Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Sedang Melakukan Proses "Upgrade" Sistem di Indonesia?

17 Februari 2015   06:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut beberapa orang, kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi sejak beliau menjabat sebagai Presiden RI banyak yang aneh dalam artian di luar "pakem standar" yang terjadi di Indonesia selama ini, bahkan ada yang bilang akibat beberapa kebijakan "aneh" yang dikeluarkan tersebut, negara ini menjadi kacau. Apakah kebijakan itu dipandang positif atau negatif, itu hal lain yang perlu dibicarakan lebih lanjut karena mengandung pro dan kontra, tergantung melihatnya dari sisi mana.

Kebijakan "aneh" tersebut dimulai ketika Presiden melakukan rekruitmen para menterinya yang mana meminta "masukan" dari KPK dan PPATK.  Kemudian kebijakan terkait dengan berbagai cara melakukan penghematan biaya di internal pemerintahan seperti rapat pemerintahan sebisa mungkin menggunakan aset negara/pemerintah, serta menganjurkan para menteri beserta pejabat lainnya menggunakan pesawat kelas ekonomi, bahkan presiden sendiri mencontohkannya.  Selain itu juga kebijakan menenggelamkan kapal ilegal yang mencuri ikan di perairan Indonesia dan juga kebijakan mensegerakan hukuman mati bagi para bandar narkoba yang telah divonis mati oleh pengadilan. Kebijakan di atas oleh sebagian besar masyarakat dinilai positif.

Kebijakan "aneh" lainnya yang dipandang negatif oleh sebagian besar orang adalah ketika Presiden Jokowi menaikkan harga BBM besubsidi dikala harga minyak dunia turun lumayan cukup drastis saat itu. Akibatnya mempengaruhi harga berbagai bahan makanan pokok dan transportasi masal semisal angkot, bus, dst dimana hingga saat ini harga-harga tersebut masih sulit kembali ke harga semula walaupun harga BBM sudah kembali ke harga sebelum dinaikkan. Bahkan presiden merencanakan pemberian subsidi tetap pada BBM, dimana nantinya setiap dua minggu sekali harga BBM tersebut dievaluasi dan kemungkinan bisa saja akan naik turun setiap dua minggu mengikuti harga pasar. Hal ini membuat kacau dunia bisnis yang sangat menggantungkan bisnis pada BBM serta dunia bisnis turunannya.

Kebijakan lainnya yang dipandang negatif adalah kebijakan memilih calon Kapolri baru. Kala itu Presiden memilih calon yang diisukan memiliki rekening gendut yang kemudian berimbas pada masalah antara KPK-Polri. Dampak dari kebijakan memilih calon kapolri tersebut sangat berasa dan masih dominan menjadi "makanan" masyarakat hingga saat ini. Bahkan kemungkinan akan menjadi pandangan yang kian negatif jika penyelesaian masalah tersebut tidak sesuai dengan kehendak sebagian besar rakyat.

Keanehan-keanehan yang ada sebenarnya sudah dimulai ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden. Sesuatu yang aneh atau mungkin lebih tepatnya menggunakan istilah unik, dimana seorang anggota partai biasa menjadi Presiden. Sebagaimana kita tahu bahwa pemimpin negara ini biasanya adalah orang yang sangat berpengaruh di partai. Walaupun Presiden Jokowi menjadi puncuk pimpinan di pemerintahan dan negara serta panglima tertinggi di militer, namun beliau tidak punya pengaruh di partai.Kata seseorang, Presiden Jokowi itu ibarat seorang yang memiliki handphone dan pulsa, tapi tidak memiliki charger. Sehingga supaya handphonenya bisa tetap digunakan maka beliau harus meminjam charger sana sini. Berbagai pendekatan dilakukan agar charger tersebut dipinjamkan. Dan pendekatan yang dilakukan pun bisa terkesan aneh karena tidak biasa dilakukan oleh banyak pejabat sebelumnya ketika melakukan pendekatan untuk urusan tertentu. Mudah-mudahan handphone itu  digunakan untuk hal-hal yang baikwalaupun mungkin chargernya harus dipinjam dari orang  jahat.

Kita alihkan sebentar pandangan mengenai kinerja:

Jika standar kinerja suatu sistem adalah berada pada level 2, ketika terjadi penurunan kinerja ke level 1 atau bahkan 0 maka sistem tersebut bisa dikatakan rusak. Maka perlu perbaikan agar kinerjanya kembali berada pada level 2. Jika kinerjanya mau dinaikkan ke level 3 bahkan mungkin 5 maka sistem tersebut harus mengalami proses peningkatan kinerja atau upgrade-ing.

Bagaimana caranya?

Untuk melakukan perbaikan kinerja suatu sistem, biasanya melalui pengawasan pada indikasi-indikasi kinerja sistem yang sedang terjadi dan kemudian disesuaikan dengan rancangan model kinerja sistem yang sudah ada dimana sudah menjadi standar, melalui tindakan perbaikan (pengendalian).

Sedangkan untuk melakukan peningkatan kinerja suatu sistem  maka harus dihadapkan pada masalah-masalah bahkan kekacauan tertentu yang sengaja diciptakan dan hal itu sesuatu yang baru bagi sistem yang menerimanya, atau istilahnya diuji coba dengan masalah yang tingkatannya lebih tinggi sesuai dengan beban kinerja pada level di atasnya.  Melalui pengujian ini maka masalah-masalah yang tersembunyi dalam sistem yang lama dimana mereka tidak mampu menghadapi beban masalah yang baru dapat terangkat kepermukaan. Kemudian akan lebih mudah dilakukan evaluasi dan kemudian dilakukan tindakan upgrade-ing. Biasanya hal ini dilakukan dalam dunia riset dengan memanfaatkan prototype untuk pengembangan produk atau jasa.

Kita kembalikan pandangan ke topik:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun