Menurut Malinowski, terbentuknya kebudayaan manusia dikarenakan, manusia berhadapan dengan persoalan-persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian dari persoalan tersebut, terutama dalam kaitan upaya manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Inilah awal terbentuknya kebudayaan.
Adapun yang menjadi unsur utama pembentukan kebudayaan ini adalah unsur memenuhi kebutuhan minim, lalu untuk mempertahankan kondisi yang dianggap sudah lebih baik dan menguntungkan ini, maka selanjutnya manusia membuat kondisi buatan. Kondisi buatan inilah yang kemudian disebut kebudayaan dalam bentuk sederhana.Inilah salah satu teori awal terbentuknya kebudayaan.
Apakah kebudayaan? Â Banyak definisi kebudayaan. AL. Kroeber dan Clyde Kiuckhohn pernah meneliti definisi kebudayaan, temuannya ada lebih kurang 161 definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh para ahli. Simpulan yang dapat ditarik dari 161 kebudayaan ini adalah kebudayaan itu dapat dilihat daripada berbagai sudut pendekatan.
Sebagai contoh sudut pandangan sejarah melihat kebudayaan itu adalah warisan sosial dan tradisi dari masa lalu. Kebudayaan yang tebentang di depan kita saat ini adalah keseluruhan dari warisan sosial yang diterima karena bermakna, yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup sesuatu bangsa.
Pandangan normatif tentang kebudayaan memberikan penekanan kepada peraturan, cara hidup, idea, atau nilai daripada perilaku.
Kemudian R. Linton menyatakan bahwa budaya sesuatu masyarakat adalah pandangan kehidupan atas sekumpulan idea dan kebiasaan yang dipelajari, dimiliki, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pandangan psikologi melihat kebudayaan adalah persoalan penyesuaian diri (adaptasi). Budaya terdiri daripada semua proses belajar dalam sesuatu masyarakat.
E.B. Taylor, memberi definisi kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang mengandung di dalamnya ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan dan lain yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, konsep kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Tidak berakar kepada naluri berarti kebudayaan itu adalah proses tantangan dan jawaban. Konsep ini memang sebuah konsep yang luas. Namun demikian untuk memudahkan pemahaman konsep kebudayaan ini dapat disederhanakan ke dalam unsur-unsurnya yang bersifat universal.
Maka kebudayaan adalah hasil kerja atau kreativitas manusia. Hasl kerja atau kreativitas ini sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi manusia.
Maka kebudayaan mempunyai  tiga wujud yaitu  wujud gagasan, wujud material dan tindakan,
Wujud Gagasan
Wujud kebudayaan sebagai suatu norma kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.  Wujud ini bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, tidak dapat diprotret dan berpusat dikepala-kepala manusia yang menganutnya.
Wujud Material
Wujud material ini adalah biasanya wujud benda, aturan-aturan yang tertulis dan tidak tertulis (tetapi dapat dilihat dari perilaku yang dihasilkannya). . Wujud materi ini bersifat kongkrit, dapat dilihat, diraba, diobservasi, difoto, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah bangunan arsitektur, lukisan, komputer, gedung-gedung, undang-undang dan lainnya. Â Wujud material ini diturunkan dari gagasan.
Wujud tindakan.
Wujud ini disebut juga sebagai kompleksitas aktivitas atau tindakan berpola dari manusia yaitu berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi. Sifatnya kongkret, dapat diamati atau diobservasi atau difoto. Aktivitas atau tindakan atau tingkah laku berpola ini berasal dari wujud gagasan dan wujud material. Interaksi ini bisa bersifat umum bisa bersifat khusus.
Agama dalam Perspektif Kebudayaan
Ada sekelompok orang berpendapat bahwa Tuhan sebenarnya telah selesai bekerja untuk dunia ini. Begitu dunia ini beserta isinya selesai diciptakannya, maka semuanya telah lengkap, sebab kalau tidak lengkap apa yang dikerjakan Tuhan terhadap ciptaannya tersebut ini belum selesai. Kalau disebut belum selesai, maka pekerjaan Tuhan itu belum sempurna.
Namun ada lagi sekelompok orang yang beranggapan bahwa Tuhan itu belum selesai bekerja terhadap dunia. Dunia diciptakan Tuhan belum lengkap, maka untuk melengkapinya maka diturunkannya aturan-aturan. Yang dapat dimasukkan kepada kelompok ini adalah agama.
Pandangan kedua kelompok di atas terhadap dunia ini jelas-jelas berbeda, kalau tidak dikatakan cenderung bertolak belakang.
Kecenderungan pandangan pertama, bahwa begitu Tuhan selesai menciptakan dunia ini beserta isinya, kepada manusia diberikannya akalnya untuk mengelola ciptaannya ini. Manusialah kemudian yang mengatur dunia ini beserta isinya.
