Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money

Bukan Karena Tarif, Tapi Karena Inovasi Bisnis Maskapai Penerbangan

13 Januari 2015   21:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Konsumen maskapai LCC (Low Cost Carrier) panik dan cendrung menyalahkan Kementerian Perhubungan atas  naiknya tarif  batas bawah penerbangan, bahkan menyudutkan menterinya. Hal ini karena beberapa pihak beranggapan bahwa kenaikan itu tidak akan berdampak kuat pada faktor keselamatan penerbangan sebagaimana alasan dari kemenhub atas kebijakannya itu. Para pengamat bermunculan di televisi dengan menjual alasan bahwa tidak ada pengaruh kuat antara kenaikan tarif tersebut dengan faktor keselamatan, dengan membandingkan dengan maskapai-maskapai full service yang juga pernah mengalami kecelakaan bahkan mereka membanding-bandingkannya dengan maskapai LCC yang beroperasi di luar negeri.

Dalam model bisnis LCC pos biaya pelayanan dan biaya terkait faktor keselamatan ditempatkan pada ranah yang berbeda, dimana hal yang dikurangi sehingga mereka berani kasih harga murah adalah biaya terkait pelayanan langsung terhadap penumpang, apakah itu ketika membeli tiket, pelayanan di bandara, maupun pelayanan di udara.

Model bisnis LCC ini menjual tarif, bukan menjual kenyamanan penumpang seperti halnya maskapai full services. Namun untuk biaya di sisi faktor keselamatan apakah itu terkait maintenance maupun training para pilot jangan harap ditawar-tawar, karena sudah aturan internasional. Maskapai LCC maupun Full Services akan mengeluarkan biaya yang sama untuk faktor keselamatan ini.

Kenaikan tarif penerbangan memang tidak akan berdampak signifikan terhadap keselamatan penerbangan. Hal ini berlaku bagi maskapai yang selama ini sudah disiplin mengaplikasikan aturan faktor keselamatan sesuai standar internasional, namun anggapan itu tidak berlaku bagi maskapai yang selama ini kekurangan duit untuk maintenance pesawat dan men training para pilot.

Dengan adanya tambahan duit masuk tersebut maka diharapkan maskapai yang kekurangan duit untuk melakukan maintenance maupun mentraining para pilot mampu untuk meningkatkan faktor keselamatannya. Namun siapa yang jamin duit tambahan dari kenaikan tarif itu benar-benar akan di berikan untuk faktor keselamatan penerbangan maskapainya? Apakah pemerintah bisa menjamin? di sini yang berperan adalah kedisiplinan menjalankan prosedur dalam sistem pengawasan.

Kenapa ada maskapai yang mampu dan ada yang tidak mampu untuk melakukan pemeliharaan faktor keselamatan? Itu karena mereka disiplin menegakkan aturan dan punya duit untuk mengeksekusinya. ada yang punya duit tapi tidak disiplin, ada yang ingin disiplin tapi tidak punya duit.

Mengenai duit, maka disinilah peran strategi bisnis suatu maskapai dalam merancang dan menerapkan model bisnisnya, bagaimana mereka mengelola biaya-biaya yang ada dan mendapatkan pendapatan sebanyak-banyaknya. Yang namanya bisnis itu pasti mencari keuntungan sebesar-besarnya, tentu biaya sebisa mungkin dikurangi dan pendapatan sebisa mungkin terus ditingkatkan. Namun faktor safety is first, dimana biaya untuk faktor keselamatan harus ditempatkan pada prioritas utama, dengan menjatahkan tetap terhadap pengeluaran untuk faktor keselamatan sesuai aturan keselamatan internasional. Sedangkan biaya lain silakan dilakukan sefleksibel dan seefisien mungkin sesuai strategi bisnis maskapai.

Jika maskapai tersebut memiliki rekam bagus terhadap faktor keselamatan penerbangannya, namun tetap bisa berkompetisi ditengah persaingan sengit industri penerbangan saat ini maka manajemen mereka patut diacungi jempol.  Di sini yang bermain adalah model bisnis suatu maskapai. Mereka mampu menjaga level faktor keselamatan secara baik dengan harga tiket murah, serta keuntungan maskapai tetap bisa terjaga stabil, model bisnis yang begitu jenius.

Maskapai yang kurang mampu berinovasi maka lambat laun akan tergerus oleh maskapai jenius itu, dan ujung-ujungnya bisa saja biaya untuk faktor keselamatan pun mereka kurangi untuk menambal biaya-biaya lain dikala pendapatan yang semakin menurun akibat market share yang mengecil. Mungkin hal inilah yang melatarbelakangi keputusan Menteri untuk menaikkan tarif bawah, selain akan membuat industri penerbangan bersaing sehat, juga untuk meningkatkan faktor keselamatan.

Namun anggapan bahwa semakin murahnya tarif tiket suatu pesawat maka akan berdampak pada faktor keselamatan dirasa kurang tepat. Mungkin yang tepat adalah semakin minimnya inovasi bisnis maskapai maka akan berdampak pada menurunnya faktor keselamatan penerbangan dari sisi maskapai ditengah biaya dan persaingan di industri penerbangan semakin meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun