Pada Tahun 2004, saya melihat keterlibatan Prabowo dalam Partai Golkar, saat itu saya tak terlalu kaget atau memandang istimewa, karena Golkar masih dekat dengan ranahnya, yakni orde baru. Saya berpikir wajar saja seorang pensiunan militer terlibat lagi dalam kegiatan politik. Yang surprise adalah di Tahun 2009, beliau menjadi pasangan Megawati untuk melangkah ke istana. Mengapa istimewa? Ya, saya merasa surprise, seorang tokoh militer yang selama ini selalu divonis sebagai dalang dari kesalahan teknis terhadap penangkapan 9 aktivis mahasiswa oleh Tim Mawar yang dipimpinnya, melangkah ke kursi pencalonan wakil presiden.
Saat Prabowo ada di percaturan politik Golkar 2004, saya merasa underdog cuma berpikir sepintas lalu saja. Tetapi melihat langkah Prabowo dengan kendaraannya sendiri dengan Partai Gerindra, membuat saya ingin menelisik lebih dalam dan ingin mengetahui bagaimana sebenarnya tentang cerita-cerita dan tuduhan negatif yang kerap dialamatkan padanya. Walaupun saya sendiri tahu tentang pemberitaan ini dari media dan ketika 1998 saya pun masih kuliah di Bandung dan sempat terpengaruh dengan arus negatif tersebut, saya pun ikut-ikutan demo dan konvoi memenuhi Gedung Sate bersama mahasiswa-mahasiswa dari Bandung yang tumplek berorasi di sana. Ditambah, salah satu mahasiswa Trisakti bernama Hafidin Rohyan yang tertembak rumahnya satu kecamatan dengan saya di Bandung. Menyaksikan sendiri bagaimana wartawan media cetak dan radio selalu memenuhi rumah almarhum setiap harinya.
Jujur saja, walau sempat terpengaruh pemberitaan negatif media , saya tidak merasa yakin begitu saja, masih ada terselip logika. Tidak mungkin seorang Komandan Kopassus melakukan hal keji, bukankah tugasnya menyelamatkan warga dan melindungi negara? Kalaupun memenuhi perintah atasan, tak mungkin serta merta melakukan hal bodoh itu karena bisa berakibat jangka panjang. Tapi ketika itu saya masih labil dan fasilitas internet tak semudah sekarang didapatkan, saya hanya puas dengan berita dari media cetak dan televisi serta mencari tahu hanya dari opini orang-orang dan perkembangan berita di kampus. Sampai akhirnya tak mengikuti lagi perkembangan Prabowo karena lulus kuliah sibuk bekerja dan saya tak tertarik melangkah lebih jauh ke ranah politik.
Seiring lahirnya Partai Gerindra, berlambang Burung Garuda yang mengantarkan Prabowo pada pemilihan cawapres mendampingi Megawati di Tahun 2009, saya langsung merasa ada chermistry, saya cari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, surat kabar, ngobrol dengan teman yang sudah lebih dulu berkiprah di politik, tanya mbah google sampai membeli buku-buku yang mengulas tentang Prabowo. Searching di google banyak berita negatifnya tetapi saya berusaha mencari sumber lainnya juga. Saya menemukan Buku karya Sintong Panjaitan yang mengulas tentang Prabowo dengan versinya sendiri, isinya menurut saya menyudutkan karena tidak seimbang dan itu hanya keterangan sepihak. Buku tersebut baru terbit tepat di moment pemilihan presiden 2009. Untung saja saya sabar mencari informasi lebih dalam lagi, saya menemukan lagi buku berjudul Prabowo Dari Cijantung Bergerak Ke Istana karya Femi Adi Soempeno. Isinya lebih fair, ada statement beberapa pihak yang cukup mencerahkan di buku ini. Akhirnya saya lebih paham siapa Prabowo dan mendapat informasi kebenaran, tidak terbuktinya Prabowo terlibat dalam tudingan penculikan aktivis itu dari buku tersebut serta berbagai seumber yang saya baca. Jika masih santer tuduhan itu ditudingkan, saya menganggap itu adalah manuver lawan politiknya. Karena mengapa hal ini baru diangkat lagi menjelang pilpres? Bukannya diselesaikan sejak dulu. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sudah bergerak, Komnas HAM sudah menyelidiki kasus ini, semua tidak membuktikan bahwa Prabowo tersangkut masalah ini.
Prabowo mengamankan para aktivis yang disinyalir akan membuat kerusuhan serta melakukan peledakan bom di beberapa tempat, wajar saja. Mencegah terjadinya kejadian yang tak diinginkan. Jika Prabowo menuruti penuh perintah Presiden Soeharto, untuk mencegah masyarakat yang masuk ke Gedung MPR, pasti korban akan banyak yang berjatuhan karena Prabowo diperintahkan menggunakan peluru panas untuk mengusir warga yang mendesak ke Gedung MPR. Tetapi Prabowo tidak melakukan itu.
Ketika Prabowo diberhentikan oleh Habibie dari karir militernya, pasukan Prabowo banyak yang ingin memperjuangkan supaya hal itu tidak terjadi tetapi Prabowo bersikap marah terhadap pasukannya karena pasukannya tidak mau menerima keputusan kepala negara. Dan memilih menerima keputusan kepala negara.
Kini Prabowo tidak dekat lagi dengan militer, setelah menjadi pebisnis selama di Jordania. Lebih dekat dengan Petani, Nelayan, Pedagang dan pelaku usaha kecil dan menengah. Bahkan sangat bersemangat punya cita-cita untuk melakukan perbaikan ekonomi Indonesia melalui peningkatan kembali sumber daya pangan, sumber daya mineral dan energi serta ingin mengembalikan kedaulatan yang seutuhnya Bangsa Indonesia. Ketua Umum Gerindra Suhardi, sangat memikat saya dengan program ketahanan pangan serta pengelolaan lahan tidur serta pemberdayaan lahan kosong menjadi produktif dengan berbagai tanaman yang dapat menghasilkan pangan serta energi bagi kesejahteraan masyarakat luas.
Berangkat dari visi misi Gerindra tersebut, saya memantapkan hati ikut bergabung dengan Parta Gerindra di Tahun 2009. Saat itu saya tidak terlalu aktif karena masih bekerja kantoran nine to five saya hanya mengikuti kegiatan sesempatnya saja dan mengikuti berbagai perkembangan melalui online.
Prestasi Prabowo yang saya tahu, dalam bidang olah raga polo berkuda, sebagai pembinanya beliau berhasil menjadikan Tim Polo Berkuda Indonesia menjuarai Kejuaraan Polo Berkuda se-Asia. Selain itu, sebagai ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) beliau memastikan bahwa tim nasional Pencak Silat mendapatkan pendidikan terbaik, latihan tanding terbaik dan latihan pelatnas terbaik selama 20 tahun terakhir. Tak heran jika Atlet Pencak Silat Indonesia selalu berkibar di kejuaraan Internasional. Sangat mengangkat budaya dan nama baik Indonesia.
Tahun 2014, Prabowo berhasil menjadi salah satu kandidat presiden dari Partai Gerindra dan menggandeng calon wakilnya, Hatta Rajasa. Ini benar-benar surprise yang kedua kalinya untuk saya. Dengan visi misinya yang semakin matang dalam mengusung ekonomi kerakyatan, yang berisi butir-butir memfasilitasi lebih banyak pos anggaran untuk pertanian, perikanan, perkebunan dan menyediakan layanan perbankan serta koperasi bagi para petani dan nelayan dengan birokrasi yang mudah dan meminimalisir pembiayaan proses pemasaran bagi mereka. Ini artinya Prabowo sangat memihak rakyat kecil.
Dengan gaya bicaranya yang keras, tegas itu adalah hal wajar, mengingat beliau tadinya dekat dengan militer tetapi hatinya sangat tergerak untuk membela masyarakat luas. Terbukti di sekitar tempat kediamannya di Bojong Koneng, Megamendung Bogor, beliau mengelola beasiswa penuh sampai perguruan tinggi bagi warga yang membutuhkan.
Sikap transparan yang dilakukan Prabowo dan Partai Gerindra, membuat masyarakat luas mudah mendapatkan akses informasi kegiatan didalamnya. Terutama laporan keuangan dan semua pendanaan kegiatan. Siapapun dapat mengaksesnya dalam website resmi Gerindra.
Terpenting lagi, sekaligus menjawab pertanyaan banyak teman saya, “Kenapa harus Gerindra Ni? Kok ke Gerindra sih, kok dukung Prabowo?” rangkaian pertanyaan ini sering saya dapati dari banyak teman saya, dengan intonasi heran serta menyarankan secara tidak langsung untuk tidak mendukung Prabowo.
Ini pilihan saya karena merasa cocok dengan program yang diusung Partai Gerindra, suka dengan wibawa dan kapasitas kepemimpinannya dan saya sudah lama mengamati perkembangan Prabowo dan Gerindra. Maka dari itu saya nyemplung sekalian menjadi kader Gerindra agar bisa tahu lebih dalam lagi bagaimana sesungguhnya yang ada didalamnya. Tidak hanya menduga-duga dan tidak hanya tahu dari katanya. Saya ingin langsung mengetahuinya dan terlibat dengan kegiatannya secara langsung. Setelah masuk, saya jadi tahu dan pikiran mulai terbuka lebar. Pertanyaan-pertanyaan yang ngambang mulai banyak yang terjawab. Alhamdulillah sikap suudzon bisa dikendalikan dengan banyak cari tahu.
Saya rasa semua capres sudah melalui berbagai verifikasi jadi semua capres adalah baik dan memenuhi kapasitas. Dalam rekam jejaknya pun terlihat dari daftar riwayat hidupnya, jika masih tersangkut tindak pidana, saya yakin KPU tidak akan meloloskan capres untuk melenggang ke bursa pilpres. Jadi saya rasa semua yang sudah dicalonkan adalah memenuhi kriteria. Tetapi ketika harus memilih, tentu tak bisa memilih semuanya dong, nanti suaranya tidak sah. Jadi saya memilih yang cocok dengan visi misinya yang terusung dalam berbagai program yang secara progressif mulai dijalankan. Pilihan saya tentu saja Prabowo Subianto Djojohadikusumo – Hatta Rajasa untuk Presiden – Wakil Presiden 2014 – 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H