Produk realitas pandangan ini adalah norma-norma, undang-undang, produk-produk hukum lain yang dibuat oleh manusia untuk mengatur menata kehidupan manusia dengan sesama, dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Imbalan bagi yang melaksanakannya akan mengalami ketenangan (bukan kenikmatan) duniawi.
Kecenderungan pandangan kedua bahwa dunia ini harus dikelola oleh aturan-aturan yang diwahyukan Tuhan melalui utusannya. Dalam manusia bekerja di dunia ini, maka manusia itu harus mematuhi semua aturan yang diwahyukan Tuhan tersebut. Imbalan bagi mereka yang mengikutinya, di belakang hari akan dijanjikan masuk surga.
Kritik yang dilakukan pandangan pertama terhadap janji yang terdapat pada pandangan kedua adalah kalau selama hidup di dunia, manusia itu "pandai-pandai meniti buih", artinya dapat berlaku baik dan adil terhadap ciptaan Tuhan yang lain tanpa membedakan suku, agama/kepercayaan, ras dan sebagainya Tuhan juga kelak akan memberikan imbalan. Imbalan itu hanya Tuhan yang tahu, ini tidak perlu dipersoalkan oleh Manusia. Itu urusan Tuhan sendiri, sebagai penguasa Tunggal terhadap ciptaannya dia akan tetap tahu apapun yang dilalukan dikerjakan manusia selama di dunia.
Keberatan pandangan kedua terhadap pandangan pertama bahwa pandangan pertama terlalu mengagungkan akal, daya nalar manusia.
Berdasarkan tujuan kedua pandangan di atas, jelaslah bahwa agama juga dapat dimasukkan ke dalam pengertian kebudayaan.
Kalau kita ikut konsep kebudayaan yang dikemukanan Koentjaraningrat, konsep kebudayaan diartikan seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Dan bila di pilah-pilah ke dalam unsurnya yang bersifat universal, maka pengertian kebudayaan menurut Koentjaraningrat termasuk agama yang disebutnya sistem relegi dan upacara keagamaan.
Sistem ini bukan hanya dimiliki oleh satu suku bangsa saja, tetapi juga dimiliki oleh suku bangsa lain, baik suku bangsa yang masih primitif maupun bangsa yang sudah modern. Perbedaan yang mendasar terletak pada kadarnya. Pada masyarakat suku bangsa yang masih primitif kadar kualitas kebudayaan tersebut sangat longgar, sedangkan pada suku bangsa yang sudah moderen kadar kualitas kebudayaan itu sangat ketat dan kompetitif.
Agama dalam Wujud perspektif wujud kebudayaan
Seperti telah dijelaskan di atas, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu wujud gagasan atau ide, wujud material dan wujud aksi. Bila ketiga wujud ini kita terapkan untuk membedah agama juga bisa.
Wujud Gagasan
Wujud kebudayaan dari agama adalah surga neraka. Walau sampai saat ini, belum ada seorang pun termasuk yang disebut Nabi sudah masuk ke surga atau neraka.
Wujud Material
Wujud material agama adalah kitab suci, bangunan rumah ibadah, pakaian tertentu, organisasi keagamaan, tatacara beribadah. Pakaian yang dikenakan untuk beribadah buatan manusia, bangunan rumah ibadah mulai dari yang sederhana sampai yang moderen, buatan manusia. Tata cara beribadah juga berasal konsep manusia
Wujud tindakan.
Wujud aktivitas atau tindakan berpola dari agama adalah yang tidak seagama atau beda penafsiran terhadap agama disebut kafir. Orang yang tidak segama, dilarang menjadi pemimpin dalam masyarakat yang mayoritas agama X. Pemisahan fasilitas pria wanita.
Tujuan dari aktivitas atau tindakan berpola ini adalah surga neraka. Bagi yang dapat melaksanakan tata ibadah dari agama yang dianutnya dijanjikan masuk surga, bagi yang tidak sesuai melaksanakan tata ibadah dari agama yang dianutnya dijanjikan masuk neraka.
Karena surga neraka itu tidak nyata, maka agama dapat disebut kebudayaan yang disucikan, sebab pakaian yang dikenakan untuk beribadah buatan manusia, bangunan rumah ibadah mulai dari yang sederhana sampai yang moderen, buatan manusia. Tata cara beribadah juga berasal konsep manusia. Wujud materialnya ada di dunia, wujud tindakan juga terukur dan ada di dunia. Kalau sudah buatan manusia itu sudah kebudayaan.
Berdasarkan  bedah di atas maka agama dapat disebut kebudayaan atau budaya yang disakralkan atau disucikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H