sumber gambar: www.funnyjunk.com)
Zaman mulai berganti. Sistem ekonomi pun mulai bergeser. Dulu si pemilik lahan menggarap lahannya sendiri untuk keperluan sehari-hari mereka. Kebutuhan semakin kompleks, jumlah penduduk semakin banyak. Kemudian sistem berganti dimana hasil pertanian dari lahan yang dimiliki seseorang dapat dibarter dengan hasil pertanian milik orang lain.
Orang yang tidak memiliki penguasaan akan lahan, darimana mereka dapat hidup? si pemilik lahan mulai mempekerjakan orang yang tidak memiliki penguasaan akan lahan. Hasil kerja mereka akan "dibayar" oleh si pemilik lahan atau mereka dijadikan budak.
Manusia adakalanya tidak pernah puas. Si pemilik lahan menambah areal lahannya dengan cara membeli lahan orang lain atau memaksa orang lain itu untuk memberikan lahannya, salah satunya dengan jalan perang. Nantinya lahan yang berhasil dikuasai itu akan ditanami berbagai produk komoditas yang bisa digunakan untuk keperluan sendiri atau dibarter ke pemilik lahan lain. Kala itu, dikenal dengan siapa yang memiliki lahan dan komoditas dialah pemenangnya.
Kemudian zaman berganti, uang diciptakan. Uang dijadikan sebagai alat tukar berbagai komoditas. Sebelumnya komoditas hanya bisa ditukar dengan komoditas, itupun hanya komoditas tertentu yang bisa saling ditukarkan berdasarkan kebutuhan masing-masing pihak. Setelah uang dihadirkan, semua komoditas bisa ditukarkan dengan sejumlah uang alias dibeli dengan uang.
Sejak saat itu, uang menjadi primadona untuk diburu sebanyak-banyaknya. Uang dicetak banyak-banyak. Sayangnya, hadirnya uang yang beredar di pasar mampu menurunkan serta manaikkan nilai uang itu sendiri. Rekayasa nilai uang pun dilakukan dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar di pasar, serta mengatur jumlah komoditas atau kebutuhan masyarakat akan uang. Nilai uang akan terjaga jika demand akan uang selaras dengan supply akan uang. Nilai uang akan naik jika permintaan akan uang dimasyrakat meningkat, namun supply nya kurang. Begitu pun sebaliknya, nilai uang akan turun. Semakin tinggi nilai uang dan semakin banyak jumlah yang dimiliki maka semakin banyak yang bisa dibeli oleh seseorang.
Untuk bisa mendapatkan nilai uang tetap tinggi dan dimiliki dengan jumlah banyak, maka selain dengan memain-mainkan suku bunga atau memainkannya malalui sistem keuangan, perburuan akan uang juga dilakukan dengan cara menukarkannya pada berbagai aset yang bernilai ekonomi, menukarkan dengan aset-aset yang bisa dimanfaatkan sehingga jumlah uang yang dimiliki jadi bertambah namun nilainya tetap stabil, seperti membuka usaha.
Dengan membuka usaha alias berbisnis maka supply dan demand akan uang tetap terjaga, dalam artian tingkat produksi dan konsumsi tetap terjaga untuk memutarkan arus uang. Kalau salah satunya complang, nilai uang akan terganggu. Zaman ini dikenal dengan zaman kapitalis. Kapitalis berasal dari kata kapital yaitu modal uang. Siapa yang punya modal uang besar dialah yang menjadi pemenangnya.
Zaman sepertinya mulai berganti lagi, banyak orang tercengang dengan "manfaat" yang dibawa oleh teknologi informasi. Hadirnya teknologi ini, membuat dunia tidak berbatas lagi. Teknologi ini pun mampu membuat prilaku manusia berubah dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Kesempatan yang dihadirkan teknologi informasi ini lah yang menjadi peluang bagi beberapa pihak untuk mengganti siklus ekonomi suatu zaman, mengubah arah permainan ekonomi zaman.
Hadirnya e-commerce, hadirnya transportasi online. Kedua hal tersebut merupakan bisnis yang memanfaatkan jaringan komunikasi dan informasi. Namun, kita terhenyak ketika banyak perusahaan besar yang memiliki modal besar, aset ribuan karyawan dan petokoan yang banyak mulai ketar ketir dengan hadirnya e-commerce walaupun akhirnya mereka perlahan mulai berpindah ke e-commerce juga. Kita juga terhenyak ketika perusahaan taksi terbesar yang punya aset ribuan kendaraan taksi, ribuan supir, yang sudah tercatat di pasar modal mulai panas dan ketar ketir dengan hadirnya transportasi online. Padahal kita menganggap mereka tidak akan terkalahkan dalam dunia bisnis, mereka memiliki modal yang begitu besarnya di industri mereka. Di zaman kapitalis, mereka lah pemenangnya.
Namun, betapa kagetnya kita, pihak yang mampu membuat perusahaan-perusahaan bermodal besar itu ketar ketik dan panas adalah orang-orang biasa, yang hanya ber aset satu buah garasi untuk berproduksi, orang-orang yang tak punya toko untuk berjualan, orang-orang yang hanya memiliki aset satu buah mobil untuk mengantarkan penumpang. Loh kok bisa? ya, mereka mampu membuat ketar ketik si pemilik modal besar, karena mereka ramai, tidak berjalan sendiri-sendiri. Mereka terhubung dengan aset yang bernama informasi yang disediakan oleh sebuah aplikasi. Modal utama mereka bukan uang, tapi informasi.