Menurut Aristoteles, manusia adalah salah satu makhluk hidup yang memiliki akal sehat, mampu berpikir kritis, mengemukakan pendapat, dan berbicara sesuai pikirannya. Pikiran manusia berkembang pesat seiring berjalannya waktu, yang mana dimulai dari zaman pra aksara sampai zaman modern. Hal tersebut menyebabkan para ahli menyampaikan pendapatnya secara terus-menerus, baik sesuai teori maupun kumpulan fakta. Kumpulan hasil dari proses berpikir sering disebut sebagai filsafat. Seiring berjalannya waktu, filsafat memiliki arti sebagai ilmu yang mencari hakikat sesuatu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan melakukan analisis atau penafsiran terkait pengalaman yang dialami oleh manusia. Dalam proses filsafat, tentu saja menghasilkan jawaban yang tergolong hasil pemikiran yang mendasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan atau persoalan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, khususnya bidang pendidikan. Dilihat dari prinsipnya, konsep filsafat menitik beratkan suatu kebenaran sesuai kemampuan nalar manusia sebagai tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi. Selain itu, filsafat berperan penting dalam aspek pendidikan karena memberikan kerangka dasar atau acuan yang berfungsi untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh bangsa Indonesia (Djamaluddin, 2014). Secara umum, filsafat berasal dari bahasa Yunani tepatnya berasal dari kata philoshophia yang memiliki arti cinta akan kebijaksanaan, sedangkan orang-orang yang mencintai kebijaksanaan adalah philosophos (Bertens,dkk.,2008). Maka dari itu, filsafat adalah ingin mencapai kepandaian dan cinta pada kebijakan (Abidin, 2002).
  Seiring berkembangnya zaman, jenis-jenis filsafat sangat banyak tetapi dalam dunia pendidikan terkenal dengan istilah filsafat Timur (Filsafat Oriental) dan filsafat Barat yang berkembang di daerah atau negara yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan perbedaan pandangan dan memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda. Menurut pandangan atau perspektif Timur, Barat sering digambarkan sebagai materialisme, kapitalisme, rasionalisme, dinamisme, saintisme, positivisme, dan sekularisme (Lasiyo, 1997). Sedangkan filsafat Barat, menyatakan bahwa filsafat Timur sebagai kebodohan, kemiskinan, statis, fatalistis, dan kontemplatif (Rohiman, 1996).Karakteristik atau ciri-ciri pemikiran filsafat Timur dan filsafat Barat sangat berbeda, misalnya saja filsafat Timur lebih menekankan pada intuisi dan pengalaman individu, sedangkan pemikiran filsafat Barat fokus terhadap kemampuan pikiran dalam hal menganalisis data empiris yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Kinasih, 2022). Seiring berkembangnya zaman, filsafat Timur berkembang menjadi filsafat Cina, filsafat Hindu, filsafat India, filsafat Islam, dan filsafat Ki Hadjar Dewantara (Lasiyo, 1997). Intisari dari aliran filsafat Timur adalah memfokuskan atau menekankan manusia agar memiliki karakter dan sikap yang religius, menghargai perbedaan kebudayaan, memiliki jiwa sosial, taat pada ajaran agama, dan disiplin. Berdasarkan pernyataan tersebut, aliran filsafat Timur dapat diterapkan di sekolah misalnya dalam bentuk kegiatan yang melibatkan Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5) yang sesuai dengan tujuan kurikulum Merdeka serta Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang telah diatur dalam Permendikbud No.20 Tahun 2018. Berikut terdapat aktivitas atau kegiatan yang mengamalkan kedua nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut.
- Setiap sekolah memiliki proyek atau kegiatan yang bervariasi terkait pengamalan nilai-nilai sikap yang terkandung dalam P5. Misalnya saja terdapat proyek membuat makanan tradisional di sekolah, masing-masing kelompok menuangkan segala ide kreatif dan tujuan membuat makanan tersebut. Dalam hal ini seluruh anggota bekerja secara aktif dengan cara gotong royong yang dimulai dari proses mencari ide, diskusi, sampai proses pembuatan makanan dengan tampilan dan rasa yang menarik. Sikap gotong royong, kreatif, dan kolaboratif sangat diperlukan agar menghasilkan produk makanan yang baik.
- Saat kegiatan lomba dalam rangka menyambut hari-hari penting di sekolah bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar teman dan guru-guru di sekolah. Apabila terlihat kelompok atau tim yang kurang kompak, maka penerapan nilai P5 dan PPK di kelompok atau kelas tersebut kurang terealisasi dengan baik dan benar. Maka dari itu, diperlukan penerapan nilai P5 dan PPK saat di dalam kelas maupun luar kelas agar terwujud kondisi pembelajaran yang kondusif, demokratis, dan memiliki semangat kebangsaan.
  Berbeda halnya dengan filsafat Timur, penerapan filsafat Barat memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep (Khumaidi, 2022). Sama seperti filsafat Timur, filsafat Barat dapat diterapkan di sekolah maupun luar sekolah. Intisari dari filsafat Barat adalah menekankan atau fokus terhadap pembuktian bukti-bukti empiris melalui praktikum dan berpikir rasional terhadap suatu fenomena. Salah satu penerapan yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah memberikan pembelajaran yang kontekstual, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung bagi peserta didik. Berikut terdapat aktivitas atau kegiatan yang mengamalkan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
- Pada materi gaya Archimedes, guru memberikan arahan untuk melakukan praktikum yang berkaitan dengan kondisi benda mengapung, tenggelam, dan melayang. Pada kegiatan ini, peserta didik hanya menggunakan wadah, garam, dan telur untuk mengetahui posisi benda. Posisi atau kondisi benda berpengaruh terhadap jumlah garam atau partikel yang masuk ke dalam air. Saat melakukan praktikum, peserta didik menganalisis, mengidentifikasi, dan mengeksplorasi alasan-alasan ilmiah terkait fenomena tersebut. Setelah itu, hasil pengamatan dan pembahasan disajikan dalam bentuk LKPD yang tentu saja memerlukan kerja sama antar anggota kelompok agar mendapat hasil yang bagus, logis, serta menerapkan teori gaya Archimedes dengan baik dan benar. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual sangat berkaitan dengan filsafat Barat karena menuntut peserta didik berpikir kritis, logis, rasional, serta mampu mendorong rasa ingin tahu dan meningkatkan motivasi belajar.
- Pada materi pesawat sederhana, guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencari contoh atau penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mendapatkan contohnya, masing- masing kelompok membuat video dan menyampaikan alasan mengapa memilih aktivitas atau contoh tersebut. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik agar kreatif, meningkatkan rasa ingin tahu, dan pembuktian fakta secara empiris melalui kegiatan pembelajaran di luar kelas. Maka dari itu, proyek tersebut menuntut peserta didik agar mandiri, gotong royong, dan kreatif dalam menemukan jawaban dari berbagai teori.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H