Mohon tunggu...
Buddy Rahmadinovich
Buddy Rahmadinovich Mohon Tunggu... -

Buddy Rahmadinovich dilahirkan di Karawang, 9 Februari. Merupakan alumni Fakultas Sastra, jurusan Bahasa Rusia, Universitas Padjadjaran - Bandung. Pernah jadi aktivis HMI dan jadi anggota ICMI. Buku motivasi pertamanya yang berjudul ”11 RAHASIA SUKSES YANG TIDAK DIAJARKAN DI SEKOLAH (penerbit : LET’S GO INDONESIA)” ternyata cukup laris manis.Kini akan menerbitkan buku motivasi lucu dengan bahasa gaul, ”KIAT DAHSYAT ORANG-ORANG HEBAT DARI JUSTIN BEIBER SAMPE MARK ZUCKERBERG” kumpulan cerepen cinta,"SEJUTA CINTA BERBUNGA SORGA",serta novel puitis romantis ”ROMANSA DI PARIS VAN JAVA” Kini mulai merintis bisnis mungil bernama THE NABIL Inc. PUBLISHING yang punya obsesi menghasilkan ”BUKU-BUKU BERMUTU TERJANGKAU SAKU”. Alamat: E-mail : brahmadinovich@yahoo.com Facebook : http: //www.facebook.com/Buddy Rahmadinovich Twitter : http://www.twitter.com/@Brahmadinovich

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulama Bijkasana dengan Seorang Pemuda Pemalas

24 Oktober 2011   21:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:33 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Seorang pemuda meminta nasihat setelah Sholat Jum’at kepada seorang Ulama:

“Bapak Ulama, berikan pada saya obat agar hilang penyakit malas dari diri saya!”

“Anak Muda, berjalanlah engkau ke pasar. Lihatlah orang-orang yang bersemangat menjajakan dagangan berupa sayur-sayuran, buah-buahan dan bahan-bahan makanan. Belajarlah pada mereka. Insya Allah, kemalasanmu akan berkurang.”

Sepekan kemudian Sang Ulama berjumpa dengan sang pemuda malas yang ternyata tidak mengalami perubahan siginifikan. Tetap tanpa semangat menghadapi kehidupan.

“Berikan saya semangat buat menghadapi kehidupan!”Pintanya pada Sang Ulama.

“Bepergianlah dengan menggunakan kereta. Di sana belajar pada orang-orang yang berjualan makanan, berjualan mainan serta menjajakan kerajinan tangan. Tanya pada mereka, bagaimana menghempaskan rasa malas dari dalam kehidupan!”

Sepekan kemudian Sang pemuda kembali dengan pertanyaan yang sama.

“Berikan saya cara agarbisa menghilangkan rasa malas dari diri saya!”

“Kali ini coba bepergianlah dengan biskota. Di sana kamu bisa belajar pada mereka yang berjualan koran-koran, menjual barang-barang dengan harga murah nian, serta pada anak-anak serta pemuda yang menjual suara secara sederhana denganmodal sebuah gitar dan kencrengan. Lihat semangat mereka, rasakan rasa percaya diri tanpa gengsi mereka, ketika mencari rejeki dari Tuhan-Nya Yang Maha Penyayang.”

Sepekan kemudian, lagi-lagi si Pemuda Pemalas kembali dengan pertanyaan yang sama.

Sang Ulama kemudian menyarankan:

“Datanglah ke Mesjid, Musholla dan tempat pengajian. Ikutlah berdoa bersama mereka yang menginginkan perubahan dalam hidupnya. Semoga do’amu dikabulkan Tuhan.”

Sepekan berikutnya, ternyata tak ada perubahan pada diri si pemuda.

“Berikan saya senjata agar saya tidak menjadi pemuda pemalas!”

Kali ini Sang Ulama Bijak memberikan si pemuda sebuah kapak.

“Mulailah dengan mengucapkan Bismillah, kemudian pergilah ke hutan lalu kau potong sebuah pohon. Jadikan seikat kayu bakar, Kemudian jual ke pasar. Jika engkau bekerja dengan penuh keyakinan, maka Insya Allah sifat malasmu akan berubah dalam sepekan.”

Sepekan, sebulan, dan setahun pun berlalu. Sang Ulama penasaran dengan perkembangan pemuda pemalas itu. Ia ingin tahu adakah perubahan signifikan pada pemuda itu. Lalu ia pun pergi ke pasar. Di sana ia terpana, ketika berjumpa dengan seorang pemuda yang sangat lincah dan cekatan melayani pembeli di kios miliknya sendiri. Kios yang ditulisi, “KALIGRAFI DARI KAYU MERANTI”.

Si pemuda bercerita pada Sang Ulama;

“Alhamdulillah, kapak itu telah membuka kesadaran saya. Ketika tiba di hutan saya memotong sebuah pohon. Namun ketika saya ingin membuat kayu bakar, terpikir oleh saya, bahwa meranti ini akan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi jika saya membuatnya menjadi sebuah kerajinan tangan. Kebetulan sayapunya keterampilan membuat Kaligrafi, maka saya pun membuat kaligrafi dari kayu meranti. Kemudian saya jual ke pasar dan ternyata banyak orang yang gemar. Dengan penjualan awal yang cukup besar, saya bisa membeli sebuah kios di pasar. Kini kaligrafi dari meranti ini mendapat pesanan dari luar negeri.”

“Alhamdulilah, kamu telah berubah, Nak!”Ulama itu menepuk-nepuk pundak sang pemuda, bangga.

__________________________________________________________________________

“Islam melarang para pemuda yang fisiknya masih kuat

untuk bermalasan-malasan dan mudah menyerah

pada nasib tanpa disertai usaha.

Sehingga sifat lemah ini menjadikannya

rendah diri dan hina,

yang pada gilirannnya ia tak dapat mandiri

dan selalu menggantungkan diripada orang lain.

Orang yang bersikap demikian

akan tergilas oleh perputaran jaman.”

DR. SYAKIR ALI SALIM AD DAULAH

______________________________________________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun