Eksotisnya budaya dan alam Papua, selalu menjadi magnet untuk menyelami semua yang berkaitan dengan bagian Indonesia paling timur ini. Baik dari berbagai media dan sumber lainnya.
Belum berkesempatan ke Papua padahal sudah seperti ngidam pengin ke sana. Jadi, hanya bisa ngiler kalau lihat ada teman yang upload di medsos saat di Papua.
Seperti gayung bersambut, Kompasiana mengundang saya dan beberapa rekan Kompasianer untuk menghadiri Kamoro Art & Expo 2021 di Hutan Kota By Plataran Senayan pada 29 Oktober 2021. Artinya, saya akan menyaksikan langsung ruh Papua di sana. Walau belum juga ke Papua namun saya cukup senang.
Sesampainya di lokasi, saya langsung mengabadikan setiap moment, memandang beberapa patung kayu dengan ukiran halus berbentuk kepala manusia, buaya dan beberapa pajangan.
Di sudut ruangan pameran terlihat pengrajin seni ukir Kamoro sedang memahat kayu yang akan menjadi karyanya dengan serius menunduk dan kedua tangannya begitu cekatan membuat lekukan-lekukan di kayu yang dipegangnya.
Sesekali tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya. Saya ambil foto dengan beberapa angle berbeda.
Saya bergegas ke masuk kembali ke ruang acara utama karena talkshow "Kearifan Lokal dalam Karya Seni" bersama desainer Ghea Panggabean dan Oscar Lawalata (Asha Smara Darra) serta Luluk Intarti Founder Yayasan  Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) akan dimulai.
Acara kolaborasi antara PT Freeport Indonesia (PTFI), MWK dan Plataran Indonesia. Sesi diskusi ini merupakan rangkaian acara dari Kamoro Art & Expo 2021 yang telah terselenggara selama tiga hari dari 27-29 Oktober 2021. Khusus memperkenalkan karya seni dan budaya Suku Kamoro. Salah satu suku asli Papua dari total 255 suku di sana.
Saya cukup tercengang. Ke mana saja saya selama ini? Baru tahu kalau suku di Papua ada sebanyak itu? Selama ini, saya hanya mengenal Suku Asmat dan Suku Dani.