Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Cara Ridwan Kamil atau Cara Ahok untuk DKI Jakarta?

2 Februari 2016   13:20 Diperbarui: 2 Februari 2016   13:50 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar: kompas.com"][/caption]Bandung dan Jakarta dua wilayah yang berjarak sekitar 2.5 hingga 3 jam jika ditempuh kendaraan melalui tol Cipularang. Bandung dan Jakarta, dua wilayah yang merupakan ibuikota provinsi yang bertetanggaan, Jakarta untuk Ibuklota Provinsi DKI Jakarta sedangkan Bandung untuk ibukota Provinsi Jawa Barat. Jakarta merupakan provinsi kota, seperti halnya Singapura yang merupakan negara kota, sedanngkan Bandung merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari beberapa kotamadya dan kabupaten tersebar dipisahkan pegunungan, perbukitan, dan perhutanan.

Jadi walaupun DKI Jakarta dipimpin oleh seorang Gubernur tapi tugasnya cendrung mirip dengan walikota. Bandung dan Jakarta memiliki tipikal geografi berbeda, Jakarta sebuah kota yang berada di tepi laut, sedangkan Bandung sebuah kota yang diapit pegunungan dan perbukitan. Kota Bandung bertipikal dingin walaupun saat ini kata orang dinginnya mulai berkurang dibandingkan masa lalu, sedangkan Jakarta merupakan kota yang bertipikal panas barangkali karena dekat dengan lautan.

Persamaan Jakarta dan Bandung adalah setiap tahun selalu didatangi untuk ditempati masyarakat dari seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kedua kota ini semakin hari semakin padat, yang berdatangan ke kota-kota itu pun orang dengan tipikal berbeda. Masyrakat yang berdatangan ke Jakarta dengan tujuan untuk bekerja dan  berssekolah terutama untuk kuliah, sedangkan di Bandung kencendrungan didatangi oleh para pelajar atau calon mahasiswa.

Walaupun kedua kota itu juga sebagai tempat wisata bagi masyarakat Indonesia maupun luar negeri, namun permasalahan secara garis besar dari sebuah kota tentu saja datang dari masyarakat yang menetap di sana atau yang beraktifitas di sana.  

Permasalahan di Jakarta bersumber dari masyarakat Indonesia dari seluruh negeri yang bertujuan untuk mencari duit karena Jakarta adalah pusat bisnis di Indonesia (dampak dari sentraslisasi pembangunan masa lalu), dari bisnis halal hingga bisnis haram, sedangkan permasalahan di Bandung bersumber dari masyrakat yang memang menetap atau warga yang memang bertempat tinggal di sana dan dari para mahsiswa yang berasal dari seluruh Indonesia yang sedang studi di sana.

Mengubah orang yang berujuan untuk untuk mencari duit dimana kota itu diibaratkan sebagai "kantor atau tempat usaha" mereka,  berbeda dengan cara mengubah orang yang memang bertempat tinggal di sana dimana diibaratkan kota itu sebagai "rumah" bagi mereka. Warga kota bisnis, bertujuan untuk mencari peruntungan baik secara halal maupun haram, sedangkan warga kota rumah bertujuan untuk kenyamanan tinggal dan beraktifitas keluarga (bermain, berkumpul, dst). Sehingga, cara mengubah mengubah wargnya pun berbeda.

Walikota Bandung, Ridwan Kamil, sepertinya menyadari hal tersebut, dimana Bandung adalah kota rumah. Sehingga dari gebrakan-gembrakannya kecendrungan akan menjdikan Bandung nyaman bagi keluarga, para mehssiwa untuk belajar, dan para wisatawan untuk menikmati liburan di Bandung bersama keluarga.

Perubahan-perubahan yang dilakukan Ridwan Kamil pun sebagai kota rumah seperti membangun taman-taman berkumpul, mengadakan event-event keluarga, berusaha membuat Bandung bersih, serta memudahkan akses masyarakat untuk berwisata di kota Bandung. Pendekatan pengubahan fisik kota Bandung ini pun tidak terlalu suilt bagi Ridwan Kamil karena beliau memang berlatar belakang dan berprofesi sebagai arsitek. Pendekatan yang dilakukan Ridwan Kamil untuk mengubah mental warga nya pun melalui pendekatan "keluarga", dengan menyajikan kelembutan yang memang pas dengan tipikal pribadi Ridwan Kamil dan pas juga dengan tipikal warga "kota rumah" yang bernama Bandung. Hanya saja perlu waktu untuk mengubahnya.

Bertolak belakang dengan Ridwan Kamil, Gubernur DKI Jakarta, Ahok, memilih cara berbeda untuk membenahi provinsinya bagaimana mengubah kota bisnis menjadi lebih tertata dan nyaman bagi pebisnis dan wisatawan. Mengubah keluarga berbeda dengan mengubah orang mencari duit. Memang untuk mengubah seseorang alangkah baiknya dilatar belakangi dari dirinya sendiri alias kesadaran diri sendiri, biasanya untuk melakukan itu harus menyentuh hatinya.

Cara menyentuh hati seseorang ada beragam cara, mulai dari cara lembut bahkan hingga cara keras tergantung tingkat leval kekerasan hati dari orang itu untuk berubah, bahkan untuk menyuruh anak patuh dan taat pada perintah agama bisa dilakukan dengan cara memberikan contoh, hingga memukul dengan lidi.  Pebisnis kencendrungan mengikuti hawa nafsu nya mencari duit sebanyak-banyaknya, dikala iman sudah lemah yang haram pun dilakukan, bahkan kalau sudah "lapar" barangkali membunuh pun akan dilakukan (sifat hewan dalam diri manusia akan muncul).

Manusia banyak yang sudah serakah dan keluar dari tracknya sebaggai makhluk hidup yang berakal dan bebiudi, bagaimana mengubah mereka agar tidak serakah dan kembali kepada track nya? Apakah bisa dilakukan dengan cara lembut atau harus dilakukan pendisiplinan dengan cara keras? Ahok memilih untuk menggunakan cara rada keras untuk mendisiplinkan warga maupun PNS nya. Namun, lagi-lagi perlu waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun