[caption id="attachment_400093" align="aligncenter" width="430" caption="Ignatius Untung"][/caption]
Hadir di Social Media Week hari pertama, di Pacific Place pada tanggal 23 Februari 2015, saya tak melewatkan diri untuk mendapat ilmu dari orang-orang pembesar Kaskus. Mereka yang berbagi tentang bisnis e-commerce adalah Ardyanto Alam, VP Product Management, KASKUS Networks dan Ignatius Untung, VP Marketing, KASKUS Networks.
Bisnis sekarang sudah banyak merambah sosial media dan pemasaran secara digital. Karena promosi dan sistem pemasaran melalui digital lebih efisien dan lebih luas jangkauan konsumennya. Maka, beberapa tips memilih e-commerce yang cocok, dipaparkan oleh kedua narasumber dari Kaskus ini.
Bahasan tak melulu menceritakan atau membahas Kaskus tetapi secara keseluruhan.membahas plus minus menggunakan platform sebagai media e-commerce. Ignatius Untung menjelaskan bahwa platform berbasis (Private Website) website gratisan pun bisa dimanfaatkan untuk berbisnis. Keuntungannya, biaya maintenance website hemat dan tinggal pakai. Kelemahannya, harus ada extra effort general traffic. Di mana kita harus berusaha mendatangkan banyak pengunjung ke website dengan berbagai usaha maksimal. Baik secara promosi maupun pengisian konten. Artinya, konten harus padat, dibuat menarik dan gencar promosi. Agar pengunjung web banyak dan berkelanjutan.
Adapun Group Buying contohnya Groupon. Dengan sistem ini punya kelebihannya traffic ke website tinggi tetapi jarang berkelanjutan. Karena sifatnya yang dinamis.
Buy to Consumer (B2C) contohnya Lazada, Blibli untuk platform ini, budget relatif tinggi dan kekurangannya adalah penjual bertindak sebagai supplier.
Lain lagi dengan sistem Platform Marketplace anggaran relatif tinggi dan kekurangannya persaingan terbuka sekali antar penjual yang tergabung di sana. Contoh yang menggunakan platform ini adalah tokopedia dan elevenia.
Selain menjelaskan berbagai platform online commerce di atas, Ignatius juga memberikan tips bahwa selama proses pemasaran harus membentuk Frame Workdalam artian, mengetahui sikap konsumen saat mengamati produk sampai membelinya. Dengan pengamatan ini, jadi tahu bagaimana cara menjual yang bernilai dengan menghasilkan profit sebagai output.
Eksistensi diperlukan untuk merambah pelanggan. Cara promosi melalui iklan, Buzz / referral, Branding dan konsisten menampilkan sesuatu di muka umum. Ignatius memberikan contoh, Cak Lontong selalu berbicara dengan awalan “menurut survey” dan kata ini mudah diingat penonton sehingga secara langsung tertanam branding “survey” pada dirinya.
Dalam melakukan bisnis e-commerce juga diperlukan karakter yang baik, dapat dipercaya dan responsif terhadap konsumen. Setiap ada yang bertanya atau memerlukan informasi lebih jelas, selalu sigap menjawab dan memenuhi apa yang diperlukan konsumen.
Jika menjual produk atau jasa, dalam merambah segmen juga harus sesuai line, expertise sangat perlu sebagai identitas yang menumbuhkan kepercayaan konsumen. Contohnya, ketika memotret produk, lay out dan background nya harus dipertimbangkan. Untuk memberikan kesan profesional dan enak dipandang. Sebagai contoh, Ignatius mengumpamakan jika produk difoto dengan background ubin atau kain seprai yang sudah lusuh, akan mengurangi kepercayaan calon pembeli. “Ketika memotret produk di luar ruangan pun jangan sampai ada background jemuran atau orang yang sedang lewat.” Ignatius menambahkan.