Kabar dikurangi bahkan dicabutnya subsidi listrik oleh Pemerintah rasanya menyayat hati. Bagaimana mungkin ketika negara ini didorong untuk membangun tapi harga listrik untuk menggerakkan pembangunan itu makin naik. Seharusnya semakin giat gerakan pembangunan maka semakin banyak pula energi yang dibutuhkan dan semakin mudah dan murah pula listrik itu didapat. Mana mungkin kita mendorong truk ber kilo-kilo meter untuk mencapai target tertentu, namun harga makanan sebagai sumber energi kita semakin mahal sehingga kita berhemat untuk makan dan akhirnya tidak ada energi untuk mendorong truk itu, bisa diibaratkan seperti aktivitas romusha.
Listrik itu adalah hasil akhir dari proses-proses sumber daya alam yang diolah. Listrik bisa ada karena dipicu dari olahan air, batubara, sinar matahari, gelombang laut, sampah, gas, minyak bumi, angin, dsb. Listrik itu tidak hanya dipicu dari minyak bumi, tapi bisa dari berbagai sumber daya alam lain. Indonesia kaya akan sumber daya alam untuk pembangkit energi listrik. Walaupun minyak bumi di Indonesia semakin tipis, dan harganya pun semakin mahal (walaupun sekarang harga minyak dunia lagi turun) namun itu tidak boleh dijadikan alasan naiknya tarif listrik.
Biarlah BBM naik harganya tapi tarif listrik itu harus semurah mungkin. BBM itu hanya sebagai sumber daya untuk membangkitkan energi listrik dimana posisinya sejajar dengan sumber daya lainnya seperti air, sinar matahari, angin, dsb. BBM itu bukanlah listrik itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H