Mohon tunggu...
Brahma PutraSumanjaya
Brahma PutraSumanjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa psikologi Untag

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mobilitas Sosial jika PPN 12% Mengenai Seluruh Masyarakat dan Efeknya pada Mobilitas Sosial menurut Karl Marx

9 Januari 2025   00:40 Diperbarui: 9 Januari 2025   00:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak-bapak menghitung Pajak (Sumber: https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=tax&page=2)

Beberapa waktu yang sebelumnya masyarakat dihebohkan dengan isu kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12%. Kebijakan merupakan bentuk pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Ketentuan pada UU HPP mengamanatkan adanya kenaikan tarif PPN dalam 2 tahap. Tahap 1, tarif PPN naik dari 10% menjadi 11% pada tanggal 1 April 2022. Pada tahap 2, tarif PPN akan naik dari 11% menjadi 12% mulai tanggal 1 Januari 2025. Untungnya pajak 12% hanya mengenai barang-barang mewah seperti Yacht (kapal mewah) dan Jet pribadi, tapi mari kita berandai-andai... Apa yang bakal terjadi jika PPN 12% mengenai segalanya bukan hanya barang mewah saja, menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria "PPN 12 persen ini akan berdampak kepada sektor pertanian. Secara ekonomi, dampaknya akan membuat GDP (PDB) riil turun 0,03 persen, ekspor akan menurun 0,5 persen, dan inflasi akan naik 1,3 persen," ujarnya dalam CNN Indonesia Business Summit di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Jumat (20/12). Tetapi bakal ada efek lain yang akan terjadi menurut filsuf yang terkenal ini, ya betul Filsuf yang saya maksudkan adalah Karl Marx.

Karl Marx (Sumber: Wikipedia)
Karl Marx (Sumber: Wikipedia)

Karl Marx mungkin adalah Filsuf yang paling terkenal sepanjang masa, Teori-teorinya menimbulkan banyak pertumpahan darah dan reformasi akan hak pekerja, selain itu karena Teori-teorinya muncul 2 negara superpower yakni Uni Soviet (Sekarang Rusia) dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) sekarang para pembaca pasti bertanya-tanya apa hubungan Karl Marx dengan PPN 12%, jawabannya ada pada surat yang dikirim Marx kepada Friedrich Engels pada 30 April 1868: "Dalam Buku 1 (Das Kapital volume 1) kita puas dengan asumsi bahwa jika dalam proses perluasan diri 100 menjadi 110, yang terakhir akan menemukan unsur-unsur yang sudah ada di pasar yang akan mengubahnya sekali lagi. Namun sekarang kita menyelidiki kondisi-kondisi di mana unsur-unsur ini ditemukan, yaitu jalinan sosial dari berbagai modal, dari komponen-komponen modal dan pendapatan (=s)" banyak yang bisa diinterpretasikan menurut surat ini tetapi dalam konteks ini saya akan mengakibatkan dengan pemikiran Marx tentang Mobilitas Sosial, Marx percaya bahwa mobilitas sosial itu tidak mungkin terjadi setidaknya dari Miskin ke kelas menengah atau kelas menengah ke kelas atas, walaupun begitu ada peningkatan bukti bahwa orang memang memiliki kemampuan untuk mengubah posisi kelas mereka. Tetapi jika PPN 12% mengenai segalanya maka pemikiran Marx akan mungkin terjadi, karena PPN 12% akan meningkatkan pengeluaran tetapi penghasilan masih tetap yang akan menyebabkan jatuhnya kelas menengah ke kelas kemiskinan dan tidak mungkin naik, walaupun ada kelas menengah yang masih akan bertahan tetapi keadaan tidak akan membaik kecuali ada reformasi terhadap pajak 12% tersebut.

Selain dari aspek ekonomis, ada juga aspek filsafat dari semua ini dan juga membuktikan teori Karl Marx, karena dimana kaum bourgeoisie masih menindas kaum proletariat, Indonesia merupakan negara demokrasi tetapi kaum proletariat masih dapat ditindas, kaum bourgeoisie menguasai partai politik dan membayar kaum proletariat untuk memilih mereka agar memiliki jabatan, yang membuat keputusan-keputusan yang merugikan rakyat seperti usulan PPN 12% ini, sehingga menyebabkan pertikaian internal dan menyebabkan pertanyaan seperti "Siapa yang memilih orang yang menetapkan ini" atau "Pemilih nomor # menyesal gak ya".

Sebagai penutup, sesungguhnya Karl Marx dan Teori-teorinya masih relevan sekarang baik orang-orang membenci atau menyukai, setuju atau tidak setuju akan paham, pemikiran maupun Teori-teori Karl Marx.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun