ketika kebutuhan hidup masa kini dan masa datang dirasa tercukupi dan didukung pula kapasitas organisasi yang mumpuni, saya yakin mereka akan melakukan tugasnya lebih baik lagi dari sekarang melalui kenyamanan yang didapat dalam tugas dimana kekhawatiran dalam bertugas semakin berkurang baik kekhawatiran terhadap keselamatan diri maupun kekhawatiran terhadap “keselamatan” kebutuhan keluarga di masa kini dan masa datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H