Menarik membaca satu ulasan bapak Rhenald Khasali yang dikirim seorang sahabat saya saat mengikuti berita demo supir taksi hari ini di TV. Dalam tulisan itu dibahas mengenai fenomena “sharing economy” yang ramai saat ini. Ini merupakan implikasi dari kemajuan teknologi yang terjadi secara global di seluruh dunia.
Implikasi kemajuan teknologi ini juga disertai dengan karakter kapitalisme yang identik dengan efisiensi dan pencarian keuntungan dan kenikmatan semaksimal mungkin. Sadar atau tidak karakter kapitalisme ini semakin berakar dalam masyarakat dan generasi muda sekarang terutama generasi terbaru yang sering disebut dengan generasi Y yang lahir di era kemudahan dan berlimpahnya informasi. Generasi baru ini menjunjung tinggi hal-hal efisien dan instan serta mengurangi berbagai proses yang dianggap mereka tidak perlu.
Hal-hal yang terjadi di sekeliling kita sekarang merupakan implementasi dari karakter kapitalisme tersebut. Munculnya transportasi online, belanja online, game online, jodoh online dan apapun dengan kata online di belakang merupakan produk-produk yang mengutamakan efisiensi, keuntungan dan kenikmatan maksimal dan mengurangi bahkan menghilangkan proses konvensional yang selama ini dilakukan oleh generasi pendahulunya.
Efeknya segala hal menjadi lebih mudah, efisien, ekonomis dan menguntungkan dalam kehidupan kita. Namun efek negatifnya pun pasti ada.
Sudah kita tahu bahwa produk-produk yang begitu menarik dan efisien ini sebagian besar dibuat oleh negara-negara maju yang memang terus berinovasi dan menyesuaikan penemuannya dengan karakter dan keadaan negaranya. Negara-negara tersebut seperti kita ketahui mengalami penuaan dan pengurangan jumlah penduduk di usia muda, untuk itu mereka melakukan berbagai cara dan memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk mengurangi pemakaian tenaga kerja yang tidak perlu namun memaksimalkan efiensi dan keuntungan ekonomi.
Efisiensi dan pengurangan tenaga kerja ini ternyata menular juga kepada negara-negara yang sebenarnya malah sedang bertumbuh jumlah penduduknya. Akibatnya terjadi pengurangan tenaga kerja besar-besaran di berbagai sektor mengatasnamakan efisiensi dan keuntungan ekonomi.
Contoh sederhana pintu parkir otomatis yang ada diberbagai tempat, kalau dahulu pintu itu memperkerjakan satu orang perpintu saat ini pintu otomatis tersebut berhasil memangkas pekerjaan dari penjaga tersebut. Ini dilakukan atas nama efisiensi dan keuntungan ekonomi. Seluruh industripun secara sadar atau tidak menerapkan karakter kapitalisme ini yaitu efisiensi dan keuntungan ekonomi maksimal salah satu bentuknya adalah outsourcing.
BUMN yang sebenarnya milik pemerintahpun secara sadar atau tidak melakukan efisiensi bahkan memanfaatkan fasilitasnya sebagai operator untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, karena adanya bonus bagi para petingginya apabila dapat berfungsi secara efisien dan menguntungkan bagi pemegang sahamnya.Akibatnya kepentingan rakyat banyakpun dikorbankan demi kepentingan pemegang saham.
Orang sering berkata bahwa kemajuan ini merupakan keniscayaan dan semua harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.Namun kecepatan perubahan ini nampaknya tidak dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.Akibatnya dalam prosesnya banyak bisnis konvensional yang sekarat bahkan terbunuh dalam persaingan ketat ini.
Transportasi konvensional terancam transportasi online bukanlah yang pertama.Media cetak tanpa demo2an sudah menjadi korban sebelumnya dari kemajuan teknologi berbasis efisiensi ini, dengan tutup atau menyesuaikan diri menjadi media online. Sebagaimana analisa Pak Rhenald sebentar lagi dunia perhotelan pun dihantam “hotel2 online” model bnb.com juga berbagai sektor lain. Bukan tidak mungkin sebentar lagi kost2 mewah berbenah diri menjadi hotel online yang akan memakan pangsa pasar hotel konvensional.
Karenanya jangan terlalu cepat menyalahkan reaksi negatif para supir taksi meskipun tindakan anarkis mereka juga memang salah. Saat periuk nasi seseorang terganggu wajar mereka bereaksi,justru disinilah peran pemerintah penting dalam mengatur aturan main yang tepat.