Rencana perpindahan pusat pemerintahan Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur menuai pro dan kontra, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Bahkan suatu lembaga melakukan survey dimana hasilnya menunjukkan lebih dari 90% PNS di Jakarta tidak setuju pindah ke Kalimantan Timur. Namun bagi sebagian pihak, survey tersebut masih dipertanyakan validitas dan realibilitas data dan respondennya. Namun, walau bagaimana pun, PNS telah tanda tangan kontrak kerja untuk bersedia ditempatkan dimana saja.Â
Apa yang menjadi kekhawatiran PNS pemerintah pusat terkait rencana akan pindah nya mereka ke Kalimantan Timur?
"Nanti ada fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, tapi nggak tahu di sana seperti apa, itu saja yang kita jadi pikiran," kata Dian, ibu dua anak". - kutipan -
"Lebih ke mental, menguatkan diri kalau tinggal di tempat baru yang fasilitasnya tidak selengkap di Jakarta. Kalau di Jakarta kita punya, punya hiburan, olahraga, konser, hiburan apa pun mudah didapat. Kalau tinggal di situ pasti minimal fasilitas dan infrastruktur," kata Hanna". -kutipan-
"Karena memang orang tua asli Jakarta, dan awalnya berharap memilih di kementerian itu, adalah karena nanti diletakkan di pusat kota,". Â -kutipan-
Melihat beberapa bentuk kekhawatiran tersebut, barangkali itu seperti anak "mami" harus merantau jauh, timbul rasa takut dan khawatir. Sudah terbiasa enak dan manja hidup di Jakarta, fasilitas lengkap, semua ada, kemudian harus dipindahtugaskan  ke wilayah yang menurut mereka tidak selengkap di jakarta, tidak senyaman di Jakarta, bahkan barangkali ada juga yang berpersepsi akan tinggal di sebuah desa. Ya tidak begitu juga.
Bercermin dari artikel saya sebelumnya Studi Banding Ibu Kota Baru ke Perumahan Perusahaan Asal Amerika di Indonesia, bagaimana nyaman nya pegawai perusahaan asal Amerika beserta keluarganya mesti mereka harus tinggal di 'tengah hutan' Sumatera, Papua, bahkan ada juga di Kalimantan Timur.Â
Saya akan memberikan sedikit gambaran kenapa perusahaan asing tersebut membuat wilayah bak 'kota kecil' di tengah hutan, dengan fasilitas yang bisa dibilang sangat lengkap. Saya ambil contoh satu perusahaan migas asal Amerika yang beroperasi di Riau Sumatera, dimana tahun 2021 nanti akan habis masa kontraknya.Â
Dulu sewaktu perusahaan tersebut mulai beroperasi di Riau sekitar tahun 60 an. Wilayahnya masih hutan belantara. Mereka mesti mempekerjakan insinyur-insinyur Indonesia. Â Itu adalah perintah Bung Karno kepada perusahaan tersebut saat minta izin beroperasi di Indonesia. Tujuan nya adalah dalam rangka alih teknologi, dan diharapkan suatu saat bangsa Indonesia yang akan mengelola sendiri sumber daya alam itu.Â
Dulu perguruan tinggi teknik terbaik di Indonesia ada di pulau jawa, Â yang mana mahasiswanya sebagian besar berasal dari pulau jawa. Saat itu, industri migas bukan lah termasuk pekerjaan favorit, barangkali karena nanti akan berada di hutan untuk mencari minyak. Sedangkan saat itu Jakarta dan Bandung, Â tempat mereka bersekolah, sudah bisa dikatakan sebagai sebuah kota yang indah, nyaman, dan lengkap fasilitasnya.
Bagaimana caranya agar insinyur-insinyur yang terbiasa hidup di kota itu mau bekerja di tengah hutan belantara Sumatera? Pimpinan perusahaan  kala itu, Julius Tahija, yang konon kabarnya adalah orang indonesia pertama yang menjadi pucuk pimpinan di perusahaan asing berskala dunia, membuat kebijakan untuk membuat kota kecil dengan fasilitas yang lengkap sebagai wilayah perumahan dan perkantoran para pegawainya. Agar insinyur-insinyur dari pulau jawa tersebut beserta keluarganya mau bekerja dan tetap nyaman tinggal di tengah hutan Sumatera.Â