Sebulan lalu, saat saya mencoba Kereta Ratangga MRT (Mass Rapid Transit) dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus, membuncah rasa bangga dan senang hati karena dalam hitungan minggu, dapat menggunakan moda transportasi ini. Jadi gak bakalan tua di jalan lagi, saya berpikir bahwa saya dan semua warga Jakarta beserta warga pinggirannya akan lebih produktif dengan sarana angkutan massal ini.
Tak lama dari moment itu, saya mendapatkan kesempatan untuk hadir di acara FGD tentang LRT (Light Rail Transit) dari Kompasianer Tangerang Selatan (Ketapels) pada 13 Februari 2019 di Gedung Kompas Gramedia Jakarta. Mengangkat Tema "Pembangunan LRT Jabodebek & Sumsel Untuk Siapa?
Rasa senang saya melonjak lagi bukan main. Karena baru saja akan merasakan kehadiran MRT Jakarta, kini ditambah LRT. Serasa tinggal di negara maju dengan kemajuan infrastruktur transportasi di Indonesia. Apa lagi saya yang tinggal di pinggiran ibu kota dan banyak beraktivitas di ibu kota pasti sangat terbantu.
Dalam FGD ini, dijelaskan mulai sejarah pembangunan hingga progress yang telah dilakukan hingga sekarang. LRT fase 1 dengan rute Jabodebek (Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi) dengan satu rangkaian kereta terdiri dari 6 gerbong dan memuat 26 Ribu penumpang per jam.
Mengapa Tangerang tak masuk dalam rute LRT? Menurut Bapak Budi Harto, untuk wilaah Tangerang sudah tersedia moda transportasi KRL dan dalam waktu dekat ini akan ada MRT. Jadi pembangunan LRT sebagai upaya memeratakan pembangunan infrastruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
LRT sudah beroperasi di Sumatera Selatan sejak 1 Agustus 2018 pada saat moment Asian Games yang mengantarkan penumpang dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II ke lokasi-lokasi pertandingan. Selain penduduk, para atlet se-Asia pun ikut menikmati LRT selama di Palembang.
LRT Jabodebek Perkiraan 2021 RampungÂ
LRT Jabodebek diperkirakan beroperasi pada 2021 dari perkiraan selesai 2019. Tertundanya penyelesaian ini, menurut Bapak Budi Harto, ada hubungannya dengan soal pembebasan lahan yang memerlukan waktu. Karena bernegosiasi dengan warga yang memiliki cara pandang berbeda terhadap pembangunan LRT harus massif dan dibarengi edukasi agar masyarakat paham dan tidak merasa diintimidasi.
Jadi, soal pembebasan lahan ini memang memerlukan waktu yang tak sebentar. Selain soal pembebasan lahan, kendala lainnya adalah belum selesainya pembangunan depo. Untuk membangun sebuah angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, harus tersedia depo sebagai tempat persinggahan kereta setelah seharian beroperasi. Depo juga berfungsi sebagai tempat maintenance kereta di saat memerlukan service agar kereta tetap terawat dan terjaga fungsinya.
LRT Jabodebek fase 1 ini akan melalui jarak 44,3 KM dari Cibubur ke Dukuh Atas. Makanya menurut para narasumber yang hadir, LRT hanya melalui elevator atau rel layang. Karena jarak tempuh yang tak terlalu panjang